Tantangan menulis lomba blog PGRI hari ketigabelas

 Membuat Postingan di Blog

Oleh: Pono, S.Pd.SD



Halo Sobat Bloger,
Apa kabar hari ini? Tentunya sehat bukan? Semoga Sobat pembaca dalam lindungan Tuhan Yang Maha Kuasa.

Pada postingan saya sebelumnya telah menceritakan kegiatan pembelajaran di kelas 6 menggunakan blog. Ada beberapa aktivitas  di dalamnya yaitu mengunggah hasil karya dalam bentuk tulisan, serta presentasi yang direkam menggunakan tablet kemudian mengunggahnya ke blog dalam bentuk file video.

Pada postingan kali ini saya  akan menceritakan tentang bagaimana menulis atau mengunggah tulisan di blog bagi anak-anak. Bagi para blogger, mungkin tulisan saya kali ini kurang menarik karena sudah terbiasa melakukannya. Namun bagi yang belum punya blog atau yang ingin mencoba menerapkan pembelajaran menggunakan media blog di kelasnya barangkali akan rela membacanya sampai akhir.

Membuat akun Gmail

Baiklah, langsung saja ke topik pembicaraan.  Hal pertama yang perlu disiapkan sebelum melakukan aktivitas blogging adalah memiliki akun email. Dalam hal ini saya anjurkan untuk membuat akun Gmail. Dari akun Gmail nantinya bisa digunakan untuk membuat berbagai akun di dunia maya. Namun topik kita  kali ini saya batasi pada akun blogger ya. Supaya lebih fokus. 

Mengingat anak-anak masih usia SD,  muncul pertanyaan. Apakah anak-anak di usia ini sudah bisa membuat akun Gmail? Jawabnya adalah bukan anak-anak yang membuatnya. Saya sendiri telah membuat akun Gmail yang saya khususkan untuk keperluan ini sejumlah anak kelas 6. Oleh karena itu tidak heran jika nama penulis di blog hampir sama. Tentunya guru harus memantau aktivitas internet berdasar akun tersebut ya. 

Membuat Blog


Setelah membuat alamat email atau akun Gmail yang nantinya akan digunakan anak-anak dalam pembelajaran, langkah berikutnya adalah membuat blog. Mengenai cara membuat blog akan dijelaskan pada postingan saya di kesempatan berikutnya. Anggap saja kini blog sudah dibuat dan siap digunakan. Karena guru yang membuat blog maka otomatis guru menjadi admin blog tersebut ya. Jadi dalam blog ada admin, penulis atau kontributor, serta pembaca. Pembaca blog juga bisa menulis di blog ya, namanya komentar. Jadi pembaca setelah membaca postingan/artikel bisa mengomentari postingan tersebut dengan menulis di kolom komentar. Namun ini jika admin mengizinkan orang lain menulis komentar. Jadi enak kan kalau menjadi admin. Bisa mengubah setelan blog sesuai kehendak kita, hehehe... 
Namun tentunya disesuaikan dengan keperluan.

Penulis selain admin atau kontributor bisa menulis di blog setelah diundang oleh admin. Jika admin tidak mengundang maka calon penulis tidak bisa menulis dan menerbitkan postingan baik berupa artikel, gambar maupun video. Untuk mengundang seseorang menjadi penulis/kontributor pada blog yang ia kelola, admin harus mengetahui alamat email dari calon penulis, karena undangan dikirimkan ke alamat email calon penulis. Ketika saya menyebut calon penulis maksudnya anak-anak ya. Itulah sebabnya saya membuatkan alamat email  untuk anak-anak. Jadi alamat email tersebut masih bisa digunakan setelah anak-anak lulus dan meninggalkan SD, sedangkan alamat email tersebut bisa digunakan oleh anak-anak kelas berikutnya.

Mengundang calon penulis

Untuk mengundang alamat email untuk menjadi penulis/kontributor admin perlu masuk ke blogger dan mengeklik tombol setelan, kemudian scroll ke bawah sampai pada admin dan kontributor. Pada kolom kontributor silakan menulis alamat email yang kita undang. Kemudian kirim undangan. Mudah bukan?

Menerima undangan

Undangan dari alamat email admin akan masuk alamat email calon penulis. Ketika undangan sudah masuk, langkah yang seterusnya diambil calon penulis adalah menerima undangan tersebut dengan mengeklik tombol yang ada. Setelah mengeklik tombol yang menyatakan menerima undangan menjadi kontributor/penulis maka alamat email calon penulis bisa digunakan untuk masuk ke blog, menulis dan menerbitkan tulisan, gambar ataupun video.

O ya, tadi saya menyebutkan email calon penulis. Perlu dipahami sebelum email benar-benar bisa digunakan untuk masuk ke blog, sebaiknya jangan dulu diberikan kepada anak-anak. Jadi walaupun yang mengundang atau adminnya guru, namun yang masuk ke alamat email yang diundang  sebaiknya guru juga ya. Setelah selesai menyetel dan bisa digunakan, barulah alamat email dan password diberikan kepada anak-anak.

Ada lagi hal yang menurut saya penting adalah mengingat tujuan menerbitkan tulisan untuk proses pembelajaran di kelas, dengan topik yang sesuai dengan kurikulum sekolah dasar maka sebaiknya media yang ada dibuat se-ramah mungkin bagi anak-anak . Jadi nantinya anak-anak tinggal klik, menulis, mengunggah gambar/video terus menerbitkan. Anak-anak tidak perlu tahu bagaimana menerima undangan, mengingat alamat email, apa lagi mengingat-ingat password. Toh nantinya alamat email akan digunakan oleh adik-adik yang masih duduk di kelas bawah.

Bagaimana caranya?

Di kelas yang saya kelola kebetulan ada 22 tablet. Untuk itu saya membuat akun emaile sejumlah tablet yang ada dengan nama yang hampir sama.  Setiap tablet saya singkronkan dengan satu alamat email. Password dari alamat email yang saya singkronkan saya tulis di bagian belakang tablet. Untuk masuk ke blog anak-anak tinggal menekan tulisan blogger di bagian bawah tampilan blog. Dengan sekali klik anak-anak sudah bisa masuk ke blog, menulis dan membuat postingan.

Demikian yang dapat saya sampaikan pada kesempatan kali ini. Kurang lebihnya mohon maaf.
Salam persahabatan,


 Banjarnegara, 13 Pebruari 2021, sore hari (ashar)



Tantangan menulis lomba blog PGRI hari keduabelas

Pembelajaran dengan blog di kelas 6

Oleh: Pono, S.Pd.SD



Halo Sobat,
Apa kabar hari ini? Saya harap Sobat dalam keadaan sehat wal afiyat tidak kurang suatu apa. 
Baik sobat. Ditengah waktu santai Sobat, saya akan berbagi tentang pengalaman pembelajaran di sekolah khususnya di kelas 6 Sekolah Dasar yang mungkin berbeda dengan sebagian orang. Bagi  yang  sudah menerapkan pembelajaran seperti yang akan saya ceritakan, biarlah dengan membaca tulisan ini menjadi nostalgia. Peristiwa yang akan saya ceritakan ini merupakan aktivitas pembelajaran yang terjadi di masa lalu sebelum Pandemi Covid-19.

Bagi saya, ini juga merupakan nostalgia mengingat aktivitas seperti ini belum bisa dilaksanakan di masa Pandemi Covid-19 sekarang ini. Hal ini karena pembelajaran dilaksanakan di sekolah. Yah, bagaimana  mungkin melaksanakan kegiatan pembelajaran di sekolah, sementara anak-anak belum diperkenankan hadir di sekolah. Tapi tak apa lah, semua ada masanya. Bagi yang belum pernah melaksanakan pembelajaran yang seperti ini, saya harap bisa menambah wawasan serta menginspirasi.

Persiapan

Seperti pada  pembelajaran-pembelajaran pada umumnya, sebelum memulai terlebih dahulu menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Dalam hal ini saya tidak akan membahas secara detail mengenai RPP yang digunakan. Pembahasan berfokus pada langkah pembelajaran yang dilakukan. Mengenai RPP tentunya bisa diketahui setelah setelah memahami langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan.

Selain menyusun RPP langkah persiapan selanjutnya adalah menginformasikan kepada anak-anak agar mereka menyiapkan diri untuk mengikuti pembelajaran. 

Setelah menyusun Rencana Pelaksanaan serta menginformasikan kepada anak-anak, langkah selanjutnya adalah menyiapkan alat-alat. Guru perlu memeriksa  alat-alat yang akan digunakan sebelum memulai pembelajaran. 

Alat-alat yang digunakan


Alat-alat yang digunakan antara lain;

  • Tablet 
  • Jaringan internet ruangan (wi-fi)
  • Laptop 
  • Proyektor
  • Layar proyektor
Jika alat-alat sudah siap, misalnya baterai tablet dan baterai laptop dalam kondisi terisi arus listrik, internet juga dalam kondisi normal. Proyektor perlu dicoba terlebih dahulu guna memastikan sambungan kabel serta proyektor dapat beroperasi dengan baik.

Pelaksanaan

Langkah-langkah pada pelaksanaan sebenarnya tidak jauh berbeda dengan pembelajaran pada umumnya. Yang membedakan adalah penggunaan alat elektronik yang terkoneksi internet sebagi media pembelajaran di kelas.

Sebelum memulai pembelajaran seperti biasa saya memeriksa kehadiran anak-anak, mengajak berdoa serta menyanyikan lagu wajib untuk menanamkan jiwa nasionalisme pada diri anak-anak. Untuk menghangatkan suasana serta membangkitkan semangat, menggaungkan tepuk gan yel. Tak lupa untuk menyambung hati saya dengan anak-anak saya melontarkan  melontarkan beberapa pertanyaan ringan seperti; "bagaimana keadaanmu?", "Siapa yang tadi pagi sarapan?", "Yang tidak sarapan, apa alasannya?". Kelihatannya memang sepele, namun pengaruhnya dahsyatnya pada komunikasi yang dijalankan semasa pembelajaran berlangsung.

