Program Menulis Buku Antologi Puisi Anak


Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka melaksanakan program gerakan literasi sekolah adalah menulis puisi. Puisi-puisi yang ditulis siswa ini dapat dikumpulkan dan dijadikan buku antologi puisi anak. Dengan terwujudnya buku antologi puisi tentunya menjadikan rasa bangga dan puas atas usaha yang ia lakukan.


Kegiatan dilakukan dengan menggali inspirasi, memilih kata-kata (diksi), menuangkannya dalam bait-bait puisi.  Puisi-puisi yang sudah jadi dikumpulkan, diperiksa untuk selanjutnya dibuat menjadi buku. Untuk menulis sebuah puisi  tidak harus menggunakan waktu yang terlalu lama atau terlalu singkat. Cukup satu Minggu untuk menghasilkan satu karya bentuk puisi. 


Menulis puisi adalah menuangkan gagasan berupa karya seni dalam bentuk tulisan. Untuk menemukan ide dan menuangkannya bagi pemula mungkin akan terasa berat diawal. Hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi dan mengantisipasi hal ini adalah dengan berpindah tempat atau mengunjungi tempat yang dimungkinkan akan munculnya inspirasi di kepala. Salah satu tempat dirasa nyaman dan memungkinkan mendapat banyak inspirasi menulis adalah di tepi sungai, di puncak gunung, atau di tanah lapang dengan hembusan angin segar. Masingmasing masing pembaca mungkin memiliki pengalaman berbeda dalam mendapatkan inspirasi menulis. Yang disebutkan di atas hanyalah sebagai salah  satu contoh saja. Selanjutnya pembaca dapat melakukan eksplorasi secara mandiri dalam hal menggali inspirasi menulis puisi.


Anak-anak dengan didampingi guru berjalan menuju tepi sungai dengan membawa alat tulis berupa pulpen dan kertas. Sebelumnya di kelas guru menyampaikan penjelasan kepada anak-anak mengenai apa yang harus dilakukan, kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi serta cara mengatasi kemungkinan tersebut. Salah satu kemungkinan yang dipertimbangkan adalah turunnya hujan sebelum anak-anak tiba di sekolah. 

https://youtu.be/QXVNHu4hxjY


Pemaparan Aksi Nyata Budaya Positif



Budaya positif di sekolah merupakan salah satu materi penting pada program pendidikan calon guru penggerak. Materi ini tertuang dalam modul ajar 1.4. Calon guru penggerak hendaknya senantiasa berusaha membangun budaya positif di sekolah tempat ia mengajar. Membangun  budaya positif dengan membangkitkan motivasi intrinsik. Mengapa motivasi intrinsik? Karena motivasi intrinsik bertahan lama. Tidak terpengaruh oleh hukuman maupun hadiah.


Motivasi intrinsik merupakan modal untuk menumbuhkan disiplin yang sesungguhnya. Agar disiplin positif dapat terbentuk tentunya ada cara yang harus dilakukan. Cara yang bisa dipilih untuk ini salah satunya adalah dengan berpedoman pada teori kontrol serta menerapkan langkah-langkah restitusi dalam berhubungan dan berinteraksi dengan murid. Untuk keberhasilan ini semua tentunya tidak bisa lepas dari faktor keteladanan dari seorang guru. Keteladan guru baik perkataan, perilaku, maupun pemikiran dan cara pandang terhadap sesuatu persoalan berpengaruh kuat  pada murid yang ia ajar.


Tergerak, Tergerak, dan Menggerakkan. Calon guru penggerak disamping berusaha mengamalkan apa-apa yang dipelajari sama proses pendidikan, diharapkan bisa memberi dampak yang baik kepada teman - teman guru yang ada di sekitarnya. Tak heran jika setelah melakukan aksi nyata menerapkan konsep budaya positif disekolah, mendapat tugas melakukan pengimbasan kepada teman-teman guru di sekolah maupun di lingkungannya. 


Pengimbasan penerapan budaya positif bisa dilakukan disekolah tempat ia mengajar,  kepada rekan-rekan guru di KKG (Kelompok Kerja Guru), maupun di lingkungan komunitas pendidik lainnya. Namun ada syarat terpenuhinya peserta terimbas pada jumlah tertentu serta durasi tertentu pula.


Pengimbasan di sekolah relatif lebih mudah dalam hal kordinasi dengan rekan sejawat. Jaraknya pendek karena hanya satu sekolah. Namun bagi guru yang mengajar di sekolah dengan guru tidak mencapai batas minimal jumlah peserta terimbas, perlu berpikir lagi bagaimana cara menambah rekan guru terimbas. 


