Tantangan menulis lomba blog PGRI hari ketigabelas

 Membuat Postingan di Blog

Oleh: Pono, S.Pd.SD



Halo Sobat Bloger,
Apa kabar hari ini? Tentunya sehat bukan? Semoga Sobat pembaca dalam lindungan Tuhan Yang Maha Kuasa.

Pada postingan saya sebelumnya telah menceritakan kegiatan pembelajaran di kelas 6 menggunakan blog. Ada beberapa aktivitas  di dalamnya yaitu mengunggah hasil karya dalam bentuk tulisan, serta presentasi yang direkam menggunakan tablet kemudian mengunggahnya ke blog dalam bentuk file video.

Pada postingan kali ini saya  akan menceritakan tentang bagaimana menulis atau mengunggah tulisan di blog bagi anak-anak. Bagi para blogger, mungkin tulisan saya kali ini kurang menarik karena sudah terbiasa melakukannya. Namun bagi yang belum punya blog atau yang ingin mencoba menerapkan pembelajaran menggunakan media blog di kelasnya barangkali akan rela membacanya sampai akhir.

Membuat akun Gmail

Baiklah, langsung saja ke topik pembicaraan.  Hal pertama yang perlu disiapkan sebelum melakukan aktivitas blogging adalah memiliki akun email. Dalam hal ini saya anjurkan untuk membuat akun Gmail. Dari akun Gmail nantinya bisa digunakan untuk membuat berbagai akun di dunia maya. Namun topik kita  kali ini saya batasi pada akun blogger ya. Supaya lebih fokus. 

Mengingat anak-anak masih usia SD,  muncul pertanyaan. Apakah anak-anak di usia ini sudah bisa membuat akun Gmail? Jawabnya adalah bukan anak-anak yang membuatnya. Saya sendiri telah membuat akun Gmail yang saya khususkan untuk keperluan ini sejumlah anak kelas 6. Oleh karena itu tidak heran jika nama penulis di blog hampir sama. Tentunya guru harus memantau aktivitas internet berdasar akun tersebut ya. 

Membuat Blog


Setelah membuat alamat email atau akun Gmail yang nantinya akan digunakan anak-anak dalam pembelajaran, langkah berikutnya adalah membuat blog. Mengenai cara membuat blog akan dijelaskan pada postingan saya di kesempatan berikutnya. Anggap saja kini blog sudah dibuat dan siap digunakan. Karena guru yang membuat blog maka otomatis guru menjadi admin blog tersebut ya. Jadi dalam blog ada admin, penulis atau kontributor, serta pembaca. Pembaca blog juga bisa menulis di blog ya, namanya komentar. Jadi pembaca setelah membaca postingan/artikel bisa mengomentari postingan tersebut dengan menulis di kolom komentar. Namun ini jika admin mengizinkan orang lain menulis komentar. Jadi enak kan kalau menjadi admin. Bisa mengubah setelan blog sesuai kehendak kita, hehehe... 
Namun tentunya disesuaikan dengan keperluan.

Penulis selain admin atau kontributor bisa menulis di blog setelah diundang oleh admin. Jika admin tidak mengundang maka calon penulis tidak bisa menulis dan menerbitkan postingan baik berupa artikel, gambar maupun video. Untuk mengundang seseorang menjadi penulis/kontributor pada blog yang ia kelola, admin harus mengetahui alamat email dari calon penulis, karena undangan dikirimkan ke alamat email calon penulis. Ketika saya menyebut calon penulis maksudnya anak-anak ya. Itulah sebabnya saya membuatkan alamat email  untuk anak-anak. Jadi alamat email tersebut masih bisa digunakan setelah anak-anak lulus dan meninggalkan SD, sedangkan alamat email tersebut bisa digunakan oleh anak-anak kelas berikutnya.

Mengundang calon penulis

Untuk mengundang alamat email untuk menjadi penulis/kontributor admin perlu masuk ke blogger dan mengeklik tombol setelan, kemudian scroll ke bawah sampai pada admin dan kontributor. Pada kolom kontributor silakan menulis alamat email yang kita undang. Kemudian kirim undangan. Mudah bukan?

Menerima undangan

Undangan dari alamat email admin akan masuk alamat email calon penulis. Ketika undangan sudah masuk, langkah yang seterusnya diambil calon penulis adalah menerima undangan tersebut dengan mengeklik tombol yang ada. Setelah mengeklik tombol yang menyatakan menerima undangan menjadi kontributor/penulis maka alamat email calon penulis bisa digunakan untuk masuk ke blog, menulis dan menerbitkan tulisan, gambar ataupun video.

O ya, tadi saya menyebutkan email calon penulis. Perlu dipahami sebelum email benar-benar bisa digunakan untuk masuk ke blog, sebaiknya jangan dulu diberikan kepada anak-anak. Jadi walaupun yang mengundang atau adminnya guru, namun yang masuk ke alamat email yang diundang  sebaiknya guru juga ya. Setelah selesai menyetel dan bisa digunakan, barulah alamat email dan password diberikan kepada anak-anak.

Ada lagi hal yang menurut saya penting adalah mengingat tujuan menerbitkan tulisan untuk proses pembelajaran di kelas, dengan topik yang sesuai dengan kurikulum sekolah dasar maka sebaiknya media yang ada dibuat se-ramah mungkin bagi anak-anak . Jadi nantinya anak-anak tinggal klik, menulis, mengunggah gambar/video terus menerbitkan. Anak-anak tidak perlu tahu bagaimana menerima undangan, mengingat alamat email, apa lagi mengingat-ingat password. Toh nantinya alamat email akan digunakan oleh adik-adik yang masih duduk di kelas bawah.

