Loka 2 Budaya Positif
Mulai Dari Diri
Diskusi
Aksi Nyata Budaya Positif
Aksi Nyata merupakan salah satu istilah yang digunakan dalam menerapkan materi yang dipelajari dari modul ajar melalui Learning Management System (LMS) pada pendidikan calon guru penggerak. Setelah mempelajari materi pada modul peserta melaksanakan aksi menerapkannya di lingkungan tempat bekerja. Aksi Nyata direkam dan diunggah ke LMS untuk diperiksa oleh Fasilitator.
Modul 1.4 membahas materi Budaya Positif di sekolah. Peserta CGP diharapkan setelah mempelajari materi budaya positif dapat mengimplementasikannya di sekolah. Beberapa materi disajikan dalam modul ini. Diantaranya perubahan paradigma pendidikan, teori kontrol, kebutuhan dasar manusia, motivasi perilaku, keyakinan kelas, serta segitiga restitusi.
Disini peserta belajar tentang perubahan paradigma belajar berdasarkan teori kontrol, motivasi belajar yang perlu dibangun/ditumbuhkan dalam diri murid, memahami kebutuhan dasar setiap murid, serta langkah menerapkan konsep segitiga restitusi di sekolah. Setiap perilaku memiliki tujuan, guru hendaknya memahami tujuan murid dalam melakukan sesuatu. Dengan memahami tujuan, guru dapat mengarahkan murid untuk memilih langkah terbaiknya dalam mewujudkan cita-cita atau keinginan. Murid diajak menganalisis tindakan yang sudah dilakukanya, kemudian menentukan langkah terbaik bagi dirinya dalam mencapai tujuan belajarnya. Demikianlah kira-kira apa yang dipelajari terkait konsep restitusi.
Setiap murid ada dalam kondisi yang berbeda dengan murid yang lain. Dengan bimbingan guru dalam menerapkan segitiga restitusi, murid memilih dan menentukan tindakan yang akan ia lakukan setelah menganalisis tindakan sebelumnya. Tindakan yang akan dilakukan adalah yang sesuai dengan kondisi murid dan paling mudah dilakukan. Dengan melakukan cara yang paling mudah niscaya murid akan merasa senang dan tidak merasa terbebani dalam mencapai tujuan.
Setelah melaksanakan aksi menerapkan segitiga restitusi dengan murid, CGP melakukan pemaparan kepada rekan-rekan guru yang ada di sekitarnya. Target guru yang menjadi sasaran pemaparan/pengimbasan minimal sepuluh orang dengan durasi pemaparan minimal enam puluh menit. Pada pemaparan terhadap rekan-rekan guru, CGP menyampaikan garis besar materi yang ada dalam modul Budaya Positif yang meliputi, perubahan paradigma belajar, kebutuhan dasar manusia, motivasi perilaku manusia, teori kontrol serta segitiga restitusi. Disamping memaparkan materi budaya positif, CGP juga membagikan aksi nyata yang sudah dilakukan di sekolah kepada peserta pengimbasan. Kegiatan ini memberikan gambaran yang lebih kongkrit mengenai implementasi materi yang didapat telah dalam pengimbasan.
Seperti kegiatan yang dilakukan di sekolah terhadap murid, kegiatan pemaparan kepada rekan guru juga direkam dan diunggah ke LMS.
Keberpihakan kepada siapa
Guru adalah orang tua, orang tua adalah guru. Keduanya sama-sama penting bagi kehidupan seorang anak. Baik kini maupun masa yang akan datang. Mengapa menjadi penting? Semua tentu sudah tahu bahwa baik guru maupun orang tua berpikir dan berusaha untuk kebaikan anak. Baik anak kandung maupun anak murid.
Guru merupakan orang tua bagi murid ketika berada di sekolah, sedangkan orang tua adalah guru bagi anak-anak ketika ia berada di rumah. Bahkan orang tua telah menjadi guru yang pertama bagi anaknya sejak ia masih kecil atau ketika baru lahir. Orang tua yang mengajarkan anak-anak berbicara, bergerak serta berpikir. Cara orang tua berbicara dengan orang lain maupun berbicara dengan diri sendiri berpengaruh terhadap gaya bicara anak-anak sebelum ia belajar dengan guru yang lain. Begitu pula dengan cara orang tua bersikap dan berperilaku, serta sopan santun dalam bergaul membawa dampak yang mendalam pada perangai anak.
Guru di sekolah memainkan peran sebagai orang tua. Sebagai orang tua tentunya apapun yang yang ia lakukan memiliki tujuan semata-mata hanya untuk kebaikan anak-anak. Harapannya anak -anak menjadi pribadi yang unggul dan terpuji. Bukan hanya pandai, namun lebih jauh dari itu menjadi pribadi yang mandiri terampil, berpegang kepada kebenaran, serta berguna dan bermanfaat bagi orang lain.
Keberpihakan kepada murid seperti di atas sebenarnya sudah menjadi sifat dasar seorang guru. Mana ada guru yang tidak menginginkan muridnya berhasil, serta menjadi orang yang berguna bagi orang-orang di sekitarnya. Namun tidak semua guru dapat mewujudkan keberpihakan kepada murid dengan langkah -langkah yang tepat sesuai kondisi murid. Karena tidak didukung dengan teori-teori dan contoh yang dapat diduplikasi.
Di dalam program pendidikan calon guru penggerak, keberpihakan kepada murid merupakan materi penting yang wajib dipelajari. Baik belajar secara mandiri melalui LMS maupun belajar dari pengalaman orang lain melalui diskusi dan pemaparan. Materi yang disajikan disertai teori dan contoh -contoh yang saat ditiru.
Pendampingan Individu
Pendampingan Individu di2jadwalkan dilakukan sebanyak 7 kali oleh Pengajar Praktik kepada Calon Guru Penggerak selama masa pendidikan. Pendampingan Individu merupakan layanan kepada CGP agar CGP dapat melaksanakan tugas belajarnya dengan baik sesuai harapan. Diantara bentuk layanan yang diterima CGP dalam proses pendampingan antara lain berupa konsultasi dan bimbingan terkait pelaksanaan tugas belajarnya dalam mengimplementasikan materi ajar di lingkungan tempat ia bekerja.
Pendampingan Individu dilakukan secara bergilir diantara CGP karena satu orang PP bertugas mendampingi lima orang CGP. Oleh karena itu jadwal pendampingan dibuat dengan kesepakatan antara PP dengan CGP agar proses pendampingan berjalan lancar.
Pada waktu yang disepakati PP hadir ke sekolah tempat CGP bekerja. PP memeriksa kesiapan CGP dengan mengajukan pertanyaan maupun melihat langsung kesiapan CGP di lokasi. Menanyakan kendala yang dialami maupun hal baik apa yang diperoleh selama mengikuti proses pendidikan. Selanjutnya PP memberikan saran dan solusi serta bimbingan demi lancarnya kegiatan. Disamping itu memeriksa sejauh mana CGP mewujudkan rencana yang ia buat di masa kegiatan lokakarya. Sebelumnya dalam kegiatan lokakarya CGP memetakan situasi yang ada dilingkungannya serta membuat rencana berdasarkan pemetaan tersebut.