Bukan hanya kepada teman sejawat saja, pengimbasan juga bisa dilakukan dengan rekan guru di KKG. Untuk melakukan pengimbasan atau diseminasi di KKG cenderung lebih kompleks. Ada beberapa tahap yang perlu dilakukan. Kita perlu mengetahui jadwal pertemuan KKG. Jika dalam waktu dekat belum ada pertemuan, maka perlu  mengusahakan agar dilaksanakan pertemuan dalam waktu dekat dengan teman-teman guru dalam satu kelompok.


Agar pelaksanaan pengimbasan yang melibatkan guru -guru di KKG secara otomatis berkoordinasi dengan pihak-pihak tertentu. Misal kepala sekolah,  pengurus KKG, maupun pengawas sekolah.


CGP Harus Bisa Membagi Waktu

Calon guru penggerak adalah guru biasa. Sama dengan guru pada umumnya. Memiliki tugas tanggung jawab terkait dengan pekerjaannya. Sebagai guru berkewajiban mendidik, mengajar, membimbing murid dengan sepenuh hati. Ya, sepenuh hati. Pelibatan hati dalam aktifitas kesehariannya sangat penting. Bukan sekedar melaksanakan rutinitas sehari-hari. Untuk itu setiap selesai beraktivitas perlu melakukan muhasabah atau evaluasi. Meskipun tidak ditulis.


Evaluasi bukan bukan hanya terhadap apa yang sudah diperoleh atau dilakukan murid. Namun lebih penting lagi muhasabah atas apa yang sudah dilakukan. Hal-hal yang sudah baik tentunya perlu dipertahankan atau ditingkatkan. Sedangkan yang kurang baik semestinya diperbaiki.


Salah satu hal perlu dievaluasi atas diri pribadi adalah bagaimana cara memandang murid. Seperti apa murid digambarkan. Bagaimana filosofi pendidikan yang menjadi pedoman dalam  melakukan tugas. Apa ketrampilan atau kompetensi yang sudah dikuasai. Pertanyaan-pertanyaan seperti ini dapat menjadi pemantik untuk melakukan muhasabah atau evaluasi diri.

Setelah memahami diri, memahami  murid serta situasi selanjutnya solusi. Salah satu solusi yang ditawarkan kepada para guru guna merubah "mindset" atau cara pandang, serta meningkatkan kompetensi  diri adalah degan mengikuti pendidikan dan pelatihan. Berbagai pendidikan dan pelatihan dapat dipilih baik yang diselenggarakan pemerintah maupun badan diklat non pemerintah. Guru yang ingin meningkatkan kapasitas dirinya tentu memandang ini sebagai suatu anugerah yang patut disyukuri dengan mendaftar dan mengikuti serangkaian kegiatan pada jenis diklat yang dipilih.


Ada satu hal yang perlu diperhatikan ketika seseorang memutuskan untuk memilih salah satu jenis diklat, yaitu membagi waktu. Membagi waktu antara melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagai guru serta belajar baik teori maupun praktik pada jenis diklat yang dipilih. Menariknya pada pelatihan calon guru penggerak, proses belajar dan tugas dilaksanakan di luar jam belajar efektif murid. Kegiatan belajar dikakukan secara mandiri melalui LMS (Learning Management System) pada siang sore maupun malam hari. Begitu pula dengan kegiatan diskusi "Video Converence" juga dilaksanakan siang tau malam hari.


BERGERAK


Slogan "Guru Bergerak Indonesia Maju" semakin akrab di telinga. Dalam program pendidikan calon guru penggerak slogan itu  memang sering diucapkan. Baik oleh Calon Guru Penggerak, Pengajar Praktik maupun Fasilitator. Ada juga slogan "Tergerak, Bergerak, Menggerakkan". Seorang calon guru penggerak setelah mendengar informasi tentang adanya program pendidikan/pelatihan untuk guru menjadi tergerak hatinya dan menyambut seruan itu. Begitu pula ketika mendengar pemaparan materi baik oleh Fasilitaor maupun Pengajar Praktik, menjadi tergerak hatinya. 
Gerakan hati kemudian diikuti anggota badan sehingga menjadikan dirinya bergerak. Bergerak untuk berusaha menerapkan apa-apa yang ia dapatkan dari pendidikan. Bergerak karena ingin mengajar sesuai filosofi pendidikan yang ia pelajari. Sekaligus bergerak untuk mencari pengetahuan baru yang ia butuhkan guna menunjang kinerjanya sebagai guru. Setelah merasaan adanya perubahan dalam dirinya, dengan adanya semangat baru yang merupakan dampak dari pendidikan yang diselami menganggap perlu melakukan pengimbasan kepada murid. Menularkan semangat yang yang baik kepada murid, agar murid menjadi gemar belajar dan mau berusaha untuk masa depannya. Dibuatlah program di kelas yang sebelumnya tidak ada atau sebelumnya sudah ada namun perlu perubahan atau penyempurnaan. Program kelas dilakukan untuk menggerakkan murid dalam hal-hal positif serta murid mengalami "Learning by Doing". 

