Tantangan menulis lomba blog PGRI hari ketujuh

Tak ada Agenda Sekolah

Oleh: Pono, S.Pd.SD


Hari ini hujan turun sejak pagi. Tidak deras memang. Hanya rintik-rintik, namun cukup mendinginkan punggung petani yang terpaksa harus mencari rumput pakan kambing peliharaannya. Aku pun hanya terdiam sambil menatap layar ponselku. Sambil memangku Nurul, anakku yang baru berumur 5 bulan yang tengah terlelap tidur. Ia tampak pulas sekali, aku tak mau membangunkannya, meskipun pada hari-hari biasa jam 7 sudah dimandikan oleh ibunya. Dengan perlahan aku  mengambil ponsel yang ada di atas loker dan melihat isinya.  Bilqis, kakaknya yang  bersekolah di TK PGRI dekat rumahku sedang asyik bermain sendiri di depan kusen jendela ruang tamu. Ia tampak sedang menyaksikan rintik-rintik hujan yang turun membasahi halaman depan rumahku. Sesekali tampak olehku ia menari sambil melompat-lompat di tengah suara hujan mengguyur. Sepertinya ia menikmati irama musik yang dihasilkan hujan pagi ini.

Ku tatap lagi layar ponselku. Ponselku memang tak mahal. Namun aku menatapnya setiap hari tidak kurang lima jam. Bukan karena aku sangat menyayanginya. Aku menggunakannya untuk banyak keperluan. Salah satunya untuk menulis di blog.  Tak berapa lama ku arahkan kembali pandanganku ke jendela tempat Bilqis berada sebelumnya. Ia tidak ada di tempatnya. Hujan terus mengguyur, Nurul masih terlelap dalam tidurnya seakan dinina bobokan suara hujan. Aku tak berani bersuara keras. Takut membangunkan Nurul sebelum ia cukup dalam tidurnya. Biasanya bayi jengkel kalau terbangun dari tidur pada saat yang kurang tepat. Ku pandangi setiap penjuru ruang tamu kalau-kalau Bilqis ada di sudut ruangan yang terbebas dari jangkauan pandangan mataku. 

Saat ku menatap kembali layar ponselku sambil sesekali menengok ke halaman melalui kaca jendela, terdengar sayup-sayup suara anak kecil melafalkan beberapa kata dalam bahasa Arab berulang-ulang. Rupanya Bilqis sedang membaca buku Qiroati yang biasa ia bawa mengaji di TPQ setiap sore. Bilqis memang nggak bisa diam, apalagi jika Via temannya yang masih kerabat datang untuk bermain bersamanya. Rumah seakan kapal pecah. Tapi tak apa lah. Karena itu bagian dari proses belajarnya dalam mengenali benda-benda di sekitarnya. Yang penting setelah selesai mereka merapikan sendiri mainannya.  Jika sudah bersama temannya, dalam hitungan  detik semua lantai di pekarangan rumah sudah terinjak telapak kakinya yang masih cukup kecil.

Hari ini Ahad 7 Pebruari 2021. Tidak ada agenda sekolah yang ku kerjakan. Biasanya hari Ahad memang khusus untuk urusan keluarga. Namun karena berkomitmen untuk menulis di blog setiap hari di bulan Pebruari, saya menggunakan kesempatan untuk mencapai target harian menulis sebayak minimal 300 kata. 

Matahari tak berani muncul. Terhalang awan yang menitikkan air hujan. Menurut prakiraan cuaca yang disampaikan oleh google hari ini memang akan turun hujan disertai petir. Nasib baik petir tak muncul, hujan pun teratur. Agak sedikit lega rasanya, karena tugas mengoreksi hasil karya anak-anak sudah rampung hari Sabtu kemarin. Buku tugas siap dibagikan Rabu depan sesuai kesepakatan. Kesempatan bagiku meregangkan otot-otot serta melemaskan sendi-sendi tulangku. Di dapur istri sedang memasak daun pepaya kesukaanku.  Setelah masakan siap dihidangkan ia pun memanggilku untuk segera menyantap hasil karya terbaiknya dalam mengolah bahan makanan.

Masih ada tugas sekolah yang belum sempat aku rampungkan. Namun biarkan aku lanjutkan hari Senin besok. Hari ini untuk melepas penat sembari bercengkerama dengan keluarga. Besok lagi-lagi aku akan menempuh jarak 30-an kilometer ke sekolah tempat aku bekerja. Lumayan jauh memang. Bagiku tidak masalah, asalkan tubuh berasa sehat dan sepeda motor kondisi baik. Sejak dua belas tahun yang lalu saya menempuh jarak puluhan kilometer setiap hari menghasilkan beragam kisah yang belum dituliskan. Itulah salah satu sebab mengapa saya mengikuti pelatihan Belajar Menulis. Harapan saya suatu hari dapat menghasilkan tulisan atas apa yang sudah saya lakukan. 

Tantangan menulis lomba blog PGRI hari keenam

Kronologi Pembelajaran On Line Selasa, 26 Januari 2021

Oleh: Pono, S.Pd.SD



Apa kabar sobat blogger ? 
Semoga sobat semua sejahtera dalam lindungan Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, aamiin.

Sengaja kali ini saya akan berbagi pengalaman dalam pembelajaran di kelas On Line pada masa yang lalu. Semoga saja tulisan saya kali ini bisa menemani sobat blogger dalam mengisi waktu luang, misalnya bagi sobat yang sedang menunggu kereta, menikmati secangkir kopi atau teh hangat, menunggu teman untuk kondangan bersama atau mengisi waktu istirahat siang di kantor atau pabrik. Pokoknya di mana saja deh.