Mungkin kedengarannya agak ribet bagi sebagian orang. Namun bagi yang menyukai tantangan, ini merupakan momen berharga untuk belajar dan berlatih agar kampuannya dapat terasah. Serta belajar hal-hal baru yang bermanfaat dalam melaksanakan pekerjaan maupun di luar jam kerja.
Pendidikan Calon Guru Penggerak didesain untuk tidak meninggalkan tempat kerja saat belajar dan tetap menunaikan tanggungjawab mendidik dan mengajar murid-murid. Hak-hak murid terutama kesempatan dalam belajar. Kegiatan belajar CGP dilakukan di luar jam belajar efektif. Pagi tetap mengajar, siang belajar. Bagi CGP kegiatan pendampingan juga berfungsi sebagai momentum untuk introspeksi diri atas apa-apa yang sudah direncanakan ataupun yang sudah dilakukan.
Editing Vidio
Salah satu hikmah mengikuti pendidikan calon guru penggerak adalah menjadi pribadi yang mau terus belajar. Baik secara langsung maupun tidak langsung. Belajar secara langsung materi yang diberikan selama proses pendidikan CGP berlangsung. Maupun belajar secara mandiri dalam menentukan sendiri materi yang dipelajari sekaligus cara belajarnya. Cara yang kedua ini dikarenakan tugas yang diterima dan harus disetorkan sesuai tenggat waktu yang ditetapkan memerlukan keterampilan tertentu untuk mewujudkannya. Tidak semua keterampilan yang diperlukan itu ada materinya dan diajarkan dalam program pelatihan calon guru penggerak. Peserta dengan inisiatif sendiri berusaha menemukan solusi untuk tugas yang ditanggung. Sebagian ketrampilan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas yang dibebankan dipelajari sendiri guna meningkatkan kapasitas diri sebagai insan pembelajar.
Sebagian materi terkait ketrampilan yang diperlukan memang diberikan dalam program pendidikan calon guru penggerak. Seperti ketrampilan membuat portofolio digital menggunakan Google Sites, cara belajar melalui LMS, maupun teori - teori serta paradigma yang berkembang dalam dunia pendidikan.atas yang dianggap
Dalam banyak aktivitas terkait pendidikan calon guru penggerak diperlukan dokumentasi baik berupa tulisan, audio, maupun vidio. Untuk menyajikan dokumentasi kegiatan bentuk Vidio memerlukan beberapa ketrampilan yang dipadukan sekaligus untuk menghasilkan produk. Katrampilan-ketrampilan tersebut ww; membuat rencana/desain, merekam/mengambil gambar, mengedit, bahkan presentasi.
Diantara beberapa aktivitas yang disebutkan di atas yang dianggap memakan banyak tenaga dan cukup melelahkan adalah aktivitas mengedit vidio. Aktvitas ini bagi sebagian mungkin tidak masalah di mudah saja. Namun bagi sebagian yang lain menguras.banyak tenaga dan pikiran. Lebih-lebih jika Vidio yang mau diedit memiliki durasi pemutaran yang cukup panjang. Ditambah lagi dengan prosesnya yang hanya mengandalkan telepon selular dengan kemampuan dan kapasitas ruang penyimpanan yang terbatas.
Mengedit video dengan durasi satu jam biasanya memerlukan waktu lebih dari satu jam, dua jam, atau bahkan lebih lama dari itu. Selain memperhatikan waktu untuk proses ini, hal yang tak kalah pentingnya adalah memahami jenis aplikasi yang digunakan serta karakteristik dari aplikasi tersebut.
Melibatkan diri ikut serta dalam program pendidikan CGP mau tidak mau belajar/berlatih cara mengedit vidio. Baik secara mandiri (otodidak) maupun dengan bimbingan dari mentor. Adanya momentun sangat berharga bagi yang sebelumnya telah memilik "ghirah' atau semangat untuk belajar. Momentum dinanti bahkan dicari. Sebab tidak mudah untuk menentukan pilihan tentang materi apa yang akan dipelajari dalam menerapkan/mewujudkan konsep belajar sepanjang hayat.
Digitalisasi
Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari sejauh mana literasi bangsa tersebut. Kini kita mengenal berbagai literasi yang berkembang di masyarakat. Bukan hanya masyarakat suatu negara tetapi masyarakat dunia.
Diera industri 4.0 kemampuan menggunakan teknologi digital akan sangat berpengaruh pada kehidupan seseorang. Betapa tidak semua lini kehidupan mendapat manfaat dari kemajuan teknologi yang semakin pesat. Dengan teknologi menjadikan pekerjaan yang dulunya dirasa tidak mungkin , kini menjadi mungkin. Yang tadinya sulit menjadi mudah. Yang jauh terasa dekat.
Sebut saja bidang ekonomi. Kini pelaku ekonomi harus menguasai teknologi digital, serta mengaplikasikannya pada bidang usaha yang ditekuni. Proses digitalisasi tentunya membawa dampak yang sangat besar dalam usaha. Sebaliknya, pelaku usaha yang tidak menggunakan teknologi, lambat lain akan tergerus oleh perkembangan zaman. Zaman teru berubah, manusia harus terus berubah dan dinamis sejalan dengan perkembangan zaman.
Tidak ketinggalan, bidang pendidikan ikut tersentuh proses digitalisasi teknologi. Penyajian data dalam bidang pendidikan kini banyak dilakukan melalui media digital. Begitu pula dengan materi ajar atau materi pelajaran serta berbagai referensi dapat diakses melalui perangkat selular yang terkoneksi dengan internet. Dengan perangkat sederhana (untuk era sekarang) yang biasa digunakan oleh masyarakat, berbagai aktifitas dapat dilakukan dengan mudah. Kini banyak kegiatan belajar dilakukan menggunakan LMS (Learning Management System). Setengahnya menggunakan LMS secara langsung, setengahnya menggunakan LMS yang dikombinasi dengan kegiatan luring.
Penggunaan media digital untuk mengirim tugas belajar bukan lagi dilakukan kalangan mahasiswa semata, namun siswa SMP bahkan siswa kelas tinggi sudah mulai mengenal cara ini. Sebut 6 penggunaan Google Formulir untuk mengerjakan tugas secara online menggunakan perangkat telepon selular dan internet. Atau penggunaan media Canva untuk membuat desain grafis oleh siswa kelas 6 SD. Kenapa tidak, kini penggunaan telepon selular sudah dimulai sebelum siswa didik di kelas 6, bahkan sejak anak masih di kelas rendah. Sebagian memang sudah disediakan oleh orang sebagai alat bermain, sebagian meminjam perangkat selular milik orang tua atau teman.