'Bergerak' merupakan salah satu dari tanda kehidupan. Semua benda yang hidup bergerak. Baik manusia, hewan dan tumbuhan, semua bergerak.  Kita kadang mendengar  bahwa  air yang yang mengalir lebih baik atau lebih bersih dari air yang menggenang. Air yang menggenang walaupun awalnya bersih namun lambat laun akan menjadi kotor dan berbau. Sementara air yang mengalir akan terus bersih. Tak heran jika pemerintah mencanangkan program guru penggerak. Harapannya tentu agar guru selalu eksis menghadapi berbagai perubahan serta menjadi bagian dari perubahan ke arah yang lebih baik.

Sebagai guru yang sedang mengikuti program pendidikan calon guru penggerak tentunya akan berusaha untuk terus  bergerak. Begitulah, sebagai bentuk kesungguhan dalam menerapkan pengetahuan yang didapat. Ketika menerima informasi mengenai adanya pendaftaran kegiatan  menulis 28 hari di bulan Pebruari tidak tinggal diam dan menyambut dengan ceria. Meskipun belum mengetahui apakah dapat menyelesaikan sesuai jadwal yang ditentukan. Setidaknya usaha pada tahap awal sudah dilakukan. Ini adalah satu momen untuk bergerak dan menghasilkan karya berupa tulisan. Semoga dapat menyelesaikan sesuai ketentuan dengan baik. Tak bijak rasanya jikn menemukan sesuatu yang baik hanya dinikmati sendiri. Mungkin ada juga teman yang menginginkannya namun belum mendapatkan informasi. Sebagai bentuk kepedulian kepada teman seperjuangan sekaligus mempraktikkan menggerakkan, tanpa berpikir panjang segera menyebarkan informasi baik secara pribadi maupun grup di medsos. Bukan apa-apa yang menjadi motivasi, namun bahagia kaena sudah berbuat. Semoga bermanfaat. 

Kegiatan di Blogspot dan Google Sites


Pertemuan perdana 26 Desember 2022 diharapkan menjadi titik tolak lahirnya pertemuan-pertemuan berikutnya yang syarat manfaat. Bukan hanya dilakukan oleh kelompok kecil kami namun juga menginspirasi kelompok - kelompok lain yang lebih luas. Dengan mengabadikannya melalui blog dan membagikannya diharapkan membawa dampak ke lingkungan guru-guru baik yang mengikuti pelatihan CGP maupun tidak.

Terselenggaranya diskusi secara langsung (tatap muka) sejatinya merupakan muara atas diskusi panjang berjam-jam, berhari -hari yang dilakukan melalui WhatsApp Grup. Dengan berbagai kesibukan yang dialami semua pihak dalam berbagai aktifitas, menentukan waktu bukan hal yang mudah. 

Aktifitas membuat blog pribadi dan memulai menulis postingan blog dilakukan secara bersamaan. Boleh dikatakan memiliki titik pangkal yang sama dalam mengukir sejarah menulis blog yang dikelola secara mandiri. Kalau menulis di media sosial memang sudah biasa dan memiliki latar belakang dan sejarahnya masing-masing. Sejalan dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi disekitar. 

Selesai membuat postingan perdana di blog pribadi dilanjutkan proses belajar membuat situs internet menggunakan aplikasi Google Sites. Situs pribadi di Google Sites pada dasarnya hampir sama dengan blog di blogspot. Keduanya sama-sama berguna untuk mempublikasikan artikel tentang  tentang topik tertentu. Namun ada juga perbedaannya. 

Situs pribadi yang dibuat dengan Google Sites merupakan salah satu yang direkomendasikan sebagai portofolio digital.