Sobat blogger,

Seperti yang saya sampaikan melalui postingan saya yang lalu bahwa di masa Pandemi Pembelajaran On Line dilaksanakan pada Selasa beberapa pekan terakhir. Kali ini yang akan saya ceritakan adalah pembelajaran pada 26 Januari 2021. Mengapa saya ceritakan satu persatu. Mengingat pada tiap-tiap pertemuan ada saja perbedaannya. Lagipula pembelajaran seumpama ini belum terlalu banyak yang melaksanakannya di tingkat sekolah dasar.

Waktu itu jam menunjukkan pukul 08.02. Mengingat  kami telah membuat kesepakatan memulai Pembelajaran pukul 08.00, tanpa berpikir panjang saya pun segera menyapa anak-anak.

"Assalamu'alaikum wr wb."

"Mengingat waktu sudah menunjukkan jam 08.00, pembelajaran akan segera dimulai. Untuk itu silakan anak-anak menyatakan kehadiran dengan menulis nama diikuti kata hadir." 

Sebenarnya pukul 08.00 bukan waktu memulai pemaparan materi, namun waktu saya membuka kelas. Sebagaimana pada pembelajaran tatap muka, sebelum pemaparan materi terlebih dahulu dilakukan persiapan-persiapan. Baik menyiapkan alat bantu pembelajaran maupun menyiapkan mental untuk mengikuti pembelajaran. 

Saya pun segera menulis chat, "Pono hadir". Kemudian diikuti anak-anak.

"Hesti hadir"

"Astuti hadir"

'Zazid hadir"

"Zahra hadir"

"Hasna A hadir"

"Riyo hadir"

"Vero hadir"

"Dimas hadir"

"Dessyifa hadir"

"Ardelia hadir"

"Baiklah, untuk saat ini 10 anak yang sudah siap. Yang lain menyusul."

Tak lama berselang Nahdia masuk dengan chat, "Nahdia hadir."

Sebelas anak sudah di dalam kelas, siap mengikuti pembelajaran.

"Materi pembahasan kita kali ini adalah KPK atau yang merupakan singkatan dari Kelipatan Persekutuan Terkecil."

"Materi KPK sudah banyak dijumpai di kelas 5, di kelas 6 diberikan lagi untuk memperdalam kemampuan anak mengenai KPK."

"Barangkali sebelum saya lanjutkan ada yang mau bercerita atau menyampaikan pengetahuannya tentang KPK? Silakan."

Satu menit berlalu belum ada yang menjawab. Saya pun melanjutkan. 

"Baiklah, kalau belum ada yang berani menjawab. Saya lanjutkan."

"Ada tiga kata yaitu kelipatan, persekutuan, terkecil. Kelipatan dapat diartikan pengulangan bilangan atau penambahan  secara teratur."

"Sebagai contoh kelipatan  1 meliputi : 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11,12,13,14,15,16,17,18,19,20,21, ... (dan seterusnya sampai tak terhingga). Kelipatan 2 meliputi: 2, 4,6,8,10,12,14,16,19,20,22,24,26,28,30,32,34,36,38,40, ... 

Sekarang coba kaliyan sebutkan bilangan-bilangan yang merupakan kelipatan 3. Silakan."

Beberapa anak masuk.

"Azka hadir"

"Sahrul hadir"

"Ari hadir"

"Faiq Hadir"

Sehingga 15 anak telah hadir.

"Baik lanjutkan silakan."

Kemudian Faiq menjawab, "3,6,9,12,15, 18, 21, 24, 27, 30,....." Diikuti Riyo yang menyebutkan baris bilangan yang sama.

Selanjutnya Zazid menjawab, "6,9,12,15,18,21,24,27,30" diikuti Dimas Agustiar dengan jawaban yang sama. 

Semua yang hadir pun menjawab dengan jawaban menyerupai jawaban Faiq. Saya pun melanjutkan. 

"Baiklah. Mengenai kelipatan polanya sama. Kita lanjutkan dengan persekutuan. Mengenai persekutuan maknanya kesamaan. Coba kaliyan temukan bilangan yang sama yang tertera pada baris bilangan  di atas, yaitu bilangan yang termasuk keliatan 2 dan termasuk kelipatan 3."

Dengan cepat Zazid menjawab, "6, 12, 24". Diikuti anak-anak yang lain menjawab dengan jawaban yang sama dengan jawaban Zazid.

Karena saya melihat masih ada bilangan yang belum.disebutkan saya pun bertanya, "Kalau 18 dan 30 menurut kalian termasuk apa tidak ya?"

Zazid segera menjawab, " Iya Pak , termasuk". Arif menjawab, "Iya, Pak." Kemudian diikuti anak-anak yang lain menjawab dengan jawaban yang maknanya kurang lebih sama dengan jawaban Zazid dan Arif.

Kemudian saya berkata,"coba diurutkan lagi." Maksud saya yang sebenarnya adalah agar mereka menuliskannya secara lengkap dan runtut. Anak-anak memang lucu. Dengan cepat Dimas menjawab, "Iya Pak". Namun Arif cepat tanggap menjawab "6,12,18,24,30", diikuti Hesti, Ardelia, Syifa, Zahro, serta Sahrul dengan jawaban seperti jawaban Arif.