Di kelas 6, saya dan anak-anak masih menggunakan buku tematik kurikulum 13. Termasuk pada pembelajaran ini. Namun penggunaan pake pan tulis menjadi kurang karena sudah tergantikan oleh layar dan proyektor yang terkoneksi dengan laptop. Setelah membagikan tablet kepada anak-anak, berikutnya menyalakan semua peralatan, baik laptop, proyektor, tablet serta jaringan internet. Anak yang kesulitan dalam menyambungkan internet dibantu secara khusus. Satu anak mengoperasikan satu tablet sedangkan, saya sebagai guru menggunakan laptop yang terkoneksi dengan internet serta proyektor. Penjelasan tertulis yang biasanya  menggunakan papan tulis beralih ke layar proyektor yang pengoperasiannya menggunakan laptop. Dalam hal ini belum memerlukan koneksi internet. Lalu bagaimana dengan tablet yang dibagikan?

Penggunaan Tablet

Tablet yang terkoneksi dengan internet digunakan untuk mengunggah jawaban tugas sebagai ganti presentasi di depan kelas, baik tugas individu maupun tugas kelompok. Biasanya anak-anak setelah mengerjakan tugas, melakukan presentasi di depan teman-temannya yang beda kelompok. Dengan menggunakan fasilitas internet, presentasi dilakukan dengan mengunggah jawaban tugas pada blog yang telah saya siapkan untuk pembelajaran. Untuk dikritisi oleh teman-temannya dari kelompok yang berbeda.

Tugas Kelompok

Seperti pada pembelajaran-pembelajaran biasa, kegiatan ada yang dilakukan secara  mandiri, namun ada juga yang dilakukan dengan cara berkelompok. Pada kegiatan yang dilakukan dengan cara berkelompok, saya membagi anak-anak kedalam beberapa kelompok kecil dengan jumlah anggota 3 anak per kelompok. Setelah kelompok belajar terbentuk selanjutnya saya sebagai guru membagi tugas kepada tiap-tiap kelompok untuk dikerjakan. Anak-anak mengerjakan tugas kelompok. Dengan jumlah kelompok terdiri dari tiga anak memungkinkan mereka dapat bekerja dengan lebih efektif dalam kelompoknya.


Presentasi Depan Kamera


Setelah selesai mengerjakan tugas, satu anak melakukan presentasi di halaman sekolah atau ruang kelas. Anak yang lain dalam kelompok tersebut merekamnya dalam bentuk file video.
Setelah video rekaman presentasi selesai dibuat, satu anak mengunggahnya ke blog yang dibuat khusus untuk mengunggah jawaban tugas.

Ketika satu kelompok mengunggah hasil kerja kelompoknya di blog baik video maupun tulisan, maka anak-anak dari kelompok lain dapat mengomentari unggahan dari kelompok tersebut pada kolom komentar di setiap postingan. 

Beberapa manfaat yang dapat dipetik dari penggunaan blog dalam pembelajaran antara lain;
  • Pembelajaran menjadi lebih menyenangkan
  • Anak-anak berlatih menggunakan fasilitas elektronik untuk belajar
  • Pemberian komentar atas unggahan anak-anak tidak terbatas waktu.
  • Anak-anak bisa melihat kembali hasil karyanya pada waktu-waktu yang lain




Tantangan menulis lomba blog PGRI hari kesebelas

Guru Belajar

Oleh: Pono, S.Pd.SD



Salah satu program Kemdikbud dalam menyikapi situasi Pandemi Covid-19 adalah memberi kesempatan semua guru meningkatkan kompetensinya dalam memberikan pengalaman belajar yang bermakna kepada anak-anak. Di masa Pandemi sekarang ini keadaan memang tidak menentu, namun guru harus selalu siap mengelola pembelajaran pada situasi yang tidak seorangpun menghendakinya. 

Kemdikbud mengadakan berbagai program sebagai respon terhadap situasi yang ada. Salah satunya adalah laman Guru Belajar Kemdikbud yang terkoneksi dengan simPKB. Melalui laman Guru Belajar Kemdikbud ini memberi kesempatan seluas-luasnya kepada guru, kepala sekolah serta pengawas sekolah untuk memperluas wawasan melalui program Bimtek maupun Diklat yang dilaksanakan secara daring menggunakan internet.

Teknis pelaksanaannya sangat fleksibel. Peserta tidak harus berada pada satu tempat dalam satu waktu. Peserta dipersilakan memilih jadwal diklat sesuai dengan kesiapannya mengikuti diklat. Jadwal dibuat dalam beberapa angkatan, yakni angkatan 1, angkatan 2, angkatan 3,  dan seterusnya. 

Peserta yang sudah memilih jadwal sesuai dengan kesanggupannya tidak harus mengikuti pelatihan pada hari dan jam tertentu, namun boleh mengikuti dan menyelesaikannya pada waktu luang yang ia miliki asalkan masih dalam rentang waktu sesuai jadwal. Boleh pagi, siang, sore atau malam. 

Untuk mengikuti diklat caranya peserta menelaah materi diklat yang ada dalam kurikulum secara runtut. Dari materi pertama   hingga materi terakhir. Namun sebelumnya peserta mengikuti asesmen pra kegiatan terlebih dahulu. Asesmen pra kegiatan berguna untuk mengetahui kemampuan awal peserta sebelum mengikuti diklat. Setelah menyelesaikan materi ke satu dilanjutkan dengan materi kedua dan seterusnya. Sebagian materi disajikan dalam bentuk tulisan, gambar dan ada juga yang disajikan dalam bentuk video. Ada sedikit perbedaan antara program Bimtek dengan program Diklat. Pada program Bimtek peserta diharapkan betul-betul menguasai konsep yang disampaikan. Sedangkan pada  Pada program Diklat ada tugas yang harus diselesaikan dan mengunggahnya ke laman tersebut. Peserta yang sudah menyelesaikan semua proses dengan baik hingga "asesmen pasca kegiatan" dengan nilai baik berhak atas sertifikat diklat yang dapat diunduh pada waktu yang telah ditentukan.

Beberapa program diklat yang dilaksanakan melalui laman Guru Belajar Kemdikbud antara lain;

  • Seri Masa Pandemi Covid-19, yang terdiri dari program Bimtek dan program diklat

  • Seri Pendidikan Keterampilan Hidup
  • Seri Pendidikan Inklusif
  • Seri Asesmen Kompetensi Minimum


Tantangan menulis lomba blog PGRI hari kesepuluh

 Tugas Liburan

Oleh: Pono, S.Pd.SD



Sebagian orang tua murid mengeluh tidak bisa menjadi guru bagi anak-anaknya. Sebagian yang lain mengeluhkan perilaku anak-anaknya. Ada lagi yang mengeluh karena tidak mempunyai paket internet untuk belajar anaknya. Sekurang-kurangnya itulah beberapa yang saya dapatkan dari interaksi dengan orang tua murid.

Dengan diberlakukannya program WFH, anak-anak tidak lagi ke sekolah. Hingga kini hampir satu tahun sejak Pandemi Covid-19 melanda negeri ini. Berbagai program telah dilakukan, baik oleh pemerintah melalui dinas pendidikan maupun oleh sekolah-sekolah sebagai ujung tombak pelaksana pendidikan secara langsung.

Semua dilakukan tidak lain agar proses pendidikan dan pengajaran terlaksana dengan baik meski di masa Pandemi Covid-19. Beberapa kebijakan yang dilakukan pemerintah pusat dalam menyikapi situasi Pandemi Covid-19 yang populer antara lain: penyederhanaan kurikulum pendidikan, program guru belajar, program guru berbagi, bahkan tak tanggung-tanggung pemberian kuota belajar bagi guru dan murid di seluruh Indonesia.

Tidak ketinggalan sekolah-sekolah sebagai institusi yang melaksanakan pendidikan secara langsung kepada murid juga mempunyai program yang tentunya di sesuaikan dengan kondisi lingkungan. Setengah dari sekolah melaksanakan pembelajaran daring, setengah yang lain melaksanakan pembelajaran luring atau kombinasi dari keduanya yang biasa disebut dengan Blended Learning. 

Sebaik apapun program yang dijalankan sekolah bukan tanpa kendala. Hal itu wajar mengingat kondisi yang beragam. Murid yang satu dengan lainnya memiliki latar belakang keluarga yang berbeda. Begitu pula dengan fasilitas yang ada di sekolah. Satu sekolah dengan sekolah yang lain memiliki fasilitas yang tidak sama.

Apapun kendala yang dihadapi dapat ditemukan pemecahannya jika semua pihak bersungguh-sungguh dalam menyikapi kondisi yang ada. Baik sekolah maupun orang tua rela memberikan perhatian serius terhadap pendidikan anak-anak. 

Salah satu persoalan yang timbul pada anak semenjak diberlakukannya WFH adalah intensitas belajar anak menurun. Anak lebih suka bermain gadget ketimbang belajar. Sebagian anak yang lain lebih suka bermain seharian daripada membaca buku atau berlatih mengerjakan soal matematika. Ada juga yang lebih suka berkunjung ke rumah saudara daripada bermain di rumah sendiri.

Informasi mengenai kebiasaan anak-anak saya dapat ketika orang tua murid mengambil buku rapor semester satu. Kebiasaan orang tua yang mengambil rapor anak-anaknya memang sudah berlangsung selama bertahun-tahun di sekolah tempat saya mengajar. Selain maksud silaturahmi, juga bisa digunakan konsultasi serta bertukar informasi antara guru dan orang tua terkait kondisi belajar anak.

Kebiasaan anak suka bermain wajar mengingat anak usia Sekolah Dasar masih dalam tahap pertumbuhan. Tinggal bagaimana orang tua dan guru mengarahkan anak pada aktivitas yang bermanfaat dan seimbang.

Salah satu usulan orang tua murid kepada guru guna menyikapi kebiasaan anak bermain gadget serta bermain berlama dalam mengisi waktu liburan adalah guru memberikan tugas untuk dikerjakan anak di masa libur semester. Tugas yang diharapkan yang tidak menguras pikiran namun dikerjakan dalam agak lama, dengan tujuan anak-anak menggunakan waktu libur untuk kegiatan yang terarah. Sehingga orang tua mudah dalam mengingatkan anak untuk mengerjakan tugas dari guru.