Bagaimana caranya?

Di kelas yang saya kelola kebetulan ada 22 tablet. Untuk itu saya membuat akun emaile sejumlah tablet yang ada dengan nama yang hampir sama.  Setiap tablet saya singkronkan dengan satu alamat email. Password dari alamat email yang saya singkronkan saya tulis di bagian belakang tablet. Untuk masuk ke blog anak-anak tinggal menekan tulisan blogger di bagian bawah tampilan blog. Dengan sekali klik anak-anak sudah bisa masuk ke blog, menulis dan membuat postingan.

Demikian yang dapat saya sampaikan pada kesempatan kali ini. Kurang lebihnya mohon maaf.
Salam persahabatan,


 Banjarnegara, 13 Pebruari 2021, sore hari (ashar)



Tantangan menulis lomba blog PGRI hari keduabelas

Pembelajaran dengan blog di kelas 6

Oleh: Pono, S.Pd.SD



Halo Sobat,
Apa kabar hari ini? Saya harap Sobat dalam keadaan sehat wal afiyat tidak kurang suatu apa. 
Baik sobat. Ditengah waktu santai Sobat, saya akan berbagi tentang pengalaman pembelajaran di sekolah khususnya di kelas 6 Sekolah Dasar yang mungkin berbeda dengan sebagian orang. Bagi  yang  sudah menerapkan pembelajaran seperti yang akan saya ceritakan, biarlah dengan membaca tulisan ini menjadi nostalgia. Peristiwa yang akan saya ceritakan ini merupakan aktivitas pembelajaran yang terjadi di masa lalu sebelum Pandemi Covid-19.

Bagi saya, ini juga merupakan nostalgia mengingat aktivitas seperti ini belum bisa dilaksanakan di masa Pandemi Covid-19 sekarang ini. Hal ini karena pembelajaran dilaksanakan di sekolah. Yah, bagaimana  mungkin melaksanakan kegiatan pembelajaran di sekolah, sementara anak-anak belum diperkenankan hadir di sekolah. Tapi tak apa lah, semua ada masanya. Bagi yang belum pernah melaksanakan pembelajaran yang seperti ini, saya harap bisa menambah wawasan serta menginspirasi.

Persiapan

Seperti pada  pembelajaran-pembelajaran pada umumnya, sebelum memulai terlebih dahulu menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Dalam hal ini saya tidak akan membahas secara detail mengenai RPP yang digunakan. Pembahasan berfokus pada langkah pembelajaran yang dilakukan. Mengenai RPP tentunya bisa diketahui setelah setelah memahami langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan.

Selain menyusun RPP langkah persiapan selanjutnya adalah menginformasikan kepada anak-anak agar mereka menyiapkan diri untuk mengikuti pembelajaran. 

Setelah menyusun Rencana Pelaksanaan serta menginformasikan kepada anak-anak, langkah selanjutnya adalah menyiapkan alat-alat. Guru perlu memeriksa  alat-alat yang akan digunakan sebelum memulai pembelajaran. 

Alat-alat yang digunakan


Alat-alat yang digunakan antara lain;

  • Tablet 
  • Jaringan internet ruangan (wi-fi)
  • Laptop 
  • Proyektor
  • Layar proyektor
Jika alat-alat sudah siap, misalnya baterai tablet dan baterai laptop dalam kondisi terisi arus listrik, internet juga dalam kondisi normal. Proyektor perlu dicoba terlebih dahulu guna memastikan sambungan kabel serta proyektor dapat beroperasi dengan baik.

Pelaksanaan

Langkah-langkah pada pelaksanaan sebenarnya tidak jauh berbeda dengan pembelajaran pada umumnya. Yang membedakan adalah penggunaan alat elektronik yang terkoneksi internet sebagi media pembelajaran di kelas.

Sebelum memulai pembelajaran seperti biasa saya memeriksa kehadiran anak-anak, mengajak berdoa serta menyanyikan lagu wajib untuk menanamkan jiwa nasionalisme pada diri anak-anak. Untuk menghangatkan suasana serta membangkitkan semangat, menggaungkan tepuk gan yel. Tak lupa untuk menyambung hati saya dengan anak-anak saya melontarkan  melontarkan beberapa pertanyaan ringan seperti; "bagaimana keadaanmu?", "Siapa yang tadi pagi sarapan?", "Yang tidak sarapan, apa alasannya?". Kelihatannya memang sepele, namun pengaruhnya dahsyatnya pada komunikasi yang dijalankan semasa pembelajaran berlangsung.

Di kelas 6, saya dan anak-anak masih menggunakan buku tematik kurikulum 13. Termasuk pada pembelajaran ini. Namun penggunaan pake pan tulis menjadi kurang karena sudah tergantikan oleh layar dan proyektor yang terkoneksi dengan laptop. Setelah membagikan tablet kepada anak-anak, berikutnya menyalakan semua peralatan, baik laptop, proyektor, tablet serta jaringan internet. Anak yang kesulitan dalam menyambungkan internet dibantu secara khusus. Satu anak mengoperasikan satu tablet sedangkan, saya sebagai guru menggunakan laptop yang terkoneksi dengan internet serta proyektor. Penjelasan tertulis yang biasanya  menggunakan papan tulis beralih ke layar proyektor yang pengoperasiannya menggunakan laptop. Dalam hal ini belum memerlukan koneksi internet. Lalu bagaimana dengan tablet yang dibagikan?