Saya pun memberi penguatan denga mengatakan "Bagus" serta membubuhkan tanda gambar jempol pada chat. 

Masih seperti biasa masih disusul anak-anak yang lain memberikan jawaban sama seperti jawaban yang telah saya nyatakan benar.

Tanpa merisaukan jawaban anak-anak,  saya pun melanjutkan mengajukan pertanyaan, "Di antara bilangan kelipatan dari 2 dan 3 yang sama, bilangan berapa yang paling kecil?"

Dengan cepat semua menjawab, "6". Lagi-lagi saya memberi penguatan dengan mengatakan bagus. "Bagus dengan demikian dapat dinyatakan KPK dari 2 dan 3 adalah 6". Lagi-lagi masih ada anak yang masih menjawab "6". Mungkin karena kondisi sinyal yang kurang stabil sehingga ada saja anak yang terlambat dalam menjawab. 

"Sekarang, untuk latihan . Dengan cara yang sama tentukan KPK dari 6 dan 8." 

Mulailah anak-anak menjawab dengan jawaban beragam. Mula-mula jawaban Zazid 

6,12,18,24,30,36,42,48.

8,16,24,32,40,48,56,64

Disusul Faiq dengan jawaban yang sama.  Sedangkan Ardelia, setelah menulis jawaban langsung menghapusnya. Zazid pun menjawab lagi, "KPK 6 dan 8 = 24". 

"Tepat , Zazid. Selamat"

'Berikutnya untuk meningkatkan tahap latihan. Dengan cara yang sama tentukan KPK dari 10 dan 12."

Kali ini Dessyifa yang tampil lebih dulu. "Kelipatan 10 adalah 10,20,30,40,50,60, ...

Kelipatan 12 adalah 12,24,36,48,60, ...

KPK 10 dan 12=60"

Saya pun memberi penguatan, "Tepat Dessyifa KPK dari 10 dan 12 adalah 60. 👏" Kemudian anak-anak yang lain menjawab dengan benar.

Saya pun melanjutkan, 

"Baik, kita bahas sedikit. 

Mengenai KPK hanya ada satu bilangan. Karena disebutkan terkecil maknanya paling kecil. Jadi hanya ada satu bilangan. Sebagai contoh KPK dari 2 dan 3 adalah 6. Hanya bilangan 6. Begitu pula dengan KPK dari 6 dan 8 adalah 24. Hanya bilangan 24. Tidak ada bilangan yang lain. KPK dari 10 dan 12 adalah 60. Tidak ada bilangan yang lain.

Kemudian mengenai penulisan. 

Dalam matematika tanda  titik dua (:) dan sama dengan (=) memiliki makna yang berbeda.

Oleh karena itu penulisan tanda harus tepat. 

Sebagai contoh penulisan yang tepat.

KPK dari 10 dan 12 adalah 60  

Contoh penulisan yang belum tepat KPK dari 10 dan 12 : 60 (karena ini bermakna KPK dari 10 dan 12 dibagi 60)

Baiklah semua peserta sudah menunjukkan sikap belajar yang meningkat.👍"

"Untuk latihan yang sedikit lebih tinggi. Tentukan KPK dari 8, 10dan 12. 

Silakan. Boleh gunakan kertas kosong untuk corat-coret.👌"

Ardelia dan Dimas menjawab, 

"8,16,24,32,40,48,56,64

10,20,30,40,50,60

12,24,36,48,60

KPK 8,10,dan 12 adalah 120"


Chelcilia, Riyo, Azka, Faiq menjawab 'KPK 8,10 dan 12 adalah 120". 

Kali Zazid mengirim foto mengenai jawaban yang ia buat di buku tulis. Jawabannya sudah benar.

Say menjelaskan,

"Penulisannya KPK dari 8, 10 dan 12 adalah 120."

"Baiklah abak-anak. Mengenai konsep KPK saya kira sudah bisa dikuasai, tinggal banyak latihan saja agar semakin mahir 💪. Sekarang kita belajar tentang faktorisasi dan faktorisasi prima. FAKTOR secara sederhana berarti bagian. Kalau disebutkan  faktor dari  6 maknanya bagian dari bilangan 6 , yaitu 1, 2, 3, 6. Mengapa demikian? 

Karena 

1 x 6 = 6

2 x 3 = 6

Kalau disebutkan faktor dari 8 maknanya bagian dari bilangan 8 yaitu 1, 2, 4, 8.

Karena 

1 x 8 = 8

2 x 4 = 8

Sekarang dengan cara yang sama tentukan faktor dari 12. Di WA kalian bisa menggunakan teknik copy paste namun angkanya dirubah, atau tulisannya dirubah sehingga bisa mengetik lebih cepat 👌."

Dengan cepat sebagian menjawab, 

1x 12=12

2x 6=12

3x 4=12

Sebagian yang lain menjawab 1, 2, 3, 4, 6 dan 12.

Saya pun memberi penguatan, " Baik, Faktor dari 12 adalah 1,2, 3, 4, 6, 12."

"Penulisan sudah benar, tinggal ditambah kata "Faktor dari 12 adalah" di bagian depan. Dan sebaiknya memang urut."

Kemudian saya melanjutkan pertanyaan agar anak-anak mencari faktor dari 24. Hasilnya semua dapat menjawab dengan benar. 

Selanjutnya faktor dari 1, 2, 3, 4, 5, 6 dan seterusnya. Setelah menemukan hasilnya saya tanyakan kepada mereka bilangan berapa saja yang hanya memiliki dua faktor. Rata-rata menjawab dengan benar. 