Di saat penggunaan telepon selular begitu masif dikalangan masyarakat dan juga anak-anak, pengenalan literasi digital dipandang penting agar siswa dapat menggunakan alat teknologi dengan lebih bijak dan bermanfaat.
Tantangan
Zaman terus berubah. Teknologi terus berkembang. Manusia harus bisa mengimbangi perkembangan zaman. Jika tidak ia akan tertinggal. Perkembangan zaman yang amat cepat tentunya membawa tantangan tersendiri bagi bangsa dan umat manusia.
Dalam berbagai bidang pekerjaan, tantangan itu selalu ada. Tidak terkecuali dalam bidang pendidikan. Guru harus akrab dengan perkembangan zaman, serta mau menggunakannya dalam menunjang pekerjaan yang ia tekuni.
Selayaknya guru terus belajar dan belajar agar tidak ketinggalan. Siswa hari ini merupakan generasi yang berbeda dengan generasi anak-anak masa lalu. Kini anak-anak lebih cakap dan lebih akrab dalam berteman dan menggunakan teknologi. Informasi yang tidak ia dapatkan di sekolah bisa ia peroleh di luar sekolah.
Perkembangan teknologi tidak selalu berdampak baik. Ada juga hal-hal negatif yang harus diwaspadai. Jika dampak buruk terjadi akibat penggunaan teknologi, maka untuk mengurangi dampak tersebut tentunya dengan mengenali dan memahami bagaimana teknologi bekerja. Untuk itu guru mempunyai suatu tantangan untuk mengawal dan memantau kondisi tersebut.
Salah satu dampak teknologi yang lain adalah adanya kesenjangan kompetensi siswa dikarenakan perbedaan kesempatan dalam mengaksesnya. Sebagian memiliki kemampuan dapat belajar dengan cepat, namun sebagian yang lain justru melambat. Adanya perbedaan ini tentunya memerlukan penanganan yang berbeda pula. Ini yang disebut dengan pembelajaran diferensiasi. Kemampuan dalam memberikan layanan belajar dengan memperhatikan prinsip berdifensiasi tentunya memerlukan pengalaman disamping guru harus siap untuk belajar.
Kesiapan guru untuk mau belajar dari berbagai hal dan berbagai cara merupakan hal positif yang bisa mempengaruhi siswa. Guru yang demikian tentunya dapat menjadi teladan bagi muridnya dalam hal belajar dan mengelola semangat belajar. Kesiapan guru untuk terus belajar merupakan tantangan yang harus dihadapi di era teknologi.
Kesempatan belajar bagi guru kini terbuka lebar, baik secara daring maupun luring. Berbagai program dicanangkan oleh pemerintah untuk meningkatkan kompetensi guru.
Program Menulis Buku Antologi Puisi Anak
Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka melaksanakan program gerakan literasi sekolah adalah menulis puisi. Puisi-puisi yang ditulis siswa ini dapat dikumpulkan dan dijadikan buku antologi puisi anak. Dengan terwujudnya buku antologi puisi tentunya menjadikan rasa bangga dan puas atas usaha yang ia lakukan.
Kegiatan dilakukan dengan menggali inspirasi, memilih kata-kata (diksi), menuangkannya dalam bait-bait puisi. Puisi-puisi yang sudah jadi dikumpulkan, diperiksa untuk selanjutnya dibuat menjadi buku. Untuk menulis sebuah puisi tidak harus menggunakan waktu yang terlalu lama atau terlalu singkat. Cukup satu Minggu untuk menghasilkan satu karya bentuk puisi.
Menulis puisi adalah menuangkan gagasan berupa karya seni dalam bentuk tulisan. Untuk menemukan ide dan menuangkannya bagi pemula mungkin akan terasa berat diawal. Hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi dan mengantisipasi hal ini adalah dengan berpindah tempat atau mengunjungi tempat yang dimungkinkan akan munculnya inspirasi di kepala. Salah satu tempat dirasa nyaman dan memungkinkan mendapat banyak inspirasi menulis adalah di tepi sungai, di puncak gunung, atau di tanah lapang dengan hembusan angin segar. Masingmasing masing pembaca mungkin memiliki pengalaman berbeda dalam mendapatkan inspirasi menulis. Yang disebutkan di atas hanyalah sebagai salah satu contoh saja. Selanjutnya pembaca dapat melakukan eksplorasi secara mandiri dalam hal menggali inspirasi menulis puisi.
Anak-anak dengan didampingi guru berjalan menuju tepi sungai dengan membawa alat tulis berupa pulpen dan kertas. Sebelumnya di kelas guru menyampaikan penjelasan kepada anak-anak mengenai apa yang harus dilakukan, kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi serta cara mengatasi kemungkinan tersebut. Salah satu kemungkinan yang dipertimbangkan adalah turunnya hujan sebelum anak-anak tiba di sekolah.
Pemaparan Aksi Nyata Budaya Positif
Budaya positif di sekolah merupakan salah satu materi penting pada program pendidikan calon guru penggerak. Materi ini tertuang dalam modul ajar 1.4. Calon guru penggerak hendaknya senantiasa berusaha membangun budaya positif di sekolah tempat ia mengajar. Membangun budaya positif dengan membangkitkan motivasi intrinsik. Mengapa motivasi intrinsik? Karena motivasi intrinsik bertahan lama. Tidak terpengaruh oleh hukuman maupun hadiah.
Motivasi intrinsik merupakan modal untuk menumbuhkan disiplin yang sesungguhnya. Agar disiplin positif dapat terbentuk tentunya ada cara yang harus dilakukan. Cara yang bisa dipilih untuk ini salah satunya adalah dengan berpedoman pada teori kontrol serta menerapkan langkah-langkah restitusi dalam berhubungan dan berinteraksi dengan murid. Untuk keberhasilan ini semua tentunya tidak bisa lepas dari faktor keteladanan dari seorang guru. Keteladan guru baik perkataan, perilaku, maupun pemikiran dan cara pandang terhadap sesuatu persoalan berpengaruh kuat pada murid yang ia ajar.
Tergerak, Tergerak, dan Menggerakkan. Calon guru penggerak disamping berusaha mengamalkan apa-apa yang dipelajari sama proses pendidikan, diharapkan bisa memberi dampak yang baik kepada teman - teman guru yang ada di sekitarnya. Tak heran jika setelah melakukan aksi nyata menerapkan konsep budaya positif disekolah, mendapat tugas melakukan pengimbasan kepada teman-teman guru di sekolah maupun di lingkungannya.
Pengimbasan penerapan budaya positif bisa dilakukan disekolah tempat ia mengajar, kepada rekan-rekan guru di KKG (Kelompok Kerja Guru), maupun di lingkungan komunitas pendidik lainnya. Namun ada syarat terpenuhinya peserta terimbas pada jumlah tertentu serta durasi tertentu pula.