Guna merespon usulan dari orang tua, saya merancang kegiatan untuk anak yang dapat dikerjakan untuk mengisi waktu liburan. Mengingat libur semester dilaksanakan dalam tempo dua minggu, saya pun merancang dan memberikan tugas sederhana untuk dilakukan selama dua Minggu. Saya memberikan tugas sebanyak 4 macam, dengan pertimbangan dua tugas selesai dalam waktu satu minggu.

Adapun tugas yang saya berikan kepada anak-anak adalah:

*Menggambar desain batik pada kertas gambar

*Membuat kerajinan tempat pensil dari bahan bambu

*Membuat 4 bait pantun nasihat

*Menulis prosa tentang pengalaman sewaktu libur semester menggunakan bahasa sendiri.

Pemberian tugas seperti di atas tentunya bukan tanpa sebab dan tujuan. Sebagai contoh tugas keempat, yaitu menuliskan pengalaman liburan. Mengenai tugas menulis pengalaman pribadi sewaktu libur sudah saya terapkan sejak bertahun-tahun yang lalu sebelum Pandemi Covid-19 kepada anak kelas tinggi pada hari pertama atau kedua masuk sekolah di awal semester. Tujuan saya saya waktu itu untuk mengetahui minat anak serta mengetahui kebiasaan anak di luar sekolah. Namun untuk tugas menulis pengalaman kali ini dilakukan menggunakan ponsel yaitu melalui aplikasi Whatsapp dan dikirim secara pribadi ke nomor saya.

Bagi anak-anak yang merasa penting melaksanakan tugas membuat prosa dengan baik, maka secara otomatis ia akan lebih berhati-hati dalam mengisi liburan agar tulisan yang dihasilkan baik. Begitu pula dengan tugas yang ketiga yaitu membuat 4 bait pantun nasihat. Dengan berusaha membuat pantun nasihat, maka secara otomatis anak-anak menasihati diri sendiri. Jawaban tugas ketiga juga dikirim melalui nomor Whatsapp. Mengapa memilih aplikasi WhatsApp? Karena hari ini banyak yang menggunakannya.

Tugas membuat kerajinan dari bambu untuk merangsang kreatifitas anak dalam mengolah benda - benda yang ada di sekitar tempat tinggal anak. Sedangkan  menggambar desain batik untuk menumbuhkan jiwa seni.

Setelah selesai menggambar desain batik selanjutnya anak-anak memfoto hasil karyanya dan mengirimkan ke nomor WA. Begitu pula dengan tugas membuat kerajinan dari bambu. Bedanya tugas membuat  benda tiga dimensi, selain difoto juga bukti fisik dikirim ke sekolah.

Demikian yang dapat saya sampaikan mengenai tugas anak-anak kelas 6 di masa libur semester. Semoga bermanfaat bagi yang membacanya. 


Salam persahabatan,


Banjarnegara 10 Pebruari 2021 sebelum tidur.

Tantangan menulis lomba blog PGRI hari kesembilan

WFH  9 Pebruari 2021

Oleh : Pono, S.Pd.SD



Hari ini saya WFH (work from home) karena jadwal saya untuk bekerja di sekolah hari Senin, Rabu dan Sabtu. Jadwal memang sering berubah sesuai keadaan terkini terkait Pandemi Covid-19. Tentunya berdasar surat dari dinas pendidikan. Surat dari dinas biasanya menjadi acuan untuk membuat kebijakan di sekolah pada 14 hari kedepan. Pada Minggu yang lalu berdasarkan surat dari dinas pendidikan 25% guru dan karyawan yang hadir dan bekerja di sekolah (WFO) dalam sehari, selebihnya WFH. Adapun mulai hari ini jadwal berubah menyesuaikan surat terbaru, yaitu 50% guru dan karyawan yang hadir di sekolah untuk melakukan WFO .

Sesuai kesepakatan dengan anak-anak setiap hari Selasa saya memberikan pembelajaran secara on line melalui grup Whatsapp. Kegiatan ini sudah berjalan berminggu-minggu sehingga anak-anak tampaknya sudah hapal dengan agenda mingguan yang sudah disepakati bersama. Begitu pula istriku. Ia telah memahami agenda kegiatan saya setiap hari Selasa pagi. Pagi-pagi sambil menggendong Nurul, anak saya yang belum berumur 6 bulan.  Saya mulai membuat persiapan, segera saya  ambil ponsel untuk menyapa anak-anak. Kebetulan Nurul tengah terlelap di atas kain yang biasa digunakan untuk menggendongnya. Saya pun lebih leluasa mengoperasikan ponselku tanpa khawatir dihalau tangan mungilnya.

Sebelum aktivitas pembelajaran dimulai, saya menyapa anak-anak, mengingatkan mereka untuk bersiap-siap. Kali ini saya tidak membuat chat dalam bentuk tulisan, namun saya mengirimkan chat berbentuk gambar bergerak atau yang lebih banyak dikenal dengan gambar GIF yang saya buat menggunakan aplikasi yang melekat  sebaik saja saya memegang ponsel.


Beberapa anak pun merespon dengan menyatakan kesiapannya. Kebetulan tetangga yang bertugas menimang bayi segera datang sehingga saya dapat leluasa bergerak. Saya pun segera membersihkan badan supaya terasa segar. Tak selang berapa lama waktu menunjukkan pukul 8. Saya pun segera mengambil ponsel setelah berganti baju dan meletakkan handuk pada jemuran yang terbuat dari alumunium. 

Saya segera membuka grup WA tempat berlangsungnya kegiatan pembelajaran on line Selasa lepas. Saya pun memasukinya dengan mengirimkan chat sebagai sapaan pertama. Saya pun mengucapkan salam dan disambut jawaban salam dari anak-anak. 

Saya pun menyatakan bahwa pembelajaran akan segera dimulai. Oleh karena itu anak-anak yang sudah hadir saya persilakan menunjukkan kesiapannya dengan menyebut nama dan hadir. Saya pun memulai kegiatan tersebut dengan maksud memberi contoh kapas anak-anak dengan menulis "Pono hadir". Anak-anak pun mengikuti dengan menyebutkan nama disertai kata hadir dengan cepat. Tampaknya beberapa dari mereka telah siap sedia di depan layar ponsel sebelum saya memasukinya.

Mula-mula yang menyatakan kehadiran dan kesiapan belajar adalah Hesti, kemudian disusul Azka, Faiq, Hasna dan lain lain. Sebanyak 15 anak dari 18 anak kelas 6 hadir dan menyatakan kesiapan mengikuti pembelajaran.

Setelah waktu menunjukkan jam 08.15 saya menyapa anak-anak kembali dan mengajak anak-anak berdoa memulai Pembelajaran. Pada pembelajaran kali ini anak-anak saya ajak berlatih mengolah data.

Untuk apersepsi saya menanyakan kepada anak-anak mengenai makna dari kata mengolah dan data. Anak-anak pun menjawab dengan jawaban yang beragam. Keberagaman jawaban anak bagi saya menunjukkan originalitas jawaban mereka, walaupun ada beberapa dari jawaban Mereka. Sebagian besar menjawab menjawab dengan benar, meskipun masih ada beberapa yang menjawab kurang tepat. 

Saya pun menjelaskan kepada anak-anak mengenai mengolah data, yaitu mengolah berarti proses atau tindakan yang dilakukan terhadap sesuatu. Biasanya terhadap benda atau barang. Namun dalam. Hal ini tindakan dilakukan terhadap data. Data sendiri merupakan informasi yang didapat atau dikumpulkan untuk tujuan tertentu.

Dalam berbicara dengan anak-anak memang saya usahakan sesederhana mungkin, dengan maksud mereka mudah  memahami apa yang saya tuturkan.

Selanjutnya saya menyilakan anak-anak menyebutkan nama masing-masing disertai umur. Tujuan saya adalah untuk mendapatkan contoh data sebagai bahan pembelajaran hari ini. Data yang digunakan data yang berhubungan langsung dengan anak-anak untuk menarik perhatian mereka dalam belajar. Untuk memulai sekaligus memberi contoh saya pun menyebutkan nama serta umur saya. "Pono 42 tahun".

Setelah saya menyebutkan nama dan umur , satu persatu anak-anak pun menyebutkan nama dan umur mereka. Arif menjawab pertama kali diikuti Chelcilia, Dessyifa dan seterusnya hingga hingga kelimabelas anak yang mengikuti pembelajaran hari ini telah menyebutkan nama dan umurnya.

Setelah diketahui kumpulan bilangan umur dari anak-anak, saya persilakan  mereka mengidentifikasi bilangan terendah, tertinggi serta bilangan yang paling sering muncul pada data umur anak-anak. Dalam hal ini semua anak menjawab dengan benar. Saya pun merasa bahagia melihat anak-anak sudah bisa menemukan modus dari sebuah data, meskipun saya belum menjelaskan bahwa yang mereka temukan adalah modus.

Setelah berlatih menemukan modus, saya persilakan anak-anak mengurutkan semua bilangan dari terendah sampai tertinggi. Tujuan saya agar anak-anak belajar mengelompokkan data yang mereka kumpulkan serta menghitungnya.  Ketika sampai pembahasan seperti ini sebagian  anak dapat melakukan dengan baik namun masih ada yang belum. Saya pun memberi penguatan serta reward bagi yang menjawab dengan benar.

Jumlah anak yang berumur 11 tahun sebanyak = 8

Jumlah anak yang berumur 12 tahun sebanyak = 5

Jumlah anak yang berumur 13 tahun sebanyak = 2

Anak-anak saya persilakan menghitung perkalian 11 dengan 8, 12 dengan 5 serta 13 dengan 2.

Hasilnya hampir semua menjawab benar, namun ada yang penulisannya kurang tepat.

11x8=88

12x5=60 

13x2=26

Saya persilakan bagi yang merasa kesulitan untuk mengajukan pertanyaan. Karena tidak ada pertanyaan maka  saya persilakan anak-anak menghitung penjumlahan dari 88, 60, dan 26. Sebagian menjawab benar. Kepada anak yang menjawab benar, saya memberikan reward dengan tujuan memotivasi semua peserta yang mengikuti pembelajaran.