Tanpa mengulur waktu saya menjelaskan bahwa bilangan yang mempunyai dua faktor dinamakan bilangan prima. Mereka pun menyebutkan bilangan-bilangan prima pada deret bilangan yang telah mereka tulis.

Untuk mengakhiri pembelajaran saya menyampaikan bahwa bilangan prima dapat digunakan untuk membuat pohon faktor. Pembelajaran berikutnya akan membahas mengenai cara menemukan KPK menggunakan Faktorisasi Prima. 

Sebagai tindak lanjut anak-anak membuat laporan kegiatan secara sederhana melalui chat pribadi.

Demikian sobat blogger mengenai pembelajaran yang saya sampaikan. Mudah-mudahan bermanfaat. Kekurangan di sana-sini tentunya ada. Saran yang baik saya nantikan dari sobat.

Salam persahabatan,

Banjarnegara, 6 Pebruari 202 jelang tengah malam.












Tantangan menulis lomba blog PGRI hari kelima

 Alternatif Pembelajaran On Line

Oleh: Pono, S.Pd.SD



Sebelum pembelajaran dengan Grup WA di mas Pandemi dimulai, saya menawarkan  alternatif pembelajaran menggunakan media online. Salah satunya pembelajaran menggunakan media blog. Pembelajaran menggunakan media blog sudah pernah dilaksanakan di kelas 6 tahun silam sebelum Pandemi. Tujuan penggunaan media blog dalam pembelajaran di kelas adalah untuk memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak-anak, serta berlatih menggunakan fasilitas teknologi untuk belajar.

Pembelajaran menggunakan blog di kelas tinggi dirasa membantu  dalam mewujudkan pembelajaran di masa pandemi covid-19. Itulah sebabnya saya tawarkan model tersebut kepada anak-anak. Pada pembelajaran yang dimaksud penggunaan blog bisa dipadukan platform yang lain seperti google form. Rencananya pengantar dan paparan materi disajikan berbentuk tulisan di blog dengan diselingi video sebagai penguat. Sedangkan latihan soal dan evaluasi disajikan melalui google form. Pertanyaan anak-anak bisa dilakukan melalui kolom komentar blog. 

Pada pembelajaran tatap muka yang lalu anak-anak sudah berlatih menulis di kolom komentar blog, mengirim jawaban ke alamat email, serta mengerjakan soal yang disajikan melalui google form. Sejatinya penggunaan blog sebagai media pembelajaran menyenangkan sudah lebih jauh dikelas 6. Di tahun silam sebelum virus Corona datang menyerang, anak kelas 6 sudah memosting jawaban tugas di blog sudah saya sediakan. Bukan hanya puisi dan rangkuman yang mereka posting namun presentasi kerja kelompok yang  umumnya dilakukan di depan kelas, bisa dilakukan di halaman serta memostingnya dalam bentuk video. Harapan saya penggunaan media blog untuk pembelajaran lebih optimal justru di tengah Pandemi. 

Sebelum rencana program dijalankan, terlebih dahulu melakukan survei untuk mengetahui apakah program dapat berjalan dengan baik atau tidak. Untuk itu saya mengirimkan link postingan blog yang saya miliki berupa materi pelajaran untuk anak usia SD ke Grup WA. Sebagian mambaca melalui link yang saya kirimkan, namun sebagian mengatakan tidak bisa mengakses blog karena kuota internet yang dimiliki hanya bisa mengakses WhatsApp. Oleh karena itu saya putuskan melakukan pembelajaran melalui Grup WA. 

Pada pembelajaran melalui Grup WA yang pertama ada sebagian anak yang tidak bisa mengikuti. Terbukti belum mengirimkan tugas yang saya berikan, akan tetapi menghubungi saya melalui pesan Facebook dan menanyakan tugas hari itu. Tanpa berpikir panjang, saya pun membagikan postingan saya di Grup WA ke pesan Facebook miliknya. Tujuan  saya agar selain memahami kronologis pembelajaran sekaligus mengetahui tugas bagi anak-anak. Mengingat ada dua anak yang belum bisa mengikuti pembelajaran melalui Grup WA, maka pada pertemuan kedua setelah selesai pembelajaran saya pun langsung membagikan postingan saya ke pesan Facebook kedua anak tersebut. Hasilnya kedua anak tersebut mengirimkan tugas sesuai yang diharapkan. Pada pertemuan ketiga semua anak sudah bisa mengakses Grup WA sehingga pembelajaran dilakukan hanya melalui Grup WA.

Manusia merencanakan Tuhan yang menentukan. Seiring berjalannya waktu, di tengah Pandemi yang terus berkecamuk, penggunaan blog justru lebih banyak saya gunakan untuk belajar. Terutama yang sedang saya geluti adalah belajar menulis, yaitu memosting resume pelatihan. 
Guru merupakan sosok teladan bagi muridnya, baik disadari atau tidak. wajar jika ada peribahasa yang mengatakan, "Guru kencing berdiri,murid kencing berlari". Begitu pula dalam hal menularkan semangat belajar dan berkarya. Itulah sebabnya di masa Pandemi ini saya lebih banyak menggunakan waktu untuk belajar melalui pelatihan - pelatihan. Baik yang berbayar maupun gratis. Semoga tulisan saya yang tidak seberapa ini dapat menjadi sebab tumbuhnya semangat belajar bagi yang membaca. 