Penggunaan Tablet

Tablet yang terkoneksi dengan internet digunakan untuk mengunggah jawaban tugas sebagai ganti presentasi di depan kelas, baik tugas individu maupun tugas kelompok. Biasanya anak-anak setelah mengerjakan tugas, melakukan presentasi di depan teman-temannya yang beda kelompok. Dengan menggunakan fasilitas internet, presentasi dilakukan dengan mengunggah jawaban tugas pada blog yang telah saya siapkan untuk pembelajaran. Untuk dikritisi oleh teman-temannya dari kelompok yang berbeda.

Tugas Kelompok

Seperti pada pembelajaran-pembelajaran biasa, kegiatan ada yang dilakukan secara  mandiri, namun ada juga yang dilakukan dengan cara berkelompok. Pada kegiatan yang dilakukan dengan cara berkelompok, saya membagi anak-anak kedalam beberapa kelompok kecil dengan jumlah anggota 3 anak per kelompok. Setelah kelompok belajar terbentuk selanjutnya saya sebagai guru membagi tugas kepada tiap-tiap kelompok untuk dikerjakan. Anak-anak mengerjakan tugas kelompok. Dengan jumlah kelompok terdiri dari tiga anak memungkinkan mereka dapat bekerja dengan lebih efektif dalam kelompoknya.


Presentasi Depan Kamera


Setelah selesai mengerjakan tugas, satu anak melakukan presentasi di halaman sekolah atau ruang kelas. Anak yang lain dalam kelompok tersebut merekamnya dalam bentuk file video.
Setelah video rekaman presentasi selesai dibuat, satu anak mengunggahnya ke blog yang dibuat khusus untuk mengunggah jawaban tugas.

Ketika satu kelompok mengunggah hasil kerja kelompoknya di blog baik video maupun tulisan, maka anak-anak dari kelompok lain dapat mengomentari unggahan dari kelompok tersebut pada kolom komentar di setiap postingan. 

Beberapa manfaat yang dapat dipetik dari penggunaan blog dalam pembelajaran antara lain;
  • Pembelajaran menjadi lebih menyenangkan
  • Anak-anak berlatih menggunakan fasilitas elektronik untuk belajar
  • Pemberian komentar atas unggahan anak-anak tidak terbatas waktu.
  • Anak-anak bisa melihat kembali hasil karyanya pada waktu-waktu yang lain




Tantangan menulis lomba blog PGRI hari kesebelas

Guru Belajar

Oleh: Pono, S.Pd.SD



Salah satu program Kemdikbud dalam menyikapi situasi Pandemi Covid-19 adalah memberi kesempatan semua guru meningkatkan kompetensinya dalam memberikan pengalaman belajar yang bermakna kepada anak-anak. Di masa Pandemi sekarang ini keadaan memang tidak menentu, namun guru harus selalu siap mengelola pembelajaran pada situasi yang tidak seorangpun menghendakinya. 

Kemdikbud mengadakan berbagai program sebagai respon terhadap situasi yang ada. Salah satunya adalah laman Guru Belajar Kemdikbud yang terkoneksi dengan simPKB. Melalui laman Guru Belajar Kemdikbud ini memberi kesempatan seluas-luasnya kepada guru, kepala sekolah serta pengawas sekolah untuk memperluas wawasan melalui program Bimtek maupun Diklat yang dilaksanakan secara daring menggunakan internet.

Teknis pelaksanaannya sangat fleksibel. Peserta tidak harus berada pada satu tempat dalam satu waktu. Peserta dipersilakan memilih jadwal diklat sesuai dengan kesiapannya mengikuti diklat. Jadwal dibuat dalam beberapa angkatan, yakni angkatan 1, angkatan 2, angkatan 3,  dan seterusnya. 

Peserta yang sudah memilih jadwal sesuai dengan kesanggupannya tidak harus mengikuti pelatihan pada hari dan jam tertentu, namun boleh mengikuti dan menyelesaikannya pada waktu luang yang ia miliki asalkan masih dalam rentang waktu sesuai jadwal. Boleh pagi, siang, sore atau malam. 

Untuk mengikuti diklat caranya peserta menelaah materi diklat yang ada dalam kurikulum secara runtut. Dari materi pertama   hingga materi terakhir. Namun sebelumnya peserta mengikuti asesmen pra kegiatan terlebih dahulu. Asesmen pra kegiatan berguna untuk mengetahui kemampuan awal peserta sebelum mengikuti diklat. Setelah menyelesaikan materi ke satu dilanjutkan dengan materi kedua dan seterusnya. Sebagian materi disajikan dalam bentuk tulisan, gambar dan ada juga yang disajikan dalam bentuk video. Ada sedikit perbedaan antara program Bimtek dengan program Diklat. Pada program Bimtek peserta diharapkan betul-betul menguasai konsep yang disampaikan. Sedangkan pada  Pada program Diklat ada tugas yang harus diselesaikan dan mengunggahnya ke laman tersebut. Peserta yang sudah menyelesaikan semua proses dengan baik hingga "asesmen pasca kegiatan" dengan nilai baik berhak atas sertifikat diklat yang dapat diunduh pada waktu yang telah ditentukan.