Anak-anak sudah belajar mengerjakan sesuai arahan namun belum sampai pada tujuan yang sebenarnya yaitu menyajikan data dalam bentuk tabel. Sambil menunggu anak-anak mengirim jawaban, saya menggambar tabel berdasar data dari anak-anak tersebut. Selesai menggambar saya pun memfotonya dan mengirimkan ke Grup WA. Sebelumnya, sebagai pengantar saya mengatakan ; "Anak-anak, data yang telah kita bahas sejak tadi bisa kita sajikan dalam bentuk tabel. Contohnya seperti di bawah ini."

Tabel yang saya buat memang kurang bagus, karena saya buat menggunakan tangan dan pulpen tanpa penggaris. Namun ternyata lebih bagus dari buatan anak-anak. Hehehe...



Saya persilakan anak anak memperhatikan gambar tabel dan menjelaskan mengenai modus data di atas serta cara menemukan mean (nilai rata-rata)  dari data tersebut. Setelah anak-anak menyatakan memahami cara menemukan modus dan mean, saya pun memberikan latihan seperti proses yang sudah mereka lakukan yaitu mengumpulkan data mengenai hobi dari anak-anak. Mereka pun dengan cepat menyebutkan hobinya masing-masing. Belum sampai kepada 

Praktik mengolah data tersebut, waktu sudah menunjukkan pukul 10. Pembelajaran saya akhiri, adapun tugas tetap dilaksanakan secara mandiri. Menggambar tabel, menemukan modus serta mean dari data yang mereka kumpulkan. Jawaban dikirimkan secara pribadi ke nomor WA yang sudah saya sediakan beserta laporan sederhana atas kegiatan yang dilakukan.

Pembelajaran ditutup dengan bacaan hamdalah dan pertemuan saya akhiri dengan ucapan salam.


Banjarnegara, sore hari Selasa, 9 Pebruari 2021.

Tantangan menulis lomba blog PGRI hari kedelapan

 Kunjungan Rumah

Oleh: Pono, S.Pd.SD


Kunjungan rumah atau yang belakangan populer dengan istilah Home Visit (HV) merupakan aktivitas pembelajaran yang diterapkan dalam situasi Pandemi Covid-19. Istilah yang serupa untuk aktifitas yang hampir sama adalah guru kunjung atau guru keliling. Pada kegiatan kunjungan rumah  atau home  visit, guru menemui anak-anak di rumahnya dengan menerapkan protokol kesehatan. 

Lalu mengapa kunjungan rumah dilakukan?

Setiap aktivitas pembelajaran yang dipilih tentunya bukan tanpa alasan. Suatu aktivitas pembelajaran ada sebabnya serta memiliki tujuan. Jika tidak maka berarti kegiatan tidak memiliki arah yang jelas.

Sejatinya kunjungan rumah waktu itu dilakukan untuk mengganti aktivitas pembelajaran yang sebelumnya  dilakukan di sekolah, namun tidak lagi  dilakukan dikarenakan kendala Pandemi Covid-19, Tentunya tidak dapat 100% memindahkan aktivitas pembelajaran di sekolah ke rumah anak-anak. Hal ini dikarenakan terbatasnya waktu serta suasana yang berbeda. Di rumah  tentunya tidak tersedia fasilitas belajar sebagimana yang tersedia di sekolah.

Sebelum Pandemi Covid-19 anak-anak belajar di sekolah setiap hari sejak pagi hingga siang, akan tetapi di saat Pandemi anak-anak tidak diperkenankan masuk ke sekolah dengan alasan mencegah atau memutus mata rantai penularan covid-19. Oleh karena itu kurikulum yang digunakan  pun diganti atau disesuaikan.

Pada situasi Pandemi Covid-19 sekolah menerapkan kurikulum BDR yang merupakan akronim dari Belajar Dari Rumah. Pada kurikulum ini anak-anak belajar mandiri di rumah masing-masing dengan tugas dan arahan dari guru di sekolah. Teknisnya ada yang menggunakan modul, diktat atau LKM. Ada juga yang menggunakan fasilitas jaringan internet yang akrab disebut pembelajaran Daring atau dalam jaringan. Ketika internet dapat diakses dengan baik dan digunakan dalam proses belajar mengajar disebut Daring, sedangkan manakala di satu tempat atau waktu yang berbeda internet tidak dapat  diakses dengan baik. Pembelajaran seperti ini dinamakan Luring atau Luar Jaringan. 

Pada pembelajaran Luring  guru mendistribusikan bahan ajar kepada anak-anak melalui orang tua. Sebagai contoh orang tua mengambil dan mengembalikan Lembar Kerja Mingguan (LKM) sekali dalam seminggu. Anak-anak juga melakukan konsultasi dengan guru melalui orang tua. Anak-anak melaksanakan tugas yang tertera pada LKM dalam kurun waktu seminggu, selanjutnya mengirimkan jawaban atau hasil dari tugas kepada guru melalui orang tua yang datang ke sekolah  sekali dalam seminggu.

Konsultasi melalui orang tua hanya sekali dalam seminggu, selanjutnya  guru menemui anak-anak di rumahnya. Guru mengunjungi rumah anak-anak dengan tujuan dapat bertemu secara langsung untuk melakukan diskusi dan membahas kendala dalam melaksanakan tugas di rumah. Untuk ini guru menyusun jadwal kunjung agar bisa menemui semua anak sekali dalam seminggu.


Kunjungan Rumah kelas 6 

Kelas 6 yang saya kelola terdiri dari 18 anak yang tersebar di beberapa dusun. Agar semua dapat ditemui maka guru menyusun kelompok berdasarkan wilayah domisili anak-anak menjadi 4 kelompok

Jumlah anak pada tiap-tiap kelompok paling banyak 5. Ini dimaksudkan agar dapat menjaga protokol kesehatan dalam kegiatan yang kunjungan rumah tersebut. Guru mengunjungi kelompok-kelompok anak di rumah dengan menerapkan protokol kesehatan yaitu mencuci tangan, memakai masker serta menjaga jarak. Itulah sebabnya  jumlah anak pada masing-masing kelompok paling banyak 5.


Waktu kunjung

Kunjungan dilakukan pada jam sekolah yaitu pagi hari hingga siang. Sebelum guru sampai di rumah yang akan dikunjungi. Waktu kunjung tidak terlalu lama agar anak-anak tidak merasa capek. Begitu pula dengan guru harus menjaga kesehatan 


Kegiatan dalam kunjungan di rumah

Sebagaiman pada pembelajaran di sekolah guru memeriksa kehadiran anak-anak. Tujuannya bukan untuk memberi hukuman kepada anak yang tidak hadir, namun untuk mengetahui sejauh mana dalam melayani kebutuhan anak-anak dalam hal kegiatan belajar. Sebelum memulai Pembelajaran seperti biasa melakukan aktifitas berdoa. Mengingat waktu yang disediakan terbatas maka  perlu menyusun rencana dengan baik. 

Pada mulanya  guru menanyakan kepada anak-anak, apakah dalam mengerjakan tugas mengalami kendala atau hambatan. Kendala bisa berupa kendala teknis maupun non teknis. Selanjutnya mendiskusikan guna menemukan solusi dari kendala tersebut. 

Jika sudah menemukan solusi atas kendala atau permasalahan yang ada, guru memaparkan materi pembelajaran yang ada di LKM, serta langkah-langkah dalam melaksanakan tugas. Tidak lupa pada kegiatan ini diisi dengan tanya jawab. Anak-anak dipersilakan bertanya secara langsung. Setelah diskusi dan pemaparan selanjutnya menutup  kegiatan.


Hal-hal yang perlu diperhatikan

Dalam kegiatan kunjungan anak-anak harus jujur atas keadaan yang sebenarnya dialami agar mendapat solusi yang tepat atas permasalahan yang dialami. Baik guru maupun anak-anak tetap menerapkan protokol kesehatan dengan baik seperti mencuci tangan dengan sabun, menggunakan masker serta menjaga jarak ketika duduk maupun di luar rumah. Datang dan pergi sesuai jadwal dan tidak berkerumun.

Demikianlah yang dapat saya sampaikan pada kesempatan kali ini. Semoga bermanfaat. 

Salam persahabatan, 

Tantangan menulis lomba blog PGRI hari ketujuh

Tak ada Agenda Sekolah

Oleh: Pono, S.Pd.SD


Hari ini hujan turun sejak pagi. Tidak deras memang. Hanya rintik-rintik, namun cukup mendinginkan punggung petani yang terpaksa harus mencari rumput pakan kambing peliharaannya. Aku pun hanya terdiam sambil menatap layar ponselku. Sambil memangku Nurul, anakku yang baru berumur 5 bulan yang tengah terlelap tidur. Ia tampak pulas sekali, aku tak mau membangunkannya, meskipun pada hari-hari biasa jam 7 sudah dimandikan oleh ibunya. Dengan perlahan aku  mengambil ponsel yang ada di atas loker dan melihat isinya.  Bilqis, kakaknya yang  bersekolah di TK PGRI dekat rumahku sedang asyik bermain sendiri di depan kusen jendela ruang tamu. Ia tampak sedang menyaksikan rintik-rintik hujan yang turun membasahi halaman depan rumahku. Sesekali tampak olehku ia menari sambil melompat-lompat di tengah suara hujan mengguyur. Sepertinya ia menikmati irama musik yang dihasilkan hujan pagi ini.

Ku tatap lagi layar ponselku. Ponselku memang tak mahal. Namun aku menatapnya setiap hari tidak kurang lima jam. Bukan karena aku sangat menyayanginya. Aku menggunakannya untuk banyak keperluan. Salah satunya untuk menulis di blog.  Tak berapa lama ku arahkan kembali pandanganku ke jendela tempat Bilqis berada sebelumnya. Ia tidak ada di tempatnya. Hujan terus mengguyur, Nurul masih terlelap dalam tidurnya seakan dinina bobokan suara hujan. Aku tak berani bersuara keras. Takut membangunkan Nurul sebelum ia cukup dalam tidurnya. Biasanya bayi jengkel kalau terbangun dari tidur pada saat yang kurang tepat. Ku pandangi setiap penjuru ruang tamu kalau-kalau Bilqis ada di sudut ruangan yang terbebas dari jangkauan pandangan mataku. 