Banjarnegara, 5 Pebruari 2021 


Tantangan menulis lomba blog PGRI hari keempat

Musyawarah dengan Wali Murid

Oleh: Pono, S.Pd.SD


Di awal-awal  masuknya virus Corona ke Indonesia masyarakat menyikapinya dengan beragam. Anak-anak sekolah serta guru-guru tidak diperkenankan masuk ke sekolah, dengan maksud memutus mata rantai penyebaran covid-19. Berikutnya anak-anak sekolah dan guru-guru boleh masuk dengan penerapan protokol kesehatan secara ketat. Sekarang anak-anak tidak diperkenankan ke sekolah lagi sedangkan guru masuk ke sekolah dengan cara bergantian. 25% saja yang masuk ke sekolah untuk melakukan kerja dengan pola WFO, sedangkan 75% dari jumlah guru pada sekolah tersebut melaksanakan kerja dengan pola WFH.

Bagi saya kondisi seperti ini tidak menjadi masalah karena hal tersebut merupakan dinamika yang harus terjadi. Banyak pakar yang memikirkan hal tersebut khususnya mengenai kondisi di masa Pandemi yang memang tidak seorang pun menghendakinya.   Terhadap fenomena yang ada kita harus pro aktif mengikuti ketentuan yang berlaku walaupun terkadang mengalami kondisi yang kurang nyaman. Mau di sekolah mau di rumah guru berfikir dan berusaha agar anak-anak memiliki pengalaman belajar yang bermakna di tengah Pandemi. Untuk itu koordinasi antara pihak sekolah dalam hal ini guru dengan murid dan orang tua murid harus berjalan baik.

Untuk menyikapi  situasi yang ada agar anak-anak tetap dapat belajar dengan baik dengan tetap menerapkan protokol kesehatan serta mematuhi ketentuan dari pihak berwenang maka perlu adanya persamaan persepsi antara guru , murid dan orang tua murid. Untuk itu dilaksanakan musyawarah dengan orang tua murid untuk membahas mengenai pembelajaran yang akan dilaksanakan. 

Sekolah mengundang orang tua murid dengan cara yang berbeda dari masa-masa sebelum Pandemi, yaitu dengan  mengatur jarak tempat duduk agar tetap sesuai dengan protokol kesehatan, jumlah tempat duduk yang boleh diduduki dalam tiap-tiap ruang, serta mengatur waktu kedatangan agar tidak terjadi kerumunan. Begitu pula cara berjalan menuju ruang musyawarah harus sesuai protokol kesehatan. Di depan pintu gerbang salah satu petugas bersiap mengukur suhu tubuh dari tiap-tiap peserta yang hadir. Alat cuci tangan serta sabun disediakan dan setiap peserta secara bergantian mencuci tangan menggunakan sabun memasuki ruangan. Ruangan yang digunakan telah disemprot dengan disinfektan sebelum orangtua murid hadir. Selesai musyawarah peserta meninggalkan ruangan satu persatu dan berjalan dengan menjaga jarak. Terdengar agak repot, namun itu demi kebaikan bersama semua pihak. 

Hasil dari musyawarah orang tua murid menyetujui program yang hendak dilaksanakan pihak sekolah terkait pembelajaran di sekolah, orang tua murid bersedia menjadi penghubung antara guru dan anak-anak, untuk komunikasi serta diskusi lebih lanjut menggunakan Grup WA.

Setelah musyawarah waktu itu komunikasi banyak dilakukan menggunakan ponsel. Pada umumnya orang tua murid telah memiliki ponsel pintar, sehingga komunikas tergolong mudah.


Tantangan menulis lomba blog PGRI hari ketiga

 WFO 3 Pebruari 2021

Oleh: Pono, S.Pd.SD


Salam persahabatan,

Hari ini saya "WFO". Istilah yang sedang trend saat ini untuk masuk kantor. Jadwal di tempat saya bekerja,  saya masuk kantor  dua hari dalam sepekan , yaitu Rabu dan Sabtu. Ini diberlakukan sejak PPKM untuk wilayah daerah tempat saya tinggal dan bekerja. Tujuannya adalah untuk memutus mata rantai penyebaran covid-19. Walaupun sudah dibatasi jumlah hari masuknya tetap saja harus menjaga protokol kesehatan yaitu dengan mencuci tangan memakai masker serta menjaga jarak aman covid. Selebihnya "WFH" selain hari Ahad.

Sebelum PPKM

Sebelum ada pengaturan pembatasan  hari masuk pegawai, saya masuk kerja 6 hari dalam sepekan meskipun tidak selalu bertemu siswa setiap harinya. Waktu itu dua hari dalam sepekan siswa masuk sekolah untuk mengikuti pembelajaran tatap muka dengan pengawalan ketat protokol kesehatan yaitu mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, serta memeriksa  suhu tubuh. Siswa yang suhu tubuhnya melampaui ambang batas yang ditentukan tidak diperkenankan mengikuti kegiatan pembelajaran di sekolah. Ia harus rela melakukan kegiatan pembelajaran dengan pola WFH atau belajar dari rumah.