Beberapa program diklat yang dilaksanakan melalui laman Guru Belajar Kemdikbud antara lain;

  • Seri Masa Pandemi Covid-19, yang terdiri dari program Bimtek dan program diklat

  • Seri Pendidikan Keterampilan Hidup
  • Seri Pendidikan Inklusif
  • Seri Asesmen Kompetensi Minimum


Tantangan menulis lomba blog PGRI hari kesepuluh

 Tugas Liburan

Oleh: Pono, S.Pd.SD



Sebagian orang tua murid mengeluh tidak bisa menjadi guru bagi anak-anaknya. Sebagian yang lain mengeluhkan perilaku anak-anaknya. Ada lagi yang mengeluh karena tidak mempunyai paket internet untuk belajar anaknya. Sekurang-kurangnya itulah beberapa yang saya dapatkan dari interaksi dengan orang tua murid.

Dengan diberlakukannya program WFH, anak-anak tidak lagi ke sekolah. Hingga kini hampir satu tahun sejak Pandemi Covid-19 melanda negeri ini. Berbagai program telah dilakukan, baik oleh pemerintah melalui dinas pendidikan maupun oleh sekolah-sekolah sebagai ujung tombak pelaksana pendidikan secara langsung.

Semua dilakukan tidak lain agar proses pendidikan dan pengajaran terlaksana dengan baik meski di masa Pandemi Covid-19. Beberapa kebijakan yang dilakukan pemerintah pusat dalam menyikapi situasi Pandemi Covid-19 yang populer antara lain: penyederhanaan kurikulum pendidikan, program guru belajar, program guru berbagi, bahkan tak tanggung-tanggung pemberian kuota belajar bagi guru dan murid di seluruh Indonesia.

Tidak ketinggalan sekolah-sekolah sebagai institusi yang melaksanakan pendidikan secara langsung kepada murid juga mempunyai program yang tentunya di sesuaikan dengan kondisi lingkungan. Setengah dari sekolah melaksanakan pembelajaran daring, setengah yang lain melaksanakan pembelajaran luring atau kombinasi dari keduanya yang biasa disebut dengan Blended Learning. 

Sebaik apapun program yang dijalankan sekolah bukan tanpa kendala. Hal itu wajar mengingat kondisi yang beragam. Murid yang satu dengan lainnya memiliki latar belakang keluarga yang berbeda. Begitu pula dengan fasilitas yang ada di sekolah. Satu sekolah dengan sekolah yang lain memiliki fasilitas yang tidak sama.

Apapun kendala yang dihadapi dapat ditemukan pemecahannya jika semua pihak bersungguh-sungguh dalam menyikapi kondisi yang ada. Baik sekolah maupun orang tua rela memberikan perhatian serius terhadap pendidikan anak-anak. 

Salah satu persoalan yang timbul pada anak semenjak diberlakukannya WFH adalah intensitas belajar anak menurun. Anak lebih suka bermain gadget ketimbang belajar. Sebagian anak yang lain lebih suka bermain seharian daripada membaca buku atau berlatih mengerjakan soal matematika. Ada juga yang lebih suka berkunjung ke rumah saudara daripada bermain di rumah sendiri.

Informasi mengenai kebiasaan anak-anak saya dapat ketika orang tua murid mengambil buku rapor semester satu. Kebiasaan orang tua yang mengambil rapor anak-anaknya memang sudah berlangsung selama bertahun-tahun di sekolah tempat saya mengajar. Selain maksud silaturahmi, juga bisa digunakan konsultasi serta bertukar informasi antara guru dan orang tua terkait kondisi belajar anak.

Kebiasaan anak suka bermain wajar mengingat anak usia Sekolah Dasar masih dalam tahap pertumbuhan. Tinggal bagaimana orang tua dan guru mengarahkan anak pada aktivitas yang bermanfaat dan seimbang.

Salah satu usulan orang tua murid kepada guru guna menyikapi kebiasaan anak bermain gadget serta bermain berlama dalam mengisi waktu liburan adalah guru memberikan tugas untuk dikerjakan anak di masa libur semester. Tugas yang diharapkan yang tidak menguras pikiran namun dikerjakan dalam agak lama, dengan tujuan anak-anak menggunakan waktu libur untuk kegiatan yang terarah. Sehingga orang tua mudah dalam mengingatkan anak untuk mengerjakan tugas dari guru.

Guna merespon usulan dari orang tua, saya merancang kegiatan untuk anak yang dapat dikerjakan untuk mengisi waktu liburan. Mengingat libur semester dilaksanakan dalam tempo dua minggu, saya pun merancang dan memberikan tugas sederhana untuk dilakukan selama dua Minggu. Saya memberikan tugas sebanyak 4 macam, dengan pertimbangan dua tugas selesai dalam waktu satu minggu.

Adapun tugas yang saya berikan kepada anak-anak adalah:

*Menggambar desain batik pada kertas gambar

*Membuat kerajinan tempat pensil dari bahan bambu

*Membuat 4 bait pantun nasihat

*Menulis prosa tentang pengalaman sewaktu libur semester menggunakan bahasa sendiri.

Pemberian tugas seperti di atas tentunya bukan tanpa sebab dan tujuan. Sebagai contoh tugas keempat, yaitu menuliskan pengalaman liburan. Mengenai tugas menulis pengalaman pribadi sewaktu libur sudah saya terapkan sejak bertahun-tahun yang lalu sebelum Pandemi Covid-19 kepada anak kelas tinggi pada hari pertama atau kedua masuk sekolah di awal semester. Tujuan saya saya waktu itu untuk mengetahui minat anak serta mengetahui kebiasaan anak di luar sekolah. Namun untuk tugas menulis pengalaman kali ini dilakukan menggunakan ponsel yaitu melalui aplikasi Whatsapp dan dikirim secara pribadi ke nomor saya.