Saat ku menatap kembali layar ponselku sambil sesekali menengok ke halaman melalui kaca jendela, terdengar sayup-sayup suara anak kecil melafalkan beberapa kata dalam bahasa Arab berulang-ulang. Rupanya Bilqis sedang membaca buku Qiroati yang biasa ia bawa mengaji di TPQ setiap sore. Bilqis memang nggak bisa diam, apalagi jika Via temannya yang masih kerabat datang untuk bermain bersamanya. Rumah seakan kapal pecah. Tapi tak apa lah. Karena itu bagian dari proses belajarnya dalam mengenali benda-benda di sekitarnya. Yang penting setelah selesai mereka merapikan sendiri mainannya.  Jika sudah bersama temannya, dalam hitungan  detik semua lantai di pekarangan rumah sudah terinjak telapak kakinya yang masih cukup kecil.

Hari ini Ahad 7 Pebruari 2021. Tidak ada agenda sekolah yang ku kerjakan. Biasanya hari Ahad memang khusus untuk urusan keluarga. Namun karena berkomitmen untuk menulis di blog setiap hari di bulan Pebruari, saya menggunakan kesempatan untuk mencapai target harian menulis sebayak minimal 300 kata. 

Matahari tak berani muncul. Terhalang awan yang menitikkan air hujan. Menurut prakiraan cuaca yang disampaikan oleh google hari ini memang akan turun hujan disertai petir. Nasib baik petir tak muncul, hujan pun teratur. Agak sedikit lega rasanya, karena tugas mengoreksi hasil karya anak-anak sudah rampung hari Sabtu kemarin. Buku tugas siap dibagikan Rabu depan sesuai kesepakatan. Kesempatan bagiku meregangkan otot-otot serta melemaskan sendi-sendi tulangku. Di dapur istri sedang memasak daun pepaya kesukaanku.  Setelah masakan siap dihidangkan ia pun memanggilku untuk segera menyantap hasil karya terbaiknya dalam mengolah bahan makanan.

Masih ada tugas sekolah yang belum sempat aku rampungkan. Namun biarkan aku lanjutkan hari Senin besok. Hari ini untuk melepas penat sembari bercengkerama dengan keluarga. Besok lagi-lagi aku akan menempuh jarak 30-an kilometer ke sekolah tempat aku bekerja. Lumayan jauh memang. Bagiku tidak masalah, asalkan tubuh berasa sehat dan sepeda motor kondisi baik. Sejak dua belas tahun yang lalu saya menempuh jarak puluhan kilometer setiap hari menghasilkan beragam kisah yang belum dituliskan. Itulah salah satu sebab mengapa saya mengikuti pelatihan Belajar Menulis. Harapan saya suatu hari dapat menghasilkan tulisan atas apa yang sudah saya lakukan. 

Tantangan menulis lomba blog PGRI hari keenam

Kronologi Pembelajaran On Line Selasa, 26 Januari 2021

Oleh: Pono, S.Pd.SD



Apa kabar sobat blogger ? 
Semoga sobat semua sejahtera dalam lindungan Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, aamiin.

Sengaja kali ini saya akan berbagi pengalaman dalam pembelajaran di kelas On Line pada masa yang lalu. Semoga saja tulisan saya kali ini bisa menemani sobat blogger dalam mengisi waktu luang, misalnya bagi sobat yang sedang menunggu kereta, menikmati secangkir kopi atau teh hangat, menunggu teman untuk kondangan bersama atau mengisi waktu istirahat siang di kantor atau pabrik. Pokoknya di mana saja deh.

Sobat blogger,

Seperti yang saya sampaikan melalui postingan saya yang lalu bahwa di masa Pandemi Pembelajaran On Line dilaksanakan pada Selasa beberapa pekan terakhir. Kali ini yang akan saya ceritakan adalah pembelajaran pada 26 Januari 2021. Mengapa saya ceritakan satu persatu. Mengingat pada tiap-tiap pertemuan ada saja perbedaannya. Lagipula pembelajaran seumpama ini belum terlalu banyak yang melaksanakannya di tingkat sekolah dasar.

Waktu itu jam menunjukkan pukul 08.02. Mengingat  kami telah membuat kesepakatan memulai Pembelajaran pukul 08.00, tanpa berpikir panjang saya pun segera menyapa anak-anak.

"Assalamu'alaikum wr wb."

"Mengingat waktu sudah menunjukkan jam 08.00, pembelajaran akan segera dimulai. Untuk itu silakan anak-anak menyatakan kehadiran dengan menulis nama diikuti kata hadir." 

Sebenarnya pukul 08.00 bukan waktu memulai pemaparan materi, namun waktu saya membuka kelas. Sebagaimana pada pembelajaran tatap muka, sebelum pemaparan materi terlebih dahulu dilakukan persiapan-persiapan. Baik menyiapkan alat bantu pembelajaran maupun menyiapkan mental untuk mengikuti pembelajaran. 

Saya pun segera menulis chat, "Pono hadir". Kemudian diikuti anak-anak.

"Hesti hadir"

"Astuti hadir"

'Zazid hadir"

"Zahra hadir"

"Hasna A hadir"

"Riyo hadir"

"Vero hadir"

"Dimas hadir"

"Dessyifa hadir"

"Ardelia hadir"

"Baiklah, untuk saat ini 10 anak yang sudah siap. Yang lain menyusul."

Tak lama berselang Nahdia masuk dengan chat, "Nahdia hadir."

Sebelas anak sudah di dalam kelas, siap mengikuti pembelajaran.

"Materi pembahasan kita kali ini adalah KPK atau yang merupakan singkatan dari Kelipatan Persekutuan Terkecil."

"Materi KPK sudah banyak dijumpai di kelas 5, di kelas 6 diberikan lagi untuk memperdalam kemampuan anak mengenai KPK."

"Barangkali sebelum saya lanjutkan ada yang mau bercerita atau menyampaikan pengetahuannya tentang KPK? Silakan."

Satu menit berlalu belum ada yang menjawab. Saya pun melanjutkan. 

"Baiklah, kalau belum ada yang berani menjawab. Saya lanjutkan."

"Ada tiga kata yaitu kelipatan, persekutuan, terkecil. Kelipatan dapat diartikan pengulangan bilangan atau penambahan  secara teratur."

"Sebagai contoh kelipatan  1 meliputi : 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11,12,13,14,15,16,17,18,19,20,21, ... (dan seterusnya sampai tak terhingga). Kelipatan 2 meliputi: 2, 4,6,8,10,12,14,16,19,20,22,24,26,28,30,32,34,36,38,40, ... 

Sekarang coba kaliyan sebutkan bilangan-bilangan yang merupakan kelipatan 3. Silakan."

Beberapa anak masuk.

"Azka hadir"

"Sahrul hadir"

"Ari hadir"

"Faiq Hadir"

Sehingga 15 anak telah hadir.

"Baik lanjutkan silakan."

Kemudian Faiq menjawab, "3,6,9,12,15, 18, 21, 24, 27, 30,....." Diikuti Riyo yang menyebutkan baris bilangan yang sama.

Selanjutnya Zazid menjawab, "6,9,12,15,18,21,24,27,30" diikuti Dimas Agustiar dengan jawaban yang sama. 

Semua yang hadir pun menjawab dengan jawaban menyerupai jawaban Faiq. Saya pun melanjutkan. 

"Baiklah. Mengenai kelipatan polanya sama. Kita lanjutkan dengan persekutuan. Mengenai persekutuan maknanya kesamaan. Coba kaliyan temukan bilangan yang sama yang tertera pada baris bilangan  di atas, yaitu bilangan yang termasuk keliatan 2 dan termasuk kelipatan 3."

Dengan cepat Zazid menjawab, "6, 12, 24". Diikuti anak-anak yang lain menjawab dengan jawaban yang sama dengan jawaban Zazid.

Karena saya melihat masih ada bilangan yang belum.disebutkan saya pun bertanya, "Kalau 18 dan 30 menurut kalian termasuk apa tidak ya?"

Zazid segera menjawab, " Iya Pak , termasuk". Arif menjawab, "Iya, Pak." Kemudian diikuti anak-anak yang lain menjawab dengan jawaban yang maknanya kurang lebih sama dengan jawaban Zazid dan Arif.

Kemudian saya berkata,"coba diurutkan lagi." Maksud saya yang sebenarnya adalah agar mereka menuliskannya secara lengkap dan runtut. Anak-anak memang lucu. Dengan cepat Dimas menjawab, "Iya Pak". Namun Arif cepat tanggap menjawab "6,12,18,24,30", diikuti Hesti, Ardelia, Syifa, Zahro, serta Sahrul dengan jawaban seperti jawaban Arif.

Saya pun memberi penguatan denga mengatakan "Bagus" serta membubuhkan tanda gambar jempol pada chat. 

Masih seperti biasa masih disusul anak-anak yang lain memberikan jawaban sama seperti jawaban yang telah saya nyatakan benar.

Tanpa merisaukan jawaban anak-anak,  saya pun melanjutkan mengajukan pertanyaan, "Di antara bilangan kelipatan dari 2 dan 3 yang sama, bilangan berapa yang paling kecil?"

Dengan cepat semua menjawab, "6". Lagi-lagi saya memberi penguatan dengan mengatakan bagus. "Bagus dengan demikian dapat dinyatakan KPK dari 2 dan 3 adalah 6". Lagi-lagi masih ada anak yang masih menjawab "6". Mungkin karena kondisi sinyal yang kurang stabil sehingga ada saja anak yang terlambat dalam menjawab. 

"Sekarang, untuk latihan . Dengan cara yang sama tentukan KPK dari 6 dan 8." 

Mulailah anak-anak menjawab dengan jawaban beragam. Mula-mula jawaban Zazid 

6,12,18,24,30,36,42,48.

8,16,24,32,40,48,56,64

Disusul Faiq dengan jawaban yang sama.  Sedangkan Ardelia, setelah menulis jawaban langsung menghapusnya. Zazid pun menjawab lagi, "KPK 6 dan 8 = 24". 

"Tepat , Zazid. Selamat"

'Berikutnya untuk meningkatkan tahap latihan. Dengan cara yang sama tentukan KPK dari 10 dan 12."