Google Sites bisa dijadikan sebagai website kelas, LMS sederhana (dipadukan dengan platform Google lainnya), serta portofolio digital. O ya, bagi yang suka mengelola Mading juga bisa menggunakan Google Site sebagai majalah dinding digital.

Berkaitan dengan pemanfaatan blog di blogspot, aktifitas yang sudah dilakukan adalah membuat alamat situs serta menulis dan memublikasikan postingan. Sedangkan pemanfaatan Google Site sudah membuat situs, menambahkan halaman serta memasang tautan ke postingan vidio di kanal YouTube. 

Sekian dulu ya sobat blogger, postingan saya kali ini sebagai tambahan dari postingan sebelumnya untuk memberi gambaran tentang pertemuan kelompok pada 26 Desember 2022. Semoga bermanfaat, khilaf dan salah penulisan mohon dimaafkan ya...

Pertemuan Perdana Kelompok Atas Awan CGP Angkatan 7




Hari ini hari yang istimewa dalam perjalanan meniti pendidikan calon guru penggerak angkatan 7. Tentunya istimewa bagi kami. Apa sih istimewanya? Salah satu tujuan mengikuti  pendidikan calon guru penggerak angkatan 7 adalah sebisa mungkin belajar menjadi guru yang disukai murid sesama rekan guru, dan tentunya oleh atasan to.  Syukur kalau menjadi sosok yang diidolakan.  Setidaknya diidolakan anggota keluarga. Hehehe

Terus apa hubungannya dengan istimewanya hari ini, Mas blogger?

Salah satu ketrampilan yang diusahakan dalam pelatihan  adalah merencanakan program , melaksanakannya serta yang tak kalah pentingnya adalah membagikan / sharing praktik baik yang dilakukan. Baik praktik baik yang dilakukan di sekolah maupun di luar lingkungan sekolah. 

Bukan hanya mampu merencanakan program , namun kemampuan berkolaborasi juga merupakan prasyarat kemajuan di segala bidang. Sekarang eranya kolaborasi. Bukan "one man show" lagi. 

Nah berkaitan dengan kolaborasi inilah yang menjadikan hari ini istimewa. Pasalnya kami teman satu kelompok belajar yang diampu oleh satu Pengajar Praktik mengadakan pertemuan pertama yang diinisiasi oleh teman-teman. Kebetulan kami berasal dari sekolah yang berada di wilayah kabupaten Banjarnegara bagian utara yang notabenenya merupakan daerah pegunungan.

Kegiatan yang dilakukan pada  pertemuan kali ini adalah melakukan diskusi membahas rencana program ke depan. Salah satu program yang menjadi kesepakatan adalah membuat karya bersama. Tidak hanya membuat program, kami juga belajar bersama membuat blog di blogger sekaligus latihan menulis di post.

Praktik Membuat dan Menjual Olahan Makanan

Kegiatan praktik yang dilakukan anak-anak kelas 6 SD Negeri 2 Beji yang sudah saya sampaikan sebelumnya merupakan kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh dua kelompok kecil. Masih ada satu kelompok lagi dengan jumlah anggota lebih besar yaitu sebanyak 6 melakukan aktifitas yang berbeda. 

Pada diskusi sebelumnya dalam membuat kesepakatan mengenai apa dan bagaimana serta dimana kegiatan akan dilaksanakan, dilakukan identifikasi keadaan. Dari 12 anak, ketika diajukan pertanyaan mengenai motivasi apa yang mendasari usulan anak-anak ingin melakukan praktik penjualan. 6 anak menjawab dengan nada yang hampir sama yaitu mereka ingin memiliki pengalaman dan merasakan langsung aktifitas menjual barang/produk seperti yang dilakukan oleh para pedagang. 

Tidak sampai disitu, proses mengupas bawang dilanjutkan. Setelah pertanyaan pertama mendapatkan jawaban, diajukan pertanyaan kedua yang lebih dalam dan mensyaratkan kejujuran. Karena jika salah dalam memberikan informasi kemudian dijadikan dasar membuat keputusan, mungkin keputusan yang diambil mengakibatkan kerugian baik secara materiil maupun bukan materiil.