Bagi anak-anak yang merasa penting melaksanakan tugas membuat prosa dengan baik, maka secara otomatis ia akan lebih berhati-hati dalam mengisi liburan agar tulisan yang dihasilkan baik. Begitu pula dengan tugas yang ketiga yaitu membuat 4 bait pantun nasihat. Dengan berusaha membuat pantun nasihat, maka secara otomatis anak-anak menasihati diri sendiri. Jawaban tugas ketiga juga dikirim melalui nomor Whatsapp. Mengapa memilih aplikasi WhatsApp? Karena hari ini banyak yang menggunakannya.

Tugas membuat kerajinan dari bambu untuk merangsang kreatifitas anak dalam mengolah benda - benda yang ada di sekitar tempat tinggal anak. Sedangkan  menggambar desain batik untuk menumbuhkan jiwa seni.

Setelah selesai menggambar desain batik selanjutnya anak-anak memfoto hasil karyanya dan mengirimkan ke nomor WA. Begitu pula dengan tugas membuat kerajinan dari bambu. Bedanya tugas membuat  benda tiga dimensi, selain difoto juga bukti fisik dikirim ke sekolah.

Demikian yang dapat saya sampaikan mengenai tugas anak-anak kelas 6 di masa libur semester. Semoga bermanfaat bagi yang membacanya. 


Salam persahabatan,


Banjarnegara 10 Pebruari 2021 sebelum tidur.

Tantangan menulis lomba blog PGRI hari kesembilan

WFH  9 Pebruari 2021

Oleh : Pono, S.Pd.SD



Hari ini saya WFH (work from home) karena jadwal saya untuk bekerja di sekolah hari Senin, Rabu dan Sabtu. Jadwal memang sering berubah sesuai keadaan terkini terkait Pandemi Covid-19. Tentunya berdasar surat dari dinas pendidikan. Surat dari dinas biasanya menjadi acuan untuk membuat kebijakan di sekolah pada 14 hari kedepan. Pada Minggu yang lalu berdasarkan surat dari dinas pendidikan 25% guru dan karyawan yang hadir dan bekerja di sekolah (WFO) dalam sehari, selebihnya WFH. Adapun mulai hari ini jadwal berubah menyesuaikan surat terbaru, yaitu 50% guru dan karyawan yang hadir di sekolah untuk melakukan WFO .

Sesuai kesepakatan dengan anak-anak setiap hari Selasa saya memberikan pembelajaran secara on line melalui grup Whatsapp. Kegiatan ini sudah berjalan berminggu-minggu sehingga anak-anak tampaknya sudah hapal dengan agenda mingguan yang sudah disepakati bersama. Begitu pula istriku. Ia telah memahami agenda kegiatan saya setiap hari Selasa pagi. Pagi-pagi sambil menggendong Nurul, anak saya yang belum berumur 6 bulan.  Saya mulai membuat persiapan, segera saya  ambil ponsel untuk menyapa anak-anak. Kebetulan Nurul tengah terlelap di atas kain yang biasa digunakan untuk menggendongnya. Saya pun lebih leluasa mengoperasikan ponselku tanpa khawatir dihalau tangan mungilnya.

Sebelum aktivitas pembelajaran dimulai, saya menyapa anak-anak, mengingatkan mereka untuk bersiap-siap. Kali ini saya tidak membuat chat dalam bentuk tulisan, namun saya mengirimkan chat berbentuk gambar bergerak atau yang lebih banyak dikenal dengan gambar GIF yang saya buat menggunakan aplikasi yang melekat  sebaik saja saya memegang ponsel.


Beberapa anak pun merespon dengan menyatakan kesiapannya. Kebetulan tetangga yang bertugas menimang bayi segera datang sehingga saya dapat leluasa bergerak. Saya pun segera membersihkan badan supaya terasa segar. Tak selang berapa lama waktu menunjukkan pukul 8. Saya pun segera mengambil ponsel setelah berganti baju dan meletakkan handuk pada jemuran yang terbuat dari alumunium. 

Saya segera membuka grup WA tempat berlangsungnya kegiatan pembelajaran on line Selasa lepas. Saya pun memasukinya dengan mengirimkan chat sebagai sapaan pertama. Saya pun mengucapkan salam dan disambut jawaban salam dari anak-anak. 

Saya pun menyatakan bahwa pembelajaran akan segera dimulai. Oleh karena itu anak-anak yang sudah hadir saya persilakan menunjukkan kesiapannya dengan menyebut nama dan hadir. Saya pun memulai kegiatan tersebut dengan maksud memberi contoh kapas anak-anak dengan menulis "Pono hadir". Anak-anak pun mengikuti dengan menyebutkan nama disertai kata hadir dengan cepat. Tampaknya beberapa dari mereka telah siap sedia di depan layar ponsel sebelum saya memasukinya.

Mula-mula yang menyatakan kehadiran dan kesiapan belajar adalah Hesti, kemudian disusul Azka, Faiq, Hasna dan lain lain. Sebanyak 15 anak dari 18 anak kelas 6 hadir dan menyatakan kesiapan mengikuti pembelajaran.

Setelah waktu menunjukkan jam 08.15 saya menyapa anak-anak kembali dan mengajak anak-anak berdoa memulai Pembelajaran. Pada pembelajaran kali ini anak-anak saya ajak berlatih mengolah data.