Pengimbasan di sekolah relatif lebih mudah dalam hal kordinasi dengan rekan sejawat. Jaraknya pendek karena hanya satu sekolah. Namun bagi guru yang mengajar di sekolah dengan guru tidak mencapai batas minimal jumlah peserta terimbas, perlu berpikir lagi bagaimana cara menambah rekan guru terimbas.
Bukan hanya kepada teman sejawat saja, pengimbasan juga bisa dilakukan dengan rekan guru di KKG. Untuk melakukan pengimbasan atau diseminasi di KKG cenderung lebih kompleks. Ada beberapa tahap yang perlu dilakukan. Kita perlu mengetahui jadwal pertemuan KKG. Jika dalam waktu dekat belum ada pertemuan, maka perlu mengusahakan agar dilaksanakan pertemuan dalam waktu dekat dengan teman-teman guru dalam satu kelompok.
Agar pelaksanaan pengimbasan yang melibatkan guru -guru di KKG secara otomatis berkoordinasi dengan pihak-pihak tertentu. Misal kepala sekolah, pengurus KKG, maupun pengawas sekolah.
CGP Harus Bisa Membagi Waktu
Calon guru penggerak adalah guru biasa. Sama dengan guru pada umumnya. Memiliki tugas tanggung jawab terkait dengan pekerjaannya. Sebagai guru berkewajiban mendidik, mengajar, membimbing murid dengan sepenuh hati. Ya, sepenuh hati. Pelibatan hati dalam aktifitas kesehariannya sangat penting. Bukan sekedar melaksanakan rutinitas sehari-hari. Untuk itu setiap selesai beraktivitas perlu melakukan muhasabah atau evaluasi. Meskipun tidak ditulis.
Evaluasi bukan bukan hanya terhadap apa yang sudah diperoleh atau dilakukan murid. Namun lebih penting lagi muhasabah atas apa yang sudah dilakukan. Hal-hal yang sudah baik tentunya perlu dipertahankan atau ditingkatkan. Sedangkan yang kurang baik semestinya diperbaiki.
Salah satu hal perlu dievaluasi atas diri pribadi adalah bagaimana cara memandang murid. Seperti apa murid digambarkan. Bagaimana filosofi pendidikan yang menjadi pedoman dalam melakukan tugas. Apa ketrampilan atau kompetensi yang sudah dikuasai. Pertanyaan-pertanyaan seperti ini dapat menjadi pemantik untuk melakukan muhasabah atau evaluasi diri.
Setelah memahami diri, memahami murid serta situasi selanjutnya solusi. Salah satu solusi yang ditawarkan kepada para guru guna merubah "mindset" atau cara pandang, serta meningkatkan kompetensi diri adalah degan mengikuti pendidikan dan pelatihan. Berbagai pendidikan dan pelatihan dapat dipilih baik yang diselenggarakan pemerintah maupun badan diklat non pemerintah. Guru yang ingin meningkatkan kapasitas dirinya tentu memandang ini sebagai suatu anugerah yang patut disyukuri dengan mendaftar dan mengikuti serangkaian kegiatan pada jenis diklat yang dipilih.
Ada satu hal yang perlu diperhatikan ketika seseorang memutuskan untuk memilih salah satu jenis diklat, yaitu membagi waktu. Membagi waktu antara melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagai guru serta belajar baik teori maupun praktik pada jenis diklat yang dipilih. Menariknya pada pelatihan calon guru penggerak, proses belajar dan tugas dilaksanakan di luar jam belajar efektif murid. Kegiatan belajar dikakukan secara mandiri melalui LMS (Learning Management System) pada siang sore maupun malam hari. Begitu pula dengan kegiatan diskusi "Video Converence" juga dilaksanakan siang tau malam hari.
BERGERAK
Kegiatan di Blogspot dan Google Sites
Pertemuan perdana 26 Desember 2022 diharapkan menjadi titik tolak lahirnya pertemuan-pertemuan berikutnya yang syarat manfaat. Bukan hanya dilakukan oleh kelompok kecil kami namun juga menginspirasi kelompok - kelompok lain yang lebih luas. Dengan mengabadikannya melalui blog dan membagikannya diharapkan membawa dampak ke lingkungan guru-guru baik yang mengikuti pelatihan CGP maupun tidak.
Terselenggaranya diskusi secara langsung (tatap muka) sejatinya merupakan muara atas diskusi panjang berjam-jam, berhari -hari yang dilakukan melalui WhatsApp Grup. Dengan berbagai kesibukan yang dialami semua pihak dalam berbagai aktifitas, menentukan waktu bukan hal yang mudah.
Aktifitas membuat blog pribadi dan memulai menulis postingan blog dilakukan secara bersamaan. Boleh dikatakan memiliki titik pangkal yang sama dalam mengukir sejarah menulis blog yang dikelola secara mandiri. Kalau menulis di media sosial memang sudah biasa dan memiliki latar belakang dan sejarahnya masing-masing. Sejalan dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi disekitar.
Selesai membuat postingan perdana di blog pribadi dilanjutkan proses belajar membuat situs internet menggunakan aplikasi Google Sites. Situs pribadi di Google Sites pada dasarnya hampir sama dengan blog di blogspot. Keduanya sama-sama berguna untuk mempublikasikan artikel tentang tentang topik tertentu. Namun ada juga perbedaannya.
Situs pribadi yang dibuat dengan Google Sites merupakan salah satu yang direkomendasikan sebagai portofolio digital.
Google Sites bisa dijadikan sebagai website kelas, LMS sederhana (dipadukan dengan platform Google lainnya), serta portofolio digital. O ya, bagi yang suka mengelola Mading juga bisa menggunakan Google Site sebagai majalah dinding digital.
Berkaitan dengan pemanfaatan blog di blogspot, aktifitas yang sudah dilakukan adalah membuat alamat situs serta menulis dan memublikasikan postingan. Sedangkan pemanfaatan Google Site sudah membuat situs, menambahkan halaman serta memasang tautan ke postingan vidio di kanal YouTube.
Sekian dulu ya sobat blogger, postingan saya kali ini sebagai tambahan dari postingan sebelumnya untuk memberi gambaran tentang pertemuan kelompok pada 26 Desember 2022. Semoga bermanfaat, khilaf dan salah penulisan mohon dimaafkan ya...
Pertemuan Perdana Kelompok Atas Awan CGP Angkatan 7
Hari ini hari yang istimewa dalam perjalanan meniti pendidikan calon guru penggerak angkatan 7. Tentunya istimewa bagi kami. Apa sih istimewanya? Salah satu tujuan mengikuti pendidikan calon guru penggerak angkatan 7 adalah sebisa mungkin belajar menjadi guru yang disukai murid sesama rekan guru, dan tentunya oleh atasan to. Syukur kalau menjadi sosok yang diidolakan. Setidaknya diidolakan anggota keluarga. Hehehe
Terus apa hubungannya dengan istimewanya hari ini, Mas blogger?