Kali ini Dessyifa yang tampil lebih dulu. "Kelipatan 10 adalah 10,20,30,40,50,60, ...

Kelipatan 12 adalah 12,24,36,48,60, ...

KPK 10 dan 12=60"

Saya pun memberi penguatan, "Tepat Dessyifa KPK dari 10 dan 12 adalah 60. 👏" Kemudian anak-anak yang lain menjawab dengan benar.

Saya pun melanjutkan, 

"Baik, kita bahas sedikit. 

Mengenai KPK hanya ada satu bilangan. Karena disebutkan terkecil maknanya paling kecil. Jadi hanya ada satu bilangan. Sebagai contoh KPK dari 2 dan 3 adalah 6. Hanya bilangan 6. Begitu pula dengan KPK dari 6 dan 8 adalah 24. Hanya bilangan 24. Tidak ada bilangan yang lain. KPK dari 10 dan 12 adalah 60. Tidak ada bilangan yang lain.

Kemudian mengenai penulisan. 

Dalam matematika tanda  titik dua (:) dan sama dengan (=) memiliki makna yang berbeda.

Oleh karena itu penulisan tanda harus tepat. 

Sebagai contoh penulisan yang tepat.

KPK dari 10 dan 12 adalah 60  

Contoh penulisan yang belum tepat KPK dari 10 dan 12 : 60 (karena ini bermakna KPK dari 10 dan 12 dibagi 60)

Baiklah semua peserta sudah menunjukkan sikap belajar yang meningkat.👍"

"Untuk latihan yang sedikit lebih tinggi. Tentukan KPK dari 8, 10dan 12. 

Silakan. Boleh gunakan kertas kosong untuk corat-coret.👌"

Ardelia dan Dimas menjawab, 

"8,16,24,32,40,48,56,64

10,20,30,40,50,60

12,24,36,48,60

KPK 8,10,dan 12 adalah 120"


Chelcilia, Riyo, Azka, Faiq menjawab 'KPK 8,10 dan 12 adalah 120". 

Kali Zazid mengirim foto mengenai jawaban yang ia buat di buku tulis. Jawabannya sudah benar.

Say menjelaskan,

"Penulisannya KPK dari 8, 10 dan 12 adalah 120."

"Baiklah abak-anak. Mengenai konsep KPK saya kira sudah bisa dikuasai, tinggal banyak latihan saja agar semakin mahir 💪. Sekarang kita belajar tentang faktorisasi dan faktorisasi prima. FAKTOR secara sederhana berarti bagian. Kalau disebutkan  faktor dari  6 maknanya bagian dari bilangan 6 , yaitu 1, 2, 3, 6. Mengapa demikian? 

Karena 

1 x 6 = 6

2 x 3 = 6

Kalau disebutkan faktor dari 8 maknanya bagian dari bilangan 8 yaitu 1, 2, 4, 8.

Karena 

1 x 8 = 8

2 x 4 = 8

Sekarang dengan cara yang sama tentukan faktor dari 12. Di WA kalian bisa menggunakan teknik copy paste namun angkanya dirubah, atau tulisannya dirubah sehingga bisa mengetik lebih cepat 👌."

Dengan cepat sebagian menjawab, 

1x 12=12

2x 6=12

3x 4=12

Sebagian yang lain menjawab 1, 2, 3, 4, 6 dan 12.

Saya pun memberi penguatan, " Baik, Faktor dari 12 adalah 1,2, 3, 4, 6, 12."

"Penulisan sudah benar, tinggal ditambah kata "Faktor dari 12 adalah" di bagian depan. Dan sebaiknya memang urut."

Kemudian saya melanjutkan pertanyaan agar anak-anak mencari faktor dari 24. Hasilnya semua dapat menjawab dengan benar. 

Selanjutnya faktor dari 1, 2, 3, 4, 5, 6 dan seterusnya. Setelah menemukan hasilnya saya tanyakan kepada mereka bilangan berapa saja yang hanya memiliki dua faktor. Rata-rata menjawab dengan benar. 

Tanpa mengulur waktu saya menjelaskan bahwa bilangan yang mempunyai dua faktor dinamakan bilangan prima. Mereka pun menyebutkan bilangan-bilangan prima pada deret bilangan yang telah mereka tulis.

Untuk mengakhiri pembelajaran saya menyampaikan bahwa bilangan prima dapat digunakan untuk membuat pohon faktor. Pembelajaran berikutnya akan membahas mengenai cara menemukan KPK menggunakan Faktorisasi Prima. 

Sebagai tindak lanjut anak-anak membuat laporan kegiatan secara sederhana melalui chat pribadi.

Demikian sobat blogger mengenai pembelajaran yang saya sampaikan. Mudah-mudahan bermanfaat. Kekurangan di sana-sini tentunya ada. Saran yang baik saya nantikan dari sobat.

Salam persahabatan,

Banjarnegara, 6 Pebruari 202 jelang tengah malam.












Tantangan menulis lomba blog PGRI hari kelima

 Alternatif Pembelajaran On Line

Oleh: Pono, S.Pd.SD



Sebelum pembelajaran dengan Grup WA di mas Pandemi dimulai, saya menawarkan  alternatif pembelajaran menggunakan media online. Salah satunya pembelajaran menggunakan media blog. Pembelajaran menggunakan media blog sudah pernah dilaksanakan di kelas 6 tahun silam sebelum Pandemi. Tujuan penggunaan media blog dalam pembelajaran di kelas adalah untuk memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak-anak, serta berlatih menggunakan fasilitas teknologi untuk belajar.

Pembelajaran menggunakan blog di kelas tinggi dirasa membantu  dalam mewujudkan pembelajaran di masa pandemi covid-19. Itulah sebabnya saya tawarkan model tersebut kepada anak-anak. Pada pembelajaran yang dimaksud penggunaan blog bisa dipadukan platform yang lain seperti google form. Rencananya pengantar dan paparan materi disajikan berbentuk tulisan di blog dengan diselingi video sebagai penguat. Sedangkan latihan soal dan evaluasi disajikan melalui google form. Pertanyaan anak-anak bisa dilakukan melalui kolom komentar blog. 

Pada pembelajaran tatap muka yang lalu anak-anak sudah berlatih menulis di kolom komentar blog, mengirim jawaban ke alamat email, serta mengerjakan soal yang disajikan melalui google form. Sejatinya penggunaan blog sebagai media pembelajaran menyenangkan sudah lebih jauh dikelas 6. Di tahun silam sebelum virus Corona datang menyerang, anak kelas 6 sudah memosting jawaban tugas di blog sudah saya sediakan. Bukan hanya puisi dan rangkuman yang mereka posting namun presentasi kerja kelompok yang  umumnya dilakukan di depan kelas, bisa dilakukan di halaman serta memostingnya dalam bentuk video. Harapan saya penggunaan media blog untuk pembelajaran lebih optimal justru di tengah Pandemi. 

Sebelum rencana program dijalankan, terlebih dahulu melakukan survei untuk mengetahui apakah program dapat berjalan dengan baik atau tidak. Untuk itu saya mengirimkan link postingan blog yang saya miliki berupa materi pelajaran untuk anak usia SD ke Grup WA. Sebagian mambaca melalui link yang saya kirimkan, namun sebagian mengatakan tidak bisa mengakses blog karena kuota internet yang dimiliki hanya bisa mengakses WhatsApp. Oleh karena itu saya putuskan melakukan pembelajaran melalui Grup WA. 

Pada pembelajaran melalui Grup WA yang pertama ada sebagian anak yang tidak bisa mengikuti. Terbukti belum mengirimkan tugas yang saya berikan, akan tetapi menghubungi saya melalui pesan Facebook dan menanyakan tugas hari itu. Tanpa berpikir panjang, saya pun membagikan postingan saya di Grup WA ke pesan Facebook miliknya. Tujuan  saya agar selain memahami kronologis pembelajaran sekaligus mengetahui tugas bagi anak-anak. Mengingat ada dua anak yang belum bisa mengikuti pembelajaran melalui Grup WA, maka pada pertemuan kedua setelah selesai pembelajaran saya pun langsung membagikan postingan saya ke pesan Facebook kedua anak tersebut. Hasilnya kedua anak tersebut mengirimkan tugas sesuai yang diharapkan. Pada pertemuan ketiga semua anak sudah bisa mengakses Grup WA sehingga pembelajaran dilakukan hanya melalui Grup WA.

Manusia merencanakan Tuhan yang menentukan. Seiring berjalannya waktu, di tengah Pandemi yang terus berkecamuk, penggunaan blog justru lebih banyak saya gunakan untuk belajar. Terutama yang sedang saya geluti adalah belajar menulis, yaitu memosting resume pelatihan. 
Guru merupakan sosok teladan bagi muridnya, baik disadari atau tidak. wajar jika ada peribahasa yang mengatakan, "Guru kencing berdiri,murid kencing berlari". Begitu pula dalam hal menularkan semangat belajar dan berkarya. Itulah sebabnya di masa Pandemi ini saya lebih banyak menggunakan waktu untuk belajar melalui pelatihan - pelatihan. Baik yang berbayar maupun gratis. Semoga tulisan saya yang tidak seberapa ini dapat menjadi sebab tumbuhnya semangat belajar bagi yang membaca. 



Banjarnegara, 5 Pebruari 2021 


Tantangan menulis lomba blog PGRI hari keempat

Musyawarah dengan Wali Murid

Oleh: Pono, S.Pd.SD


Di awal-awal  masuknya virus Corona ke Indonesia masyarakat menyikapinya dengan beragam. Anak-anak sekolah serta guru-guru tidak diperkenankan masuk ke sekolah, dengan maksud memutus mata rantai penyebaran covid-19. Berikutnya anak-anak sekolah dan guru-guru boleh masuk dengan penerapan protokol kesehatan secara ketat. Sekarang anak-anak tidak diperkenankan ke sekolah lagi sedangkan guru masuk ke sekolah dengan cara bergantian. 25% saja yang masuk ke sekolah untuk melakukan kerja dengan pola WFO, sedangkan 75% dari jumlah guru pada sekolah tersebut melaksanakan kerja dengan pola WFH.