Setelah PPKM diberlakukan kehadiran  guru di sekolah dibatasi. Guru hadir secara bergantian sesuai jadwal yang sudah ditentukan seperti yang telah saya sampaikan di atas. Adapun siswa tidak diperkenankan hadir ke sekolah. Hal ini tentunya untuk kebaikan bersama. Saya pun memahami akan hal itu. Sejak masa pandemi pola pembelajaran siswa memang berubah. Satu hari dalam sepekan orang tua siswa secara bergantian dan dengan menggunakan protokol kesehatan. Hadir ke sekolah untuk  mengambil "LKM" atau Lembar Kerja Mingguan. Pada hari yang sama orang tua siswa mengembalikan hasil karya siswa atas tugas yang diberikan. Baik yang bersifat teoritis maupun praktis.

Mengingat waktu yang lalu diadakan dua kali pembelajaran tatap muka dalam sepekan, namun sejak beberapa pekan terakhir tidak diberlakukan pembelajaran tatap muka, maka saya berinisiatif melakukan kegiatan pembelajaran Daring atau On Line sekali dalam sepekan, yaitu setiap Selasa pagi, jam 8 hingga jam 10. Tujuan dari pembelajaran on line untuk menyapa siswa sekaligus memeriksa keaktifan siswa dalam belajar.

WFO hari ini saya gunakan untuk menerima jawaban tugas dari siswa yang diantar oleh orang tua serta menyerahkan tugas pekan berikutnya untuk dikerjakan oleh siswa. Satu persatu orang tua siswa hadir di sekolah menyerahkan buku tugas yang berisi jawaban tugas anaknya. Dalam situasi seperti sekarang ini terkadang karena kesibukan orang tua atau karena alasan satu dan lain hal tidak semua buku tugas dapat terkumpul pada hari yang sama. Bagi saya itu bukan masalah, karena kalau pun belum bisa mengumpulkan buku tugas hari ini, masih bisa di waktu yang lain. Misalnya hari Sabtu. Hari Sabtu saya WFO. Setelah beberapa waktu orang tua siswa mengumpulkan buku tugas, saya pun mulai mengoreksi satu persatu dari jawaban siswa atas tugas yang diberikan. Tidak bisa selesai  mengoreksi jawaban dalam sehari. Jawaban yang belum terkoreksi, rencananya akan saya selesaikan di waktu yang lain pekan ini. Misal hari Sabtu. Pada waktu yang lalu, jika hari Sabtu pun masih belum selesai saya gunakan hari yang lain untuk menyelesaikannya sebelum hari Rabu. Karena hari Rabu merupakan hari dimana LKM yang baru bertukar dengan jawaban LKM pekan sebelumnya.

Untuk mengoreksi jawaban tugas dari siswa memang memerlukan energi yang cukup serta konsentrasi. Jika tidak, mungkin waktu yang digunakan bertambah lama sehingga beban kerja menumpuk sedangkan waktu yang digunakan terbatas.

Begitulah sedikit cerita tentang WFO dan WFH di masa Pandemi. Guru harus senantiasa siap bekerja dalam situasi apapun demi kebaikan bersama. Keberhasilan siswa dalam belajar merupakan dambaan setiap guru. Keberhasilan siswa adalah kebahagiaan guru karena pada hakikatnya murid adalah anak dan anak adalah murid. Hanya bedanya pada situasi formal dan informal. Sedangkan guru pada hakikatnya orang tua, begitu pula orang tua adalah guru. Bedanya pada situasi formal dan informal.

Salam blogger,
Salam persahabatan,

Tantangan menulis lomba blog PGRI hari kedua

PEMBELAJARAN  ON LINE, 2 Perbuari 2021

Oleh: Pono, S.Pd.SD




Sejak mengikuti pelatihan Belajar Menulis PGRI gairah menulis jadi meningkat. Dengan gairah menulis itulah saya memberanikan diri mengikuti program menulis setiap hari di bulan Pebruari 2021. Sebenarnya bukan hanya gairah menulis yang ditimbulkan akibat dari mengikuti pelatihan tersebut, namun teknik penyelenggaraan kegiatan pelatihan yang tergolong unik yaitu pelatihan melalui Grup WA,  peserta menuliskan resume pada blog masing-masing peserta.

Terobsesi dari penyelenggaraan pelatihan Belajar Menulis tersebut ditambah pengalaman mengikuti bimtek daring melalui simPKB yang salah satu video materinya menceritakan pembelajaran melalui Grup WA pada jenjang SLTA. Dari pengalaman itulah saya memberanikan diri melaksanakan program pembelajaran on line menggunakan Grup WA, namun tidak sama persis ketika mengikuti pelatihan Belajar Menulis dengan maksud disesuaikan dengan kemampuan anak-anak.

Dari 18 siswa kelas 6 yang mengikuti kegiatan sebanyak 17 siswa. Satu siswa tidak mengikuti tanpa keterangan. Mungkin karena masalah jaringan internet di daerahnya yang kurang stabil. Saya memandu kegiatan dari rumah karena sesuai jadwal hari Selasa saya WFH. Dalam satu pekan saya mendapat jatah tugas WFO sebanyak 2 kali hari Rabu dan Sabtu.



Setelah waktu menunjukkan jam 08.00 saya memasuki kelas maya dan menyapa siswa dengan ucapan salam. Selanjutnya saya memeriksa kehadiran  siswa dengan memerintahkan siswa untuk menuliskan nama masing-masing siswa diikuti kata 'hadir'. Sembilan siswa langsung merespon dengan menyatakan kehadiran dengan menuliskan nama diikuti kata tulisan "hadir".