Salah satu ketrampilan yang diusahakan dalam pelatihan adalah merencanakan program , melaksanakannya serta yang tak kalah pentingnya adalah membagikan / sharing praktik baik yang dilakukan. Baik praktik baik yang dilakukan di sekolah maupun di luar lingkungan sekolah.
Bukan hanya mampu merencanakan program , namun kemampuan berkolaborasi juga merupakan prasyarat kemajuan di segala bidang. Sekarang eranya kolaborasi. Bukan "one man show" lagi.
Nah berkaitan dengan kolaborasi inilah yang menjadikan hari ini istimewa. Pasalnya kami teman satu kelompok belajar yang diampu oleh satu Pengajar Praktik mengadakan pertemuan pertama yang diinisiasi oleh teman-teman. Kebetulan kami berasal dari sekolah yang berada di wilayah kabupaten Banjarnegara bagian utara yang notabenenya merupakan daerah pegunungan.
Kegiatan yang dilakukan pada pertemuan kali ini adalah melakukan diskusi membahas rencana program ke depan. Salah satu program yang menjadi kesepakatan adalah membuat karya bersama. Tidak hanya membuat program, kami juga belajar bersama membuat blog di blogger sekaligus latihan menulis di post.
Praktik Membuat dan Menjual Olahan Makanan
Kegiatan praktik yang dilakukan anak-anak kelas 6 SD Negeri 2 Beji yang sudah saya sampaikan sebelumnya merupakan kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh dua kelompok kecil. Masih ada satu kelompok lagi dengan jumlah anggota lebih besar yaitu sebanyak 6 melakukan aktifitas yang berbeda.
Pada diskusi sebelumnya dalam membuat kesepakatan mengenai apa dan bagaimana serta dimana kegiatan akan dilaksanakan, dilakukan identifikasi keadaan. Dari 12 anak, ketika diajukan pertanyaan mengenai motivasi apa yang mendasari usulan anak-anak ingin melakukan praktik penjualan. 6 anak menjawab dengan nada yang hampir sama yaitu mereka ingin memiliki pengalaman dan merasakan langsung aktifitas menjual barang/produk seperti yang dilakukan oleh para pedagang.
Tidak sampai disitu, proses mengupas bawang dilanjutkan. Setelah pertanyaan pertama mendapatkan jawaban, diajukan pertanyaan kedua yang lebih dalam dan mensyaratkan kejujuran. Karena jika salah dalam memberikan informasi kemudian dijadikan dasar membuat keputusan, mungkin keputusan yang diambil mengakibatkan kerugian baik secara materiil maupun bukan materiil.
Pertanyaan yang diajukan adalah, "Kenapa kamu ingin melaksanakan praktik praktik menjual". "Apa yang membuat kamu yakin bahwa kamu memenuhi syarat untuk melakukan itu?". "Kemampuan apa yang menurutmu merupakan modal untuk melakukan aktifitas yang lebih komplek." Beberapa pertanyaan diajukan sekaligus secara memberondong, tujuannya untuk mendapatkan gambaran mental yang dimiliki anak-anak, ketika nanti berhadapan dengan calon pembeli. Bukan jawaban banyak, namun jawaban yang syarat dengan makna untuk dijadikan dasar mengambil keputusan.
Setiap anak menjawab dengan satu kalimat pernyataan. Seseorang menjawab dengan nada tenang, "Karena saya bisa membuat produk makan". Mendengar pernyataan yang cukup menarik untuk ukuran anak kelas 6, tanpa menunda waktu pertanyaan berikutnya dilancarkan. "Produk apa yang pernah dan kamu bisa membuatnya?" Masih anak yang sama, ia menjawab dengan tenang namun cukup tegas, "Saya bisa membuat roti, pisang cokelat, kentang goreng".
Selesai satu anak memberi gambaran apa yang bisa ia lakukan, satu anak yang lain menyahut dengan pernyataan, "Saya bisa membuat roti". Diikuti anak di sebelahnya bertutur dengan nada yang hampir sama. Tak lama berselang kelas menjadi diam. Kudekati satu anak yang masih diam. Belum bertutur, hanya tersenyum. Kulempar pertanyaan ke arahnya, "Apakah kamu pernah membuat roti?" Ia pun menjawab, "Kalau membuat roti belum pernah, tapi saya sering membantu memasak". Hal senada dilontarkan anak-anak putra dari kelompok tersebut.
Kolaborasi
Untuk melakukan praktik memasak tidaklah semua harus pandai memasak. Salam sebuah tim yang dibutuhkan kolaborasi. Dengan kolaborasi pekerjaan yang sulit menjadi mudah, yang tidak mungkin menjadi mungkin.
Dengan adanya peserta yang bisa membuat produk berupa makanan sekaligus tersedianya peserta yang sanggup membantu dalam menghasilkan produk menjadi alasan untuk membuat kesepakatan bersama diadakannya kegiatan praktik membuat produk makanan. Adanya produk berarti ada barang yang dapat dijual.
Diskusi dilanjutkan. Kini lebih rinci lagi. Bagaimana cara kerjanya? Dari mana bahan baku didapat? Dimana proses produksi akan dilakukan? Selanjutnya kapan dan dimana produk akan dijajakan/dijual. Mengenai proses diskusi tidak saya sampaikan secara luas agar tulisan tidak terlalu panjang.
Alhasil dalam diskusi disepakati bahwa penjualan produk akan dilaksanakan Sabtu, 10 Desember 2022. Produk dibuat satu hari sebelumnya di rumah yang dekat dengan sekolah. Proses pembuatan produk dilakukan siang hari dan direkam dengan kamera telepon seluler. Laporan disusun setelah selesai proses penjualan dalam bentuk slide menggunakan aplikasi Canva.
Laporan praktik menggunakan Canva merupakan yang pertama setelah anak-anak dikenalkan dengan aplikasi tersebut beberapa hari sebelumnya.
Mandiri dan bertanggung jawab
Kegiatan praktik membuat dan menjual produk olahan makana mensyaratkan aktif dalam menyiapkan peralatan dan bahan baku. Dengan sendirinya melatih anak-anak mandiri dan bertanggung jawab.
Begitu pula dalam proses menjual. Hal ihwal berhubungan kegiatan tersebut disiapkan secara mandiri dan kolaborasi oleh peserta dengan mempertimbangkan kemudahan dan kesederhanaan. Guru hanya memantau dan mengawasi aktifitas peserta dan mengkondisikan calon pembeli agar tidak berebut mendapat pelayanan.
Hasilnya bagaimana, apakah menguntungkan?
Diluar dugaan, sekaligus menggembirakan karena dari pantauan diperoleh informasi pada laporan berdasarkan analisis usaha bahwa kegiatan memproduksi dan menjual olahan makanan menghasilkan keuntungan. Meski tidak banyak namun menggerakkan, karena menunjukkan anak cakap dalam melakukan aktifitas wirausaha. Yang penting kompetensi, bukan berapa hasil.