Untuk apersepsi saya menanyakan kepada anak-anak mengenai makna dari kata mengolah dan data. Anak-anak pun menjawab dengan jawaban yang beragam. Keberagaman jawaban anak bagi saya menunjukkan originalitas jawaban mereka, walaupun ada beberapa dari jawaban Mereka. Sebagian besar menjawab menjawab dengan benar, meskipun masih ada beberapa yang menjawab kurang tepat. 

Saya pun menjelaskan kepada anak-anak mengenai mengolah data, yaitu mengolah berarti proses atau tindakan yang dilakukan terhadap sesuatu. Biasanya terhadap benda atau barang. Namun dalam. Hal ini tindakan dilakukan terhadap data. Data sendiri merupakan informasi yang didapat atau dikumpulkan untuk tujuan tertentu.

Dalam berbicara dengan anak-anak memang saya usahakan sesederhana mungkin, dengan maksud mereka mudah  memahami apa yang saya tuturkan.

Selanjutnya saya menyilakan anak-anak menyebutkan nama masing-masing disertai umur. Tujuan saya adalah untuk mendapatkan contoh data sebagai bahan pembelajaran hari ini. Data yang digunakan data yang berhubungan langsung dengan anak-anak untuk menarik perhatian mereka dalam belajar. Untuk memulai sekaligus memberi contoh saya pun menyebutkan nama serta umur saya. "Pono 42 tahun".

Setelah saya menyebutkan nama dan umur , satu persatu anak-anak pun menyebutkan nama dan umur mereka. Arif menjawab pertama kali diikuti Chelcilia, Dessyifa dan seterusnya hingga hingga kelimabelas anak yang mengikuti pembelajaran hari ini telah menyebutkan nama dan umurnya.

Setelah diketahui kumpulan bilangan umur dari anak-anak, saya persilakan  mereka mengidentifikasi bilangan terendah, tertinggi serta bilangan yang paling sering muncul pada data umur anak-anak. Dalam hal ini semua anak menjawab dengan benar. Saya pun merasa bahagia melihat anak-anak sudah bisa menemukan modus dari sebuah data, meskipun saya belum menjelaskan bahwa yang mereka temukan adalah modus.

Setelah berlatih menemukan modus, saya persilakan anak-anak mengurutkan semua bilangan dari terendah sampai tertinggi. Tujuan saya agar anak-anak belajar mengelompokkan data yang mereka kumpulkan serta menghitungnya.  Ketika sampai pembahasan seperti ini sebagian  anak dapat melakukan dengan baik namun masih ada yang belum. Saya pun memberi penguatan serta reward bagi yang menjawab dengan benar.

Jumlah anak yang berumur 11 tahun sebanyak = 8

Jumlah anak yang berumur 12 tahun sebanyak = 5

Jumlah anak yang berumur 13 tahun sebanyak = 2

Anak-anak saya persilakan menghitung perkalian 11 dengan 8, 12 dengan 5 serta 13 dengan 2.

Hasilnya hampir semua menjawab benar, namun ada yang penulisannya kurang tepat.

11x8=88

12x5=60 

13x2=26

Saya persilakan bagi yang merasa kesulitan untuk mengajukan pertanyaan. Karena tidak ada pertanyaan maka  saya persilakan anak-anak menghitung penjumlahan dari 88, 60, dan 26. Sebagian menjawab benar. Kepada anak yang menjawab benar, saya memberikan reward dengan tujuan memotivasi semua peserta yang mengikuti pembelajaran.

Anak-anak sudah belajar mengerjakan sesuai arahan namun belum sampai pada tujuan yang sebenarnya yaitu menyajikan data dalam bentuk tabel. Sambil menunggu anak-anak mengirim jawaban, saya menggambar tabel berdasar data dari anak-anak tersebut. Selesai menggambar saya pun memfotonya dan mengirimkan ke Grup WA. Sebelumnya, sebagai pengantar saya mengatakan ; "Anak-anak, data yang telah kita bahas sejak tadi bisa kita sajikan dalam bentuk tabel. Contohnya seperti di bawah ini."

Tabel yang saya buat memang kurang bagus, karena saya buat menggunakan tangan dan pulpen tanpa penggaris. Namun ternyata lebih bagus dari buatan anak-anak. Hehehe...



Saya persilakan anak anak memperhatikan gambar tabel dan menjelaskan mengenai modus data di atas serta cara menemukan mean (nilai rata-rata)  dari data tersebut. Setelah anak-anak menyatakan memahami cara menemukan modus dan mean, saya pun memberikan latihan seperti proses yang sudah mereka lakukan yaitu mengumpulkan data mengenai hobi dari anak-anak. Mereka pun dengan cepat menyebutkan hobinya masing-masing. Belum sampai kepada 

Praktik mengolah data tersebut, waktu sudah menunjukkan pukul 10. Pembelajaran saya akhiri, adapun tugas tetap dilaksanakan secara mandiri. Menggambar tabel, menemukan modus serta mean dari data yang mereka kumpulkan. Jawaban dikirimkan secara pribadi ke nomor WA yang sudah saya sediakan beserta laporan sederhana atas kegiatan yang dilakukan.

Pembelajaran ditutup dengan bacaan hamdalah dan pertemuan saya akhiri dengan ucapan salam.


Banjarnegara, sore hari Selasa, 9 Pebruari 2021.

Tantangan menulis lomba blog PGRI hari kedelapan

 Kunjungan Rumah

Oleh: Pono, S.Pd.SD


Kunjungan rumah atau yang belakangan populer dengan istilah Home Visit (HV) merupakan aktivitas pembelajaran yang diterapkan dalam situasi Pandemi Covid-19. Istilah yang serupa untuk aktifitas yang hampir sama adalah guru kunjung atau guru keliling. Pada kegiatan kunjungan rumah  atau home  visit, guru menemui anak-anak di rumahnya dengan menerapkan protokol kesehatan. 