Siswa yang belum hadir ditunggu selama 15 menit. Setelah 15 menit berlalu saya mengajak siswa berdoa. Jeda untuk membaca doa sekitar 1 menit. Dalam tempo waktu 15 menit tidak semua siswa memasuki kelas maya, namun sebagian besar sudah hadir dan siap mengikuti kegiatan. Hanya beberapa gelintir yang baru mengikuti setelah beberapa menit kegiatan berlangsung. Bagi saya itu tidak masalah untuk takaran anak usia SD karena mungkin kondisinya berbeda.

Setelah berdoa dilanjutkan apersepsi untuk mengkondisikan siswa siap mengikuti pembelajaran. Apersepsi dilakukan dengan mengingatkan siswa akan materi sebelumnya. Untuk ini  saya mengajukan pertanyaan kepada siswa. Saya bertanya kepada mereka tentang KPK dari 9, 12, dan 16. Atas pertanyaan saya beberapa siswa menjawab dengan dengan jawaban yang masih belum tepat. Namun akhirnya ada juga yang menjawab dengan tepat. Saya memberikan reward dan penguatan terhadap jawaban benar siswa agar siswa yang lain memperhatikannya dan menjadikannya sebagai contoh. Reward dilakukan dengan membalas jawaban siswa dengan tanda jempol.  Siswa pun berbondong-bondong mengirim jawaban yang benar. Saya tidak yakin semua siswa telah dapat mengerjakan dengan benar karena kondisi kelas memang selalu bervariasi namun setidaknya mereka telah mengerti dengan belajar dari pengalaman teman bagaimana menjawab soal dengan benar.  

Setelah mengulas pembelajaran pekan lalu, dilanjutkan pembelajaran kali ini yaitu;


 membuat pohon faktor.

Untuk mengetahui kemampuan dasa siswa dalam mengikuti pembelajaran pada materi yang akan dipelajari hari ini siswa   membuat pohon faktor. Saya perintahkan siswa membuat pohon faktor dari bilangan 32.

Peserta yang hadir, langsung menjawabnya. Sebagian jawaban benar, namun sebagian yang lain masih menjawab dengan jawaban yang  belum tepat. Untuk mengetahui kemampuan siswa lebih lanjut dalam membuat pohon faktor saya memerintahkan siswa membuat pohon faktor dari bilangan yang berbeda satu sama lain.    

Di antara siswa yang hadir, 7 siswa telah mampu membuat membuat pohon faktor dan mengirim jawaban dengan benar.  2  siswa mengirimkan jawaban  yang masih belum tepat. Saya mencatat nama-nama siswa yang telah menjawab dengan benar dan memberi penguatan atas jawaban yang benar dengan memberi tanda jempol.

Kedua siswa yang masih menjawab dengan jawaban yang belum tepat saya persilakan memperbaiki jawaban dan mengirim jawaban yang benar ke Grup WA. Hasilnya 1 siswa berhasil memperbaiki dengan mengirim jawaban benar, namun satu siswa masih mengirim jawaban yang belum tepat. Lagi-lagi saya memberi reward atas jawaban benar, sedangkan siswa yang masih menjawab dengan jawaban yang belum tepat dipersilakan memperbaiki jawabannya.

Setelah siswa berlatih membuat pohon faktor, saya menjelaskan faktorisasi prima dari bilangan tersebut. 

Tidak lama berselang saya memberikan tugas  kepada 8 siswa yang sudah menjawab benar dengan menentukan faktorisasi prima dari bilangan yang saya sebutkan untuk menemukan KPK dari bilangan 48 dan 58. Siswa yang belum menuntaskan tugas sebelumnya tidak ikut melaksanakan tugas yang baru, namun masih mengerjakan tugas sebelumnya. Bagi saya belajar matematika bertahap. Kemampuan dalam satu bidang mempengaruhi bidang lainnya.

Setelah siswa mampu mengerjakan dengan benar, saya memberi tugas kedua yaitu menentukan KPK dari 46 dan 52. Siswa pun mengerjakan dan mengirim jawaban. Saya pun memberi penguatan atas jawaban benar. Dalam menggambar pohon faktor dan menulis bilangan berpangkat siswa melakukannya pada kertas kosong dan memfotonya untuk dikirimkan ke Grup WA. Hal ini karena menurut saya agak sulit dilakukan pada sebagian besar ponsel.

Setelah waktu menunjukkan jam 10.00 saya menutup kegiatan pembelajaran dengan 

memberi nasihat kepada siswa untuk terus belajar, 

mengucapkan salam, 

serta memerintahkan siswa membuat laporan kegiatan dengan format yang telah ditentukan.


Banjarnegara, 2 Pebruari 2021

Tantangan menulis lomba blog PGRI hari kesatu.


Pembelajaran On Line Melalui Grup WA 

Oleh Pono, S.Pd.SD




Salam literasi, 

Halo teman-teman, kali ini saya akan menceritakan pengalaman saya mengajar kelas 6 di masa Pandemi. Sebagaimana kita ketahui bersama melalui berbagai media massa bahwa dari hari ke hari penyebaran Covid-19 kian meningkat. Ini tentunya menjadikan  keprihatinan bagi semua kalangan tanpa terkecuali para guru, peserta didik dan wali murid. Terlebih dengan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat yang berimplikasi pada tidak diperkenankannya pembelajaran tatap muka di sekolah menjadikan guru harus berpikir keras dalam menyikapinya. Jangan sampai peserta didik tidak belajar sama sekali dalam kurun waktu berbulan-bulan. untuk itu pembelajaran perlu disesuaikan dengan kondisi yang ada. 