Kiranya sampai disini dulu cerita praktik menjual di sekolah, semoga menginspirasi teman-teman. Saya yakin teman-teman dapat melakukan yang lebih baik lagi, atau bahkan sudah ada yang melakukan. Kritik dan saran silakan ditulis pada kolom komentar.
Kegiatan Praktik Observasi Kegiatan Usaha
Kegiatan praktik Observasi Mandiri merupakan salah satu kegiatan dari serangkaian kegiatan berbasis projek yang dilakukan oleh anak-anak kelas 6 SD Negeri 2 Beji. Anak -anak dari dua kelompok kecil yang setiap kelompok terdiri dari tiga anak melakukan observasi ke tempat usaha yang ada di sekitar tempat tinggal.
Tempat usaha yang dikunjungi adalah depot isi ulang air minum dan toko sembako. Kedua tempat usaha tersebut jaraknya cukup jauh dan melalui jalan yang berbeda jika diukur dari SD Negeri 2 Beji.
Kenapa saya menyebutkan jaraknya?? Ada yang tahu? Atau penasaran??
Yuk simak cerita ini selanjutnya.😎
Ketika anak kelas 4 tengah mempersiapkan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) yang kegiatannya berupa membuat produk dan menjualnya di lingkungan sekolah, anak kelas 6 tampak iri hati. Mereka juga ingin melakukan hal yang sama yaitu taktik penjualan.
Adanya keinginan anak-anak melakukan praktik penjualan merupakan hal yang menggembirakan. Mereka ingin merasakan langsung menjadi penjual/pedagang. Bukan hanya mendengar cerita pengalaman orang berjualan, tapi lebih dari itu.
Aspirasi/keinginan yang baik harus diterima dan ditanggapi dengan baik pula. Musyawarah pun dilakukan.
Agenda pertama dalam musyawarah adalah mengidentifikasi kesiapan anak. Langkah yang dilakukan adalah mengajukan pertanyaan untuk dijawab oleh anak-anak. Inti dari pertanyaan menanyakan apa yang membuat anak - anak ingin melakukan praktik menjual barang/produk.
Dari pertanyaan yang diajukan menghasilkan jawaban yang beragam. Namun dengan mengidentifikasi jawaban, ternyata jawaban anak-anak mengalami kemiripan. Selanjutnya jawaban dikelompokkan menjadi dua kelompok besar.
Kelompok pertama terdiri dari anak-anak yang menjawab 'ingin merasakan langsung' praktik menjual produk. Kelompok ini terdiri dari 6 anak. Sedangkan kelompok dua terdiri dari anak-anak yang 'ingin mengetahui' proses menjual barang/produk.
Anak-anak yang menjawab ,'ingin mengetahui' proses menjual barang/produk. Mendapat tugas berbeda dengan anak -anak yang menjawab 'ingin merasakan keseruan praktik menjual barang'. Kesepakatan pun dimulai. Sebanyak 6 anak yang ingin mengetahui proses proses menjual barang dikelompokkan menjadi dua kelompok kecil yang setiap kelompok terdiri dari 3 anak. Kelompok kecil dipilih dengan maksud semua anggota terlibat secara aktif dalam kegiatan.
Kedua kelompok kecil bermusyawarah untuk menentukan pihak yang akan dikunjungi. Dari musyawarah tersebut dihasilkan kesepakatan satu kelompok akan mengunjungi tempat usaha isi ulang air minum sedangkan kelompok kedua mengunjungi toko sembako. Kedua tempat usaha tersebut memang jaraknya cukup jauh untuk ukuran pejalan kaki karena berada pada dua dusun yang berbeda. Dengan jarak yang berjauhan tidak memungkinkan guru memantau secara langsung. Terus bagaimana guru mendapat data berisi gambaran secara riil?
Di era teknologi digital seperti sekarang ini penggunaan telepon seluler begitu masih. Kamera digital bukan lagi menjadi barang mewah setelah produsen telepon seluler menyematkannya pada produk yang ia adakan. Dengan kualitas yang selalu di'upgrade' seiring berjalannya waktu.
Langkah yang ditempuh dalam rangka memantau kegiatan observasi oleh kedua kelompok tersebut adalah dengan menggunakan kamera yang terpasang pada telepon seluler. Lantas siapa yang bertugas merekam? Apakah salah satu dari ketiga anggota kelompok berperan sebagai juru foto?
Di awal sudah disampaikan bahwa kegiatan observasi dilakukan oleh dua kelompok, masih ada satu kelompok besar yang terdiri dari 6 anak belum mendapat tugas dalam kegiatan berkenaan. Nah, salah satu dari mereka menjadi juru foto untuk merekam aktifitas satu kelompok yang bertugas. Sedangkan pada kelompok satunya lagi diperlakukan hal yang sama, yaitu dengan melibatkan satu anak lainnya berperan sebagai juru foto.
Kemandirian
Kemandirian menjadi hal penting dan perlu dilatih sejak dini. Kemandirian dari tiap anggota kelompok dalam menyiapkan hal ihwal berkenan dengan tugas yang diberikan menjadi hal yang patut diperhatikan. Anak-anak berlatih mandiri dalam menyiapkan alat-alat dan segala keperluan, serta dalam musyawarah internal anggota kelompok. Musyawarah diperlukan dalam menentukan langkah yang akan dijalankan serta dalam pembagian tugas anggota kelompok. Kolaborasi merupakan hal penting yang perlu diperhatikan dan diamalkan guna mencapai tujuan bersama. Tim yang kompak tentu berbeda dengan tim yang tidak teratur dan tidak disiplin. Ini merupakan tanggung jawab kelompok.
Tahap kegiatan
Kegiatan dilakukan dalam tiga tahap berurutan yaitu dimulai dari tahap persiapan, pelaksanaan dan pelaporan atau evaluasi.
Tahap persiapan dilakukan dengan membuat kesepakatan mengenai tempat yang akan dikunjungi, alat-alat serta pembagian tugas. Tujuan observasi adalah memperoleh data yang sebanyak-banyaknya atau selengkap- lengkapnya dari tempat yang dikunjungi, baik dengan cara wawancara maupun tidak dengan wawancara. Salah satu persiapan yang dilakukan untuk menyongsong keberhasilan wawancara adalah dengan menyiapkan daftar pertanyaan yang akan diajukan saat wawancara berlangsung.
Pada tahap pelaksanaan setiap anggota bersama kelompoknya mengunjungi tempat usaha yang telah ditentukan dengan didampingi seorang juru foto. Semua anggota kelompok melaksanakan tugas sesuai kesepakatan yang telah dibuat bersama. Juru foto bertanggung jawab merekam segala aktifitas penting yang menggambarkan kegiatan yang dilakukan. Perekaman dilakukan dengan menghasilkan foto ataupun vidio. Diantara tiga peserta dalam kelompok ada yang bertanggungjawab membuat catatan-catatan penting yang diperlukan dalam proses pelaporan.