Bagi saya kondisi seperti ini tidak menjadi masalah karena hal tersebut merupakan dinamika yang harus terjadi. Banyak pakar yang memikirkan hal tersebut khususnya mengenai kondisi di masa Pandemi yang memang tidak seorang pun menghendakinya.   Terhadap fenomena yang ada kita harus pro aktif mengikuti ketentuan yang berlaku walaupun terkadang mengalami kondisi yang kurang nyaman. Mau di sekolah mau di rumah guru berfikir dan berusaha agar anak-anak memiliki pengalaman belajar yang bermakna di tengah Pandemi. Untuk itu koordinasi antara pihak sekolah dalam hal ini guru dengan murid dan orang tua murid harus berjalan baik.

Untuk menyikapi  situasi yang ada agar anak-anak tetap dapat belajar dengan baik dengan tetap menerapkan protokol kesehatan serta mematuhi ketentuan dari pihak berwenang maka perlu adanya persamaan persepsi antara guru , murid dan orang tua murid. Untuk itu dilaksanakan musyawarah dengan orang tua murid untuk membahas mengenai pembelajaran yang akan dilaksanakan. 

Sekolah mengundang orang tua murid dengan cara yang berbeda dari masa-masa sebelum Pandemi, yaitu dengan  mengatur jarak tempat duduk agar tetap sesuai dengan protokol kesehatan, jumlah tempat duduk yang boleh diduduki dalam tiap-tiap ruang, serta mengatur waktu kedatangan agar tidak terjadi kerumunan. Begitu pula cara berjalan menuju ruang musyawarah harus sesuai protokol kesehatan. Di depan pintu gerbang salah satu petugas bersiap mengukur suhu tubuh dari tiap-tiap peserta yang hadir. Alat cuci tangan serta sabun disediakan dan setiap peserta secara bergantian mencuci tangan menggunakan sabun memasuki ruangan. Ruangan yang digunakan telah disemprot dengan disinfektan sebelum orangtua murid hadir. Selesai musyawarah peserta meninggalkan ruangan satu persatu dan berjalan dengan menjaga jarak. Terdengar agak repot, namun itu demi kebaikan bersama semua pihak. 

Hasil dari musyawarah orang tua murid menyetujui program yang hendak dilaksanakan pihak sekolah terkait pembelajaran di sekolah, orang tua murid bersedia menjadi penghubung antara guru dan anak-anak, untuk komunikasi serta diskusi lebih lanjut menggunakan Grup WA.

Setelah musyawarah waktu itu komunikasi banyak dilakukan menggunakan ponsel. Pada umumnya orang tua murid telah memiliki ponsel pintar, sehingga komunikas tergolong mudah.


Tantangan menulis lomba blog PGRI hari ketiga

 WFO 3 Pebruari 2021

Oleh: Pono, S.Pd.SD


Salam persahabatan,

Hari ini saya "WFO". Istilah yang sedang trend saat ini untuk masuk kantor. Jadwal di tempat saya bekerja,  saya masuk kantor  dua hari dalam sepekan , yaitu Rabu dan Sabtu. Ini diberlakukan sejak PPKM untuk wilayah daerah tempat saya tinggal dan bekerja. Tujuannya adalah untuk memutus mata rantai penyebaran covid-19. Walaupun sudah dibatasi jumlah hari masuknya tetap saja harus menjaga protokol kesehatan yaitu dengan mencuci tangan memakai masker serta menjaga jarak aman covid. Selebihnya "WFH" selain hari Ahad.

Sebelum PPKM

Sebelum ada pengaturan pembatasan  hari masuk pegawai, saya masuk kerja 6 hari dalam sepekan meskipun tidak selalu bertemu siswa setiap harinya. Waktu itu dua hari dalam sepekan siswa masuk sekolah untuk mengikuti pembelajaran tatap muka dengan pengawalan ketat protokol kesehatan yaitu mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, serta memeriksa  suhu tubuh. Siswa yang suhu tubuhnya melampaui ambang batas yang ditentukan tidak diperkenankan mengikuti kegiatan pembelajaran di sekolah. Ia harus rela melakukan kegiatan pembelajaran dengan pola WFH atau belajar dari rumah.


Setelah PPKM diberlakukan kehadiran  guru di sekolah dibatasi. Guru hadir secara bergantian sesuai jadwal yang sudah ditentukan seperti yang telah saya sampaikan di atas. Adapun siswa tidak diperkenankan hadir ke sekolah. Hal ini tentunya untuk kebaikan bersama. Saya pun memahami akan hal itu. Sejak masa pandemi pola pembelajaran siswa memang berubah. Satu hari dalam sepekan orang tua siswa secara bergantian dan dengan menggunakan protokol kesehatan. Hadir ke sekolah untuk  mengambil "LKM" atau Lembar Kerja Mingguan. Pada hari yang sama orang tua siswa mengembalikan hasil karya siswa atas tugas yang diberikan. Baik yang bersifat teoritis maupun praktis.

Mengingat waktu yang lalu diadakan dua kali pembelajaran tatap muka dalam sepekan, namun sejak beberapa pekan terakhir tidak diberlakukan pembelajaran tatap muka, maka saya berinisiatif melakukan kegiatan pembelajaran Daring atau On Line sekali dalam sepekan, yaitu setiap Selasa pagi, jam 8 hingga jam 10. Tujuan dari pembelajaran on line untuk menyapa siswa sekaligus memeriksa keaktifan siswa dalam belajar.

WFO hari ini saya gunakan untuk menerima jawaban tugas dari siswa yang diantar oleh orang tua serta menyerahkan tugas pekan berikutnya untuk dikerjakan oleh siswa. Satu persatu orang tua siswa hadir di sekolah menyerahkan buku tugas yang berisi jawaban tugas anaknya. Dalam situasi seperti sekarang ini terkadang karena kesibukan orang tua atau karena alasan satu dan lain hal tidak semua buku tugas dapat terkumpul pada hari yang sama. Bagi saya itu bukan masalah, karena kalau pun belum bisa mengumpulkan buku tugas hari ini, masih bisa di waktu yang lain. Misalnya hari Sabtu. Hari Sabtu saya WFO. Setelah beberapa waktu orang tua siswa mengumpulkan buku tugas, saya pun mulai mengoreksi satu persatu dari jawaban siswa atas tugas yang diberikan. Tidak bisa selesai  mengoreksi jawaban dalam sehari. Jawaban yang belum terkoreksi, rencananya akan saya selesaikan di waktu yang lain pekan ini. Misal hari Sabtu. Pada waktu yang lalu, jika hari Sabtu pun masih belum selesai saya gunakan hari yang lain untuk menyelesaikannya sebelum hari Rabu. Karena hari Rabu merupakan hari dimana LKM yang baru bertukar dengan jawaban LKM pekan sebelumnya.

Untuk mengoreksi jawaban tugas dari siswa memang memerlukan energi yang cukup serta konsentrasi. Jika tidak, mungkin waktu yang digunakan bertambah lama sehingga beban kerja menumpuk sedangkan waktu yang digunakan terbatas.

Begitulah sedikit cerita tentang WFO dan WFH di masa Pandemi. Guru harus senantiasa siap bekerja dalam situasi apapun demi kebaikan bersama. Keberhasilan siswa dalam belajar merupakan dambaan setiap guru. Keberhasilan siswa adalah kebahagiaan guru karena pada hakikatnya murid adalah anak dan anak adalah murid. Hanya bedanya pada situasi formal dan informal. Sedangkan guru pada hakikatnya orang tua, begitu pula orang tua adalah guru. Bedanya pada situasi formal dan informal.

Salam blogger,
Salam persahabatan,

Tantangan menulis lomba blog PGRI hari kedua

PEMBELAJARAN  ON LINE, 2 Perbuari 2021

Oleh: Pono, S.Pd.SD




Sejak mengikuti pelatihan Belajar Menulis PGRI gairah menulis jadi meningkat. Dengan gairah menulis itulah saya memberanikan diri mengikuti program menulis setiap hari di bulan Pebruari 2021. Sebenarnya bukan hanya gairah menulis yang ditimbulkan akibat dari mengikuti pelatihan tersebut, namun teknik penyelenggaraan kegiatan pelatihan yang tergolong unik yaitu pelatihan melalui Grup WA,  peserta menuliskan resume pada blog masing-masing peserta.

Terobsesi dari penyelenggaraan pelatihan Belajar Menulis tersebut ditambah pengalaman mengikuti bimtek daring melalui simPKB yang salah satu video materinya menceritakan pembelajaran melalui Grup WA pada jenjang SLTA. Dari pengalaman itulah saya memberanikan diri melaksanakan program pembelajaran on line menggunakan Grup WA, namun tidak sama persis ketika mengikuti pelatihan Belajar Menulis dengan maksud disesuaikan dengan kemampuan anak-anak.

Dari 18 siswa kelas 6 yang mengikuti kegiatan sebanyak 17 siswa. Satu siswa tidak mengikuti tanpa keterangan. Mungkin karena masalah jaringan internet di daerahnya yang kurang stabil. Saya memandu kegiatan dari rumah karena sesuai jadwal hari Selasa saya WFH. Dalam satu pekan saya mendapat jatah tugas WFO sebanyak 2 kali hari Rabu dan Sabtu.



Setelah waktu menunjukkan jam 08.00 saya memasuki kelas maya dan menyapa siswa dengan ucapan salam. Selanjutnya saya memeriksa kehadiran  siswa dengan memerintahkan siswa untuk menuliskan nama masing-masing siswa diikuti kata 'hadir'. Sembilan siswa langsung merespon dengan menyatakan kehadiran dengan menuliskan nama diikuti kata tulisan "hadir".

Siswa yang belum hadir ditunggu selama 15 menit. Setelah 15 menit berlalu saya mengajak siswa berdoa. Jeda untuk membaca doa sekitar 1 menit. Dalam tempo waktu 15 menit tidak semua siswa memasuki kelas maya, namun sebagian besar sudah hadir dan siap mengikuti kegiatan. Hanya beberapa gelintir yang baru mengikuti setelah beberapa menit kegiatan berlangsung. Bagi saya itu tidak masalah untuk takaran anak usia SD karena mungkin kondisinya berbeda.