Lalu mengapa kunjungan rumah dilakukan?

Setiap aktivitas pembelajaran yang dipilih tentunya bukan tanpa alasan. Suatu aktivitas pembelajaran ada sebabnya serta memiliki tujuan. Jika tidak maka berarti kegiatan tidak memiliki arah yang jelas.

Sejatinya kunjungan rumah waktu itu dilakukan untuk mengganti aktivitas pembelajaran yang sebelumnya  dilakukan di sekolah, namun tidak lagi  dilakukan dikarenakan kendala Pandemi Covid-19, Tentunya tidak dapat 100% memindahkan aktivitas pembelajaran di sekolah ke rumah anak-anak. Hal ini dikarenakan terbatasnya waktu serta suasana yang berbeda. Di rumah  tentunya tidak tersedia fasilitas belajar sebagimana yang tersedia di sekolah.

Sebelum Pandemi Covid-19 anak-anak belajar di sekolah setiap hari sejak pagi hingga siang, akan tetapi di saat Pandemi anak-anak tidak diperkenankan masuk ke sekolah dengan alasan mencegah atau memutus mata rantai penularan covid-19. Oleh karena itu kurikulum yang digunakan  pun diganti atau disesuaikan.

Pada situasi Pandemi Covid-19 sekolah menerapkan kurikulum BDR yang merupakan akronim dari Belajar Dari Rumah. Pada kurikulum ini anak-anak belajar mandiri di rumah masing-masing dengan tugas dan arahan dari guru di sekolah. Teknisnya ada yang menggunakan modul, diktat atau LKM. Ada juga yang menggunakan fasilitas jaringan internet yang akrab disebut pembelajaran Daring atau dalam jaringan. Ketika internet dapat diakses dengan baik dan digunakan dalam proses belajar mengajar disebut Daring, sedangkan manakala di satu tempat atau waktu yang berbeda internet tidak dapat  diakses dengan baik. Pembelajaran seperti ini dinamakan Luring atau Luar Jaringan. 

Pada pembelajaran Luring  guru mendistribusikan bahan ajar kepada anak-anak melalui orang tua. Sebagai contoh orang tua mengambil dan mengembalikan Lembar Kerja Mingguan (LKM) sekali dalam seminggu. Anak-anak juga melakukan konsultasi dengan guru melalui orang tua. Anak-anak melaksanakan tugas yang tertera pada LKM dalam kurun waktu seminggu, selanjutnya mengirimkan jawaban atau hasil dari tugas kepada guru melalui orang tua yang datang ke sekolah  sekali dalam seminggu.

Konsultasi melalui orang tua hanya sekali dalam seminggu, selanjutnya  guru menemui anak-anak di rumahnya. Guru mengunjungi rumah anak-anak dengan tujuan dapat bertemu secara langsung untuk melakukan diskusi dan membahas kendala dalam melaksanakan tugas di rumah. Untuk ini guru menyusun jadwal kunjung agar bisa menemui semua anak sekali dalam seminggu.


Kunjungan Rumah kelas 6 

Kelas 6 yang saya kelola terdiri dari 18 anak yang tersebar di beberapa dusun. Agar semua dapat ditemui maka guru menyusun kelompok berdasarkan wilayah domisili anak-anak menjadi 4 kelompok

Jumlah anak pada tiap-tiap kelompok paling banyak 5. Ini dimaksudkan agar dapat menjaga protokol kesehatan dalam kegiatan yang kunjungan rumah tersebut. Guru mengunjungi kelompok-kelompok anak di rumah dengan menerapkan protokol kesehatan yaitu mencuci tangan, memakai masker serta menjaga jarak. Itulah sebabnya  jumlah anak pada masing-masing kelompok paling banyak 5.


Waktu kunjung

Kunjungan dilakukan pada jam sekolah yaitu pagi hari hingga siang. Sebelum guru sampai di rumah yang akan dikunjungi. Waktu kunjung tidak terlalu lama agar anak-anak tidak merasa capek. Begitu pula dengan guru harus menjaga kesehatan 


Kegiatan dalam kunjungan di rumah

Sebagaiman pada pembelajaran di sekolah guru memeriksa kehadiran anak-anak. Tujuannya bukan untuk memberi hukuman kepada anak yang tidak hadir, namun untuk mengetahui sejauh mana dalam melayani kebutuhan anak-anak dalam hal kegiatan belajar. Sebelum memulai Pembelajaran seperti biasa melakukan aktifitas berdoa. Mengingat waktu yang disediakan terbatas maka  perlu menyusun rencana dengan baik. 

Pada mulanya  guru menanyakan kepada anak-anak, apakah dalam mengerjakan tugas mengalami kendala atau hambatan. Kendala bisa berupa kendala teknis maupun non teknis. Selanjutnya mendiskusikan guna menemukan solusi dari kendala tersebut. 

Jika sudah menemukan solusi atas kendala atau permasalahan yang ada, guru memaparkan materi pembelajaran yang ada di LKM, serta langkah-langkah dalam melaksanakan tugas. Tidak lupa pada kegiatan ini diisi dengan tanya jawab. Anak-anak dipersilakan bertanya secara langsung. Setelah diskusi dan pemaparan selanjutnya menutup  kegiatan.