Pelaporan dilakukan dengan membuat bahan presentasi yang dibuat menggunakan aplikasi Canva. Aplikasi Canva dipilih sebagai sarana membuat presentasi dikarenakan anak-anak sebelumnya telah belajar mengenal dan menggunakan aplikasi tersebut. Pengenalan dan latihan menggunakan aplikasi Canva dilakukan di sekolah dengan mengambil waktu pembuatan poster. Poster sebelumnya dibuat secara manual menggunakan kertas, pensil dan pewarna. Di era digital, pembuatan poster juga dilakukan menggunakan aplikasi Canva. Laporan menceritakan kegiatan yang ang dilakukan mulai dari tahap persiapan sampai akhir tahap pelaksanaan.
Laporan yang sudah selesai dikirimkan kepada guru melalui WhatsApp.
Sekian dulu ya cerita dari saya tentang kegiatan observasi tempat usaha yang dilakukan anak-anak. Masih ada satu kegiatan lagi yaitu penjualan yang InsyaaAlloh akan saya ceritakan pada kesempatan berikutnya.
Salam literasi.
Kegiyatan ing kelas (Gawe Karangan)
Salah sawijine kegiyatan ing kelas nalika esuk yaiku sinau basa Jawa bab gawe karangan.
Kang luwih dhisit dilakoni bocah - bocah nalika ngayahi tugas gawe warangka paragrap yaiku nemtokake tema. Saben bocah milih tema kang sesuai utawa jumbuh karo pengalamane dhewe.
Ora kabeh bocah bisa milih tema kang disenengi kanthi cepat. Mula perlu danakake kegiyatan cilik kanggo nuwuhake gagasan milih tema. Kegiyatan cilik kang dimaksud yaiku metu saka ruang kelas kanthi Melayu alon-alon ngubengi latar sekolahan seputeran banjur Bali maneh menyang ruang kelas. Sakwuse tekan njero ruang kelas bocah kang wis nemu gagasan bab tema kang arep ditulis banjir langsung nulis tema kang dipilih dene bocah kang esih durung bisa nemtokake tema kang arep ditulis banjur mlayu sepisan maneh lan nulis tema ana ing buku.
Sakwuse nemtokake tema banjur nulis warangka pambuka. Warangka pambuka ngemot ukara pitakon bab tema kang wus ditulis. Cacahe ukara pitakon kang ditulis ana ing bab pambuka bisa 3, 4, utawa 5.
Sakwuse gawe warangka bab pambuka banjur gawe warangka bab wose karangan kang isine ukara pitakon uga. Cacahe ukara pitakon ana ing bab wose karangan 3, 4 ,5, utawa 6.
Sakwuse gawe warangka karangan bab wose karangan banjur dilanjutake gawe warangka karangan bab penutup kang isine uga ukara-ukara pitakon.
Sakwuse warangka karang digawe dening bocah-bocah, kegiyatan sakbanjure yaiku ngembangna wangka karangan dadi karangan bebas.
Carane, saben-saben ukara pitakon kang wis ditulis ana ing warangka karangan dijawab kanthi gamblang.
Ana kene kemampuan nggunakake basa saben bocah bisa Katon. Amarga olehe njawab ukara siji orang nganggo ukara siji, nanging awujud paragrap kang cacahe ukara bisa beda-beda. Paragrap kang paling cendhek cacahe ukara ana telu. Paragrap bisa disusun saka 3, 4, 5, utawa 6 ukara.
Ana ing saben paragrap kudu ana ukara pokok lan ukara panjlentreh.
Dadi yen ing warangka karangan ana 10 ukara, cacahe paragrap kanggo ngembangna paragrap paling sethithik ya 10 paragrap. Bisa lewih saka iku, amarga kadhang kanggo njawab ukara pitakon siji ora cukup nganggo penjelasan separagrap.
Matursuwun kanggo para pamaos blog www.ono.my.id
Study Tour Ke Dieng, Banjarnegara
Dalam rangka mengenalkan peserta didik terhadap potensi yang ada di daerahnya, sekaligus memberikan pengalaman belajar yang bermakna, SD Negeri 2 Beji mengadakan Study Tour ke Dataran Tinggi Dieng, Banjarnegara. Ini sejalan dengan anjuran Kepala Dindikpora Kabupaten Banjarnegara guna mengenalkan Dieng kepada peserta didik.
Kegiatan dilaksanakan pada Selasa, 24 Mei 2022 dengan armada seadanya namun cukup representatif untuk wilayah kabupaten Banjarnegara Zona Utara yang memiliki Medan berkelak-kelok, menanjak dan menurun. Sebagian memiliki kemiringan yang cukup ekstrim. Untunglah semua jalan yang dilalui dalam kondisi yang relatif bagus untuk saat ini. Kondisi jalan yang baik ini sebagai bentuk komitmen pemerintah terhadap kesejahteraan masyarakat.
Konsepnya adalah Study Tour, sambil berwisata peserta didik juga melakukan aktivitas pembelajaran. Disebut wisata karena lokasi yang dikunjungi merupakan destinasi wisata yang populer yaitu Komplek Candi Arjuna, Kawah Sikidang serta Museum Kailasa. Namun, sembari melakukan kegiatan wisata sebagai peserta didik tidak terlepas dari aktifitas dan semangat belajar. Semangat belajar semestinya tertanam dalam hati, kapanpun dan di manapun. Untuk menanamkan semangat ini terhadap peserta didik, sekolah membuat program yang memungkinkan peserta didik melakukan aktivitas belajar di objek wisata.
Muatan lokal yang diajarkan di sekolah dasar di kabupaten Banjarnegara dinamakan Muatan Lokal Dawet Ayu Banjarnegara atau disingkat Mulok DAB. Walaupun namanya Dawet Ayu Banjarnegara, namun isinya bukan hanya berkenaan Dawet Ayu Banjarnegara semata. Namun lebih dari itu, meliputi banyak hal berhubungan dengan Banjarnegara. Baik sejarah, potensi daerah, maupun pariwisata.
Salah satu kompetensi yang diharapkan dimiliki peserta didik dalam kurikulum muatan lokal adalah kemampuan melakukan promosi baik secara Offline maupun Online. Promosi merupakan usaha untuk mengenalkan produk kepada khalayak. Baik produk berupa barang maupun jasa. Untuk dapat melakukan promosi dengan baik tentunya perlu didukung dengan berbagai bidang ketrampilan, misalnya desain grafis, penggunaan media, serta literasi. Di era digital sekarang ini, dimana penggunaan internet semakin marak dengan ramainya masyarakat yang memiliki peragkat telepon pintar, sasaran promosi sudah harus menyasar ke pengguna internet. Baik pengguna yang mengakses internet melalui telepon pintar maupun lapto/PC.