Merubah pola pembelajaran dari yang sudah ada dalam waktu relatif cepat mungkin tidak akan mendapatkan hasil yang maksimal, namun setidaknya menjaga semangat belajar peserta didik agar tetap membara. dari semangat inilah diharapkan terbangun kemandirian dan ketabahan dalam menghadapi situasi yang sedang berkembang. Siapa yang mandiri tentunya lebih siap dalam menghadapi persaingan hidup yang terbentang luas di masa depan. Perlu mencari cara  agar peserta didik tetap belajar dengan arahan dan pantauan guru kelasnya. Dengan pantauan guru kelas kegiatan belajar anak akan lebih terarah dibanding dengan hanya diberi perintah tanpa kontrol. Bagaimanapun pembelajaran tatap muka belum bisa dilaksanakan dengan pertimbangan memutus mata rantai penyebaran covid-19.

Menyikapi keadaan yang tidak memungkinkan dilaksanakannya pembelajaran tatap muka diperlukan alternatif model pembelajaran yang sesuai dengan situasi pandemi covid-19. Solusinya dengan pembelajaran Daring maupun Luring atau dengan menyatukan kedua model kegiatan tersebut menjadi satu. Sebagian dari teman-teman tentunya sudah akrab dengan kedua istilah di atas bukan? Terlebih di masa pandemi.   Kali ini yang akan saya ceritakan adalah mengenai kegiatan pembelajaran dengan cara Daring atau dalam jaringan. yaitu pembelajaran dengan memanfaatkan fasilitas internet yang ada. 

Sebelum program pembelajaran daring dijalankan, terlebih dahulu dilakukan persiapan yang dimulai dengan melakukan survei lingkungan terlebih dahulu. Survei dilakukan untuk mengetahui kesiapan dari semua pihak jika program dijalankan. Langkah pertama kali yang dilakukan adalah mendata nomor telepon peserta didik atau orang tua dari peserta didik yang memungkinkan anak bisa mengakses program dengan baik, yakni bisa mengakses internet karena  program akan dijalankan melalui jaringan internet. Disamping mengumpulkan nomor telepon juga dilakukan sesi tanya jawab mengenai kondisi sinyal internet di sekitar tempat tinggal peserta didik. Kapan waktu internet dapat diakses dengan mudah serta berapa jarak dari rumah ke titik di mana internet dapat diakses dengan mudah. Terkadang pada beberapa rumah karena kondisi geografis, internet tidak dapat diakses dari rumah sepanjang waktu.  untuk itu perlu solusi berupa saran atau kesepakatan antara guru, peserta didik dan wali murid.

Setelah pengumpulan data selesai dilakukan, langkah berikutnya menyiapkan perangkat atau media yang akan digunakan. Ada beberapa media yang dapat digunakan, antara lain menggunakan aplikasi Zoom Meeting, YouTube, Blog atau website, serta WA Grup. Dengan berbagai pertimbangan disepakatilah menggunakan salah satu dari media di atas yang paling mudah diakses yaitu WA Grup. Aplikasi Whatsapp memang banyak yang menggunakan untuk komunikasi sehari-hari baik oleh guru maupun wali murid. Dibuatlah WA Grup dengan memasukkan nomor telepon yang dapat diakses oleh semua peserta didik sebagai sasaran. WA Grup digunakan sebagai ganti ruang kelas pada pembelajaran tatap muka. Di dalamnya guru dapat menyampaikan materi , memeriksa kehadiran peserta didik, serta bertanya dan mengevaluasi kinerja, baik kinerja peserta didik maupun pembelajaran itu sendiri. Peserta didik juga bisa menyimak pemaparan materi dari guru, bertanya langsung kepada guru, serta mengirimkan jawaban tugas untuk dievaluasi guru kelas. Begitu pula dengan umpan balik atas jawaban dari setiap tugas yang diberikan.

Sebagaimana pada pembelajaran tatap muka, sebelum dilakukan pemaparan materi,  terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan terhadap kehadiran peserta didik. Sebagai insan beragama tentunya sebelum melakukan pekerjaan yang baik dilakukan pembacaan doa. Setidaknya seperti itu situasi kelas pada umumnya yang diterapkan pula pada kelas On Line. Apersepsi dilakukan dengan melayangkan beberapa pertanyaan ringan kepada peserta didik, agar peserta didik dapat menjawabnya dengan cepat serta dapat digunakan sebagai pemanasan sebelum kegiatan inti dimulai. Agar kelas tidak membosankan dan peserta didik tetap memperhatikan, pemaparan materi tidak terlalu lama, namun diselingi dengan pertanyaan - pertanyaan mudah untuk menarik minat dan perhatian peserta didik. Jika ada peserta didik yang perlu bertanya , maka disediakan waktu untuk bertanya dan konsultasi baik terkait pembelajaran maupun mengenai jadwal pengerjaan tugas serta teknik evaluasi. Evaluasi dilakukan pada setiap akhir pembelajaran. Salah satu cara untuk meningkatkan keaktifan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran On Line adalah dengan mengirimkan Laporan kegiatan Pembelajaran On Line secara sederhana yang dikirimkan langsung ke nomor guru. Tujuannya agar jawaban peserta didik yang beragam tidak menjadikan suasana kacau dalam kelas On Line.  

Demikianlah cerita pembelajaran On Line melalui WA Grup yang saya sharingkan kali ini.

Salam literasi,