Hal-hal yang perlu diperhatikan

Dalam kegiatan kunjungan anak-anak harus jujur atas keadaan yang sebenarnya dialami agar mendapat solusi yang tepat atas permasalahan yang dialami. Baik guru maupun anak-anak tetap menerapkan protokol kesehatan dengan baik seperti mencuci tangan dengan sabun, menggunakan masker serta menjaga jarak ketika duduk maupun di luar rumah. Datang dan pergi sesuai jadwal dan tidak berkerumun.

Demikianlah yang dapat saya sampaikan pada kesempatan kali ini. Semoga bermanfaat. 

Salam persahabatan, 

Tantangan menulis lomba blog PGRI hari ketujuh

Tak ada Agenda Sekolah

Oleh: Pono, S.Pd.SD


Hari ini hujan turun sejak pagi. Tidak deras memang. Hanya rintik-rintik, namun cukup mendinginkan punggung petani yang terpaksa harus mencari rumput pakan kambing peliharaannya. Aku pun hanya terdiam sambil menatap layar ponselku. Sambil memangku Nurul, anakku yang baru berumur 5 bulan yang tengah terlelap tidur. Ia tampak pulas sekali, aku tak mau membangunkannya, meskipun pada hari-hari biasa jam 7 sudah dimandikan oleh ibunya. Dengan perlahan aku  mengambil ponsel yang ada di atas loker dan melihat isinya.  Bilqis, kakaknya yang  bersekolah di TK PGRI dekat rumahku sedang asyik bermain sendiri di depan kusen jendela ruang tamu. Ia tampak sedang menyaksikan rintik-rintik hujan yang turun membasahi halaman depan rumahku. Sesekali tampak olehku ia menari sambil melompat-lompat di tengah suara hujan mengguyur. Sepertinya ia menikmati irama musik yang dihasilkan hujan pagi ini.

Ku tatap lagi layar ponselku. Ponselku memang tak mahal. Namun aku menatapnya setiap hari tidak kurang lima jam. Bukan karena aku sangat menyayanginya. Aku menggunakannya untuk banyak keperluan. Salah satunya untuk menulis di blog.  Tak berapa lama ku arahkan kembali pandanganku ke jendela tempat Bilqis berada sebelumnya. Ia tidak ada di tempatnya. Hujan terus mengguyur, Nurul masih terlelap dalam tidurnya seakan dinina bobokan suara hujan. Aku tak berani bersuara keras. Takut membangunkan Nurul sebelum ia cukup dalam tidurnya. Biasanya bayi jengkel kalau terbangun dari tidur pada saat yang kurang tepat. Ku pandangi setiap penjuru ruang tamu kalau-kalau Bilqis ada di sudut ruangan yang terbebas dari jangkauan pandangan mataku. 

Saat ku menatap kembali layar ponselku sambil sesekali menengok ke halaman melalui kaca jendela, terdengar sayup-sayup suara anak kecil melafalkan beberapa kata dalam bahasa Arab berulang-ulang. Rupanya Bilqis sedang membaca buku Qiroati yang biasa ia bawa mengaji di TPQ setiap sore. Bilqis memang nggak bisa diam, apalagi jika Via temannya yang masih kerabat datang untuk bermain bersamanya. Rumah seakan kapal pecah. Tapi tak apa lah. Karena itu bagian dari proses belajarnya dalam mengenali benda-benda di sekitarnya. Yang penting setelah selesai mereka merapikan sendiri mainannya.  Jika sudah bersama temannya, dalam hitungan  detik semua lantai di pekarangan rumah sudah terinjak telapak kakinya yang masih cukup kecil.

Hari ini Ahad 7 Pebruari 2021. Tidak ada agenda sekolah yang ku kerjakan. Biasanya hari Ahad memang khusus untuk urusan keluarga. Namun karena berkomitmen untuk menulis di blog setiap hari di bulan Pebruari, saya menggunakan kesempatan untuk mencapai target harian menulis sebayak minimal 300 kata. 

Matahari tak berani muncul. Terhalang awan yang menitikkan air hujan. Menurut prakiraan cuaca yang disampaikan oleh google hari ini memang akan turun hujan disertai petir. Nasib baik petir tak muncul, hujan pun teratur. Agak sedikit lega rasanya, karena tugas mengoreksi hasil karya anak-anak sudah rampung hari Sabtu kemarin. Buku tugas siap dibagikan Rabu depan sesuai kesepakatan. Kesempatan bagiku meregangkan otot-otot serta melemaskan sendi-sendi tulangku. Di dapur istri sedang memasak daun pepaya kesukaanku.  Setelah masakan siap dihidangkan ia pun memanggilku untuk segera menyantap hasil karya terbaiknya dalam mengolah bahan makanan.

Masih ada tugas sekolah yang belum sempat aku rampungkan. Namun biarkan aku lanjutkan hari Senin besok. Hari ini untuk melepas penat sembari bercengkerama dengan keluarga. Besok lagi-lagi aku akan menempuh jarak 30-an kilometer ke sekolah tempat aku bekerja. Lumayan jauh memang. Bagiku tidak masalah, asalkan tubuh berasa sehat dan sepeda motor kondisi baik. Sejak dua belas tahun yang lalu saya menempuh jarak puluhan kilometer setiap hari menghasilkan beragam kisah yang belum dituliskan. Itulah salah satu sebab mengapa saya mengikuti pelatihan Belajar Menulis. Harapan saya suatu hari dapat menghasilkan tulisan atas apa yang sudah saya lakukan.