Pertanyaan yang diajukan adalah, "Kenapa kamu ingin melaksanakan praktik praktik menjual". "Apa yang membuat kamu yakin bahwa kamu memenuhi syarat untuk melakukan itu?". "Kemampuan apa yang menurutmu merupakan modal untuk melakukan aktifitas yang lebih komplek." Beberapa pertanyaan diajukan sekaligus secara memberondong, tujuannya untuk mendapatkan gambaran mental yang dimiliki anak-anak, ketika nanti berhadapan dengan calon pembeli. Bukan jawaban banyak, namun jawaban yang syarat dengan makna untuk dijadikan dasar mengambil keputusan. 

Setiap anak menjawab dengan satu kalimat pernyataan. Seseorang menjawab dengan nada tenang, "Karena saya bisa membuat produk makan". Mendengar pernyataan yang cukup menarik untuk ukuran anak kelas 6, tanpa menunda waktu pertanyaan berikutnya dilancarkan.  "Produk apa yang pernah dan kamu bisa membuatnya?" Masih anak yang sama, ia menjawab dengan tenang namun cukup tegas, "Saya bisa membuat roti, pisang cokelat, kentang goreng". 

Selesai satu anak memberi gambaran apa yang bisa ia lakukan, satu anak yang lain menyahut dengan pernyataan, "Saya bisa membuat roti". Diikuti anak di sebelahnya bertutur dengan nada yang hampir sama. Tak lama berselang kelas menjadi diam. Kudekati satu anak yang masih diam. Belum bertutur, hanya tersenyum. Kulempar pertanyaan ke arahnya, "Apakah kamu pernah membuat roti?" Ia pun menjawab, "Kalau  membuat roti belum pernah, tapi saya sering membantu memasak". Hal senada dilontarkan anak-anak putra dari kelompok tersebut. 



Kolaborasi

Untuk melakukan praktik memasak tidaklah semua harus pandai memasak. Salam sebuah tim yang dibutuhkan kolaborasi. Dengan kolaborasi pekerjaan yang sulit menjadi mudah, yang tidak mungkin menjadi mungkin.

Dengan adanya peserta yang bisa membuat produk berupa makanan sekaligus tersedianya peserta yang sanggup membantu dalam menghasilkan produk menjadi alasan untuk membuat kesepakatan bersama diadakannya kegiatan praktik membuat produk makanan. Adanya produk berarti ada barang yang dapat dijual.

Diskusi dilanjutkan. Kini lebih rinci lagi. Bagaimana cara kerjanya? Dari mana bahan baku didapat? Dimana proses produksi akan dilakukan? Selanjutnya kapan dan dimana produk akan dijajakan/dijual. Mengenai proses diskusi tidak saya sampaikan secara luas agar tulisan tidak terlalu panjang.

Alhasil dalam diskusi disepakati bahwa penjualan produk akan dilaksanakan Sabtu, 10 Desember 2022. Produk dibuat satu hari sebelumnya di rumah yang dekat dengan sekolah. Proses pembuatan produk dilakukan siang hari dan direkam dengan kamera telepon seluler. Laporan disusun setelah selesai proses penjualan dalam bentuk slide menggunakan aplikasi Canva.

Laporan praktik menggunakan Canva merupakan yang pertama setelah anak-anak dikenalkan dengan aplikasi tersebut beberapa hari sebelumnya.

Mandiri dan bertanggung jawab

Kegiatan praktik membuat dan menjual produk olahan makana mensyaratkan aktif dalam menyiapkan peralatan dan bahan baku. Dengan sendirinya melatih anak-anak  mandiri dan bertanggung jawab. 

Begitu pula dalam proses menjual. Hal ihwal berhubungan kegiatan tersebut disiapkan secara mandiri dan kolaborasi oleh peserta dengan mempertimbangkan kemudahan dan kesederhanaan. Guru hanya memantau dan mengawasi aktifitas peserta dan mengkondisikan calon pembeli agar tidak berebut mendapat pelayanan.

Hasilnya bagaimana, apakah menguntungkan?

Diluar dugaan, sekaligus menggembirakan karena dari pantauan diperoleh informasi pada laporan berdasarkan analisis usaha bahwa kegiatan memproduksi dan menjual olahan makanan menghasilkan keuntungan. Meski tidak banyak namun menggerakkan, karena menunjukkan anak cakap dalam melakukan aktifitas wirausaha. Yang penting kompetensi, bukan berapa hasil.

Kiranya sampai disini dulu cerita praktik menjual di sekolah, semoga menginspirasi teman-teman. Saya yakin teman-teman dapat melakukan yang lebih baik lagi, atau bahkan sudah ada yang melakukan. Kritik dan saran silakan ditulis pada kolom komentar.