Setelah berdoa dilanjutkan apersepsi untuk mengkondisikan siswa siap mengikuti pembelajaran. Apersepsi dilakukan dengan mengingatkan siswa akan materi sebelumnya. Untuk ini  saya mengajukan pertanyaan kepada siswa. Saya bertanya kepada mereka tentang KPK dari 9, 12, dan 16. Atas pertanyaan saya beberapa siswa menjawab dengan dengan jawaban yang masih belum tepat. Namun akhirnya ada juga yang menjawab dengan tepat. Saya memberikan reward dan penguatan terhadap jawaban benar siswa agar siswa yang lain memperhatikannya dan menjadikannya sebagai contoh. Reward dilakukan dengan membalas jawaban siswa dengan tanda jempol.  Siswa pun berbondong-bondong mengirim jawaban yang benar. Saya tidak yakin semua siswa telah dapat mengerjakan dengan benar karena kondisi kelas memang selalu bervariasi namun setidaknya mereka telah mengerti dengan belajar dari pengalaman teman bagaimana menjawab soal dengan benar.  

Setelah mengulas pembelajaran pekan lalu, dilanjutkan pembelajaran kali ini yaitu;


 membuat pohon faktor.

Untuk mengetahui kemampuan dasa siswa dalam mengikuti pembelajaran pada materi yang akan dipelajari hari ini siswa   membuat pohon faktor. Saya perintahkan siswa membuat pohon faktor dari bilangan 32.

Peserta yang hadir, langsung menjawabnya. Sebagian jawaban benar, namun sebagian yang lain masih menjawab dengan jawaban yang  belum tepat. Untuk mengetahui kemampuan siswa lebih lanjut dalam membuat pohon faktor saya memerintahkan siswa membuat pohon faktor dari bilangan yang berbeda satu sama lain.    

Di antara siswa yang hadir, 7 siswa telah mampu membuat membuat pohon faktor dan mengirim jawaban dengan benar.  2  siswa mengirimkan jawaban  yang masih belum tepat. Saya mencatat nama-nama siswa yang telah menjawab dengan benar dan memberi penguatan atas jawaban yang benar dengan memberi tanda jempol.

Kedua siswa yang masih menjawab dengan jawaban yang belum tepat saya persilakan memperbaiki jawaban dan mengirim jawaban yang benar ke Grup WA. Hasilnya 1 siswa berhasil memperbaiki dengan mengirim jawaban benar, namun satu siswa masih mengirim jawaban yang belum tepat. Lagi-lagi saya memberi reward atas jawaban benar, sedangkan siswa yang masih menjawab dengan jawaban yang belum tepat dipersilakan memperbaiki jawabannya.

Setelah siswa berlatih membuat pohon faktor, saya menjelaskan faktorisasi prima dari bilangan tersebut. 

Tidak lama berselang saya memberikan tugas  kepada 8 siswa yang sudah menjawab benar dengan menentukan faktorisasi prima dari bilangan yang saya sebutkan untuk menemukan KPK dari bilangan 48 dan 58. Siswa yang belum menuntaskan tugas sebelumnya tidak ikut melaksanakan tugas yang baru, namun masih mengerjakan tugas sebelumnya. Bagi saya belajar matematika bertahap. Kemampuan dalam satu bidang mempengaruhi bidang lainnya.

Setelah siswa mampu mengerjakan dengan benar, saya memberi tugas kedua yaitu menentukan KPK dari 46 dan 52. Siswa pun mengerjakan dan mengirim jawaban. Saya pun memberi penguatan atas jawaban benar. Dalam menggambar pohon faktor dan menulis bilangan berpangkat siswa melakukannya pada kertas kosong dan memfotonya untuk dikirimkan ke Grup WA. Hal ini karena menurut saya agak sulit dilakukan pada sebagian besar ponsel.

Setelah waktu menunjukkan jam 10.00 saya menutup kegiatan pembelajaran dengan 

memberi nasihat kepada siswa untuk terus belajar, 

mengucapkan salam, 

serta memerintahkan siswa membuat laporan kegiatan dengan format yang telah ditentukan.


Banjarnegara, 2 Pebruari 2021

Tantangan menulis lomba blog PGRI hari kesatu.


Pembelajaran On Line Melalui Grup WA 

Oleh Pono, S.Pd.SD




Salam literasi, 

Halo teman-teman, kali ini saya akan menceritakan pengalaman saya mengajar kelas 6 di masa Pandemi. Sebagaimana kita ketahui bersama melalui berbagai media massa bahwa dari hari ke hari penyebaran Covid-19 kian meningkat. Ini tentunya menjadikan  keprihatinan bagi semua kalangan tanpa terkecuali para guru, peserta didik dan wali murid. Terlebih dengan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat yang berimplikasi pada tidak diperkenankannya pembelajaran tatap muka di sekolah menjadikan guru harus berpikir keras dalam menyikapinya. Jangan sampai peserta didik tidak belajar sama sekali dalam kurun waktu berbulan-bulan. untuk itu pembelajaran perlu disesuaikan dengan kondisi yang ada. 

Merubah pola pembelajaran dari yang sudah ada dalam waktu relatif cepat mungkin tidak akan mendapatkan hasil yang maksimal, namun setidaknya menjaga semangat belajar peserta didik agar tetap membara. dari semangat inilah diharapkan terbangun kemandirian dan ketabahan dalam menghadapi situasi yang sedang berkembang. Siapa yang mandiri tentunya lebih siap dalam menghadapi persaingan hidup yang terbentang luas di masa depan. Perlu mencari cara  agar peserta didik tetap belajar dengan arahan dan pantauan guru kelasnya. Dengan pantauan guru kelas kegiatan belajar anak akan lebih terarah dibanding dengan hanya diberi perintah tanpa kontrol. Bagaimanapun pembelajaran tatap muka belum bisa dilaksanakan dengan pertimbangan memutus mata rantai penyebaran covid-19.

Menyikapi keadaan yang tidak memungkinkan dilaksanakannya pembelajaran tatap muka diperlukan alternatif model pembelajaran yang sesuai dengan situasi pandemi covid-19. Solusinya dengan pembelajaran Daring maupun Luring atau dengan menyatukan kedua model kegiatan tersebut menjadi satu. Sebagian dari teman-teman tentunya sudah akrab dengan kedua istilah di atas bukan? Terlebih di masa pandemi.   Kali ini yang akan saya ceritakan adalah mengenai kegiatan pembelajaran dengan cara Daring atau dalam jaringan. yaitu pembelajaran dengan memanfaatkan fasilitas internet yang ada. 

Sebelum program pembelajaran daring dijalankan, terlebih dahulu dilakukan persiapan yang dimulai dengan melakukan survei lingkungan terlebih dahulu. Survei dilakukan untuk mengetahui kesiapan dari semua pihak jika program dijalankan. Langkah pertama kali yang dilakukan adalah mendata nomor telepon peserta didik atau orang tua dari peserta didik yang memungkinkan anak bisa mengakses program dengan baik, yakni bisa mengakses internet karena  program akan dijalankan melalui jaringan internet. Disamping mengumpulkan nomor telepon juga dilakukan sesi tanya jawab mengenai kondisi sinyal internet di sekitar tempat tinggal peserta didik. Kapan waktu internet dapat diakses dengan mudah serta berapa jarak dari rumah ke titik di mana internet dapat diakses dengan mudah. Terkadang pada beberapa rumah karena kondisi geografis, internet tidak dapat diakses dari rumah sepanjang waktu.  untuk itu perlu solusi berupa saran atau kesepakatan antara guru, peserta didik dan wali murid.

Setelah pengumpulan data selesai dilakukan, langkah berikutnya menyiapkan perangkat atau media yang akan digunakan. Ada beberapa media yang dapat digunakan, antara lain menggunakan aplikasi Zoom Meeting, YouTube, Blog atau website, serta WA Grup. Dengan berbagai pertimbangan disepakatilah menggunakan salah satu dari media di atas yang paling mudah diakses yaitu WA Grup. Aplikasi Whatsapp memang banyak yang menggunakan untuk komunikasi sehari-hari baik oleh guru maupun wali murid. Dibuatlah WA Grup dengan memasukkan nomor telepon yang dapat diakses oleh semua peserta didik sebagai sasaran. WA Grup digunakan sebagai ganti ruang kelas pada pembelajaran tatap muka. Di dalamnya guru dapat menyampaikan materi , memeriksa kehadiran peserta didik, serta bertanya dan mengevaluasi kinerja, baik kinerja peserta didik maupun pembelajaran itu sendiri. Peserta didik juga bisa menyimak pemaparan materi dari guru, bertanya langsung kepada guru, serta mengirimkan jawaban tugas untuk dievaluasi guru kelas. Begitu pula dengan umpan balik atas jawaban dari setiap tugas yang diberikan.

Sebagaimana pada pembelajaran tatap muka, sebelum dilakukan pemaparan materi,  terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan terhadap kehadiran peserta didik. Sebagai insan beragama tentunya sebelum melakukan pekerjaan yang baik dilakukan pembacaan doa. Setidaknya seperti itu situasi kelas pada umumnya yang diterapkan pula pada kelas On Line. Apersepsi dilakukan dengan melayangkan beberapa pertanyaan ringan kepada peserta didik, agar peserta didik dapat menjawabnya dengan cepat serta dapat digunakan sebagai pemanasan sebelum kegiatan inti dimulai. Agar kelas tidak membosankan dan peserta didik tetap memperhatikan, pemaparan materi tidak terlalu lama, namun diselingi dengan pertanyaan - pertanyaan mudah untuk menarik minat dan perhatian peserta didik. Jika ada peserta didik yang perlu bertanya , maka disediakan waktu untuk bertanya dan konsultasi baik terkait pembelajaran maupun mengenai jadwal pengerjaan tugas serta teknik evaluasi. Evaluasi dilakukan pada setiap akhir pembelajaran. Salah satu cara untuk meningkatkan keaktifan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran On Line adalah dengan mengirimkan Laporan kegiatan Pembelajaran On Line secara sederhana yang dikirimkan langsung ke nomor guru. Tujuannya agar jawaban peserta didik yang beragam tidak menjadikan suasana kacau dalam kelas On Line.  

Demikianlah cerita pembelajaran On Line melalui WA Grup yang saya sharingkan kali ini.

Salam literasi,