Study Tour SD Negeri 2 Beji ke Dieng pada 24 Mei 2022 merupakan implementasi kurikulum muatan lokal di sekolah yang melibatkan 4 kelas, yakni kelas 3, 4, 5, dan 6. Kegiatan yang dilakukan antara lain melakukan observasi (pengamatan) terhadap situs sejarah pada komplek Candi Arjuna serta potensi alam di sekitar Kawah Sikidang.
Seperti kegiatan wisata pada umumnya, suasana diusahakan agar peserta didik dapat menikmati nuansa wisata yang santai, namun tetap dalam kontrol dan pengawasan guru. Untuk itu peserta membawa lembar panduan sederhana yang telah disiapkan sebelumnya. Lembar panduan ini diberikan kepada peserta didik sesaat setelah tiba di lokasi objek wisata. Cara ini dipilih agar tidak mengurangi kenyamanan peserta dalam perjalanan menuju lokasi. Lembar panduan berisi beberapa pertanyaan ringan tentang objek yang dikunjungi. Harapannya peserta tidak berhamburan dan pada akhirnya mendapatkan informasi yang membekas pada ingatan peserta.
Agar rencana yang telah dibuat dapat berjalan dengan baik tentunya memerlukan komunikasi yang efektif. Mengingat jumlah peserta cukup banyak, yakni meliputi 4 kelas memerlukan suara yang cukup keras dari guru, agar arahan dari guru dapat dengan mudah diakses oleh peserta. Untuk itu penggunaan alat pengeras suara boleh dibilang sebagai sarana komunikasi yang wajib adanya.
Media yang digunakan sangat berpengaruh terhadap promosi yang dilakukan. Semua tentunya maklum akan hal ini. Terlebih para pelaku usaha. Salah satu media promosi yang dapat disampaikan baik secara online maupun online adalah poster. Poster sendiri berisi unsur gambar/grafis dan tulisan/kalimat yang provokatif. Tulisan yang bagus akan memengaruhi hati pembaca. Disamping tulisan, unsur gambar tidak kalah pentingnya dalam promosi. Itulah sebabnya para wirausahawan rela membelanjakan jutaan rupiah demi mendapatkan gambar terbaik dari setiap jepretan terhadap produk yang ia pasarkan. Jadi kuncinya adalah gambar yang bagus dipadu dengan kalimat yang menarik. Begitulah dalam promosi.
Hal yang tidak kalah pentingnya dalam menghasilkan gambar yang bagus adalah teknik itu sendiri. Yakni teknik pengambilan gambar. Di era digital sekarang ini poster tidak hanya dibuat secara manual dengan menggambar menggunakan pensil dan alat gambar lainnya. Namun dengan cara yang lebih modern menggunakan aplikasi digital yang dapat diunduh dan dimanfaatkan secara gratis.
Untuk menghasilkan poster yang menarik diperlukan gambar yang bagus. Sedangkan untuk menghasilkan gambar yang bagus perlu berlatih teknik mengambil gambar yang baik.
Belajar promosi bagi peserta didik usia SD tentunya tidak serumit para calon wirausahawan baru. Peserta didik usia SD baru dikenalkan dengan dunia tersebut serta belajar sedikit teknik. Namun tetap harus menjaga semangat untuk belajar, agar kelak menjadi manusia yang berguna. Pengalaman belajar yang menarik dan menyenangkan menjadi penting untuk mendapatkan kesan mendalam pada peserta didik.
Salah satu kegiatan yang dilakukan pada Study Tour ke Dieng, peserta didik belajar mengenal teknik pengambilan gambar dengan cara mempraktikkan langsung menggunakan kamera ponsel miliknya dengan bimbingan guru. Objek gambar yang diambil adalah badan candi yang ada di komplek Candi Arjuna.
Selain belajar teknik mengambil gambar, peserta didik juga belajar presentasi, guna mengenalkan objek wisata Dieng. Untuk kegiatan ini, peserta didik tidak berlatih sendirian. Ia bekerja dengan kelompoknya. Kelompok yang dibangun merupakan kelompok kecil yang terdiri dari dua peserta didik. Jumlah anggota kelompok yang sedikit diharapkan semua terlibat aktif dalam kegiatan proyek. Proyek yang dikerjakan membuat video presentasi mengenalkan destinasi wisata yang ada di Dieng kepada khalayak. Namun kali ini peserta hanya sampai membuat Vidio.
Satu peserta pada tiap-tiap kelompok menjadi presenter, sedangkan peserta yang lain menjadi kameraman/perekam. Sehingga semua anggota kelompok terlibat aktif dalam proyek yang dikerjakan.
Baik gambar maupun vidio yang dihasilkan, dikumpulkan kepada guru. Selanjutnya guru memberikan umpan balik.
Kawah Sikidang merupakan destinasi wisata yang menjadi tujuan sejak dulu. Lokasinya berada di tanah lapang yang cukup luas. Setibanya di area kawah pengunjung disajikan aroma khas belerang. Sebagian pengunjung mungkin merasa kaget. Namun itulah kekhasan dataran tinggi Dieng yang merupakan dataran tertinggi di Jawa Tengah yang dihuni manusia. Tingginya kira-kira 2000 mdpl. Dari dekat bibir kawah, kepulan asap tebal menghiasi latar belakang gambar hampir semua pengunjung yang berfoto ria.
Nama Sikidang konon diambil karena di kawah tersebut sesekali mengeluarkan semburan air panas ke udara layaknya hewan Kijang tengah melompat-lompat.
Untuk mencapai bibir kawah kini para pengunjung menapaki jembatan panjang terbuat dari bahan kayu yang dinamakan Jembatan Kayangan.
Jembatan Kayangan membentang dari dekat pintu masuk melintasi bibir kawah terus menuju pintu keluar. Sambil menapaki jembatan ini pengunjung disuguhi pemandangan indah di sekitar kawah.
Sudah menjadi tabiat bagi anak-anak menyukai aktifitas bermain dan bergerak. Penjelajahan ke Dieng dirasa belum lengkap bagi peserta didik sebelum menceburkan diri ke pemandian air panas. Renang dan bermain air selalu saja menjadi aktifitas favorit bagi anak-anak. Dieng dengan suasana alamnya yang banyak sumber air panas sebagian sudah dikelola menjadi kolam renang dan tempat bermain air. Bukan hanya disukai anak-anak, tetapi juga disukai orang tua. Suhu air yang panas bercampur unsur belerang dianggap baik bagi menjaga kesehatan.
Banyak hal yang perlu disampaikan jika kita bicara tentang Dieng. Karena Dieng memiliki pengalaman sejarah yang panjang, disamping keunikan alam dan budayanya yang memang tidak diragukan lagi. Sebagai contoh jika kita bicara tentang kawah, maka di Dieng ada beberapa nama yang patut disebut. Begitu pula dengan dengan telaga. Serta puncak. Bagi yang suka camping, sebagian merupakan tempat yang cocok untuk ber-camping.
Namun jika tulisan ini terlalu panjang, mungkin sebagian pembaca akan merasa bosan dan tidak merampungkan membacanya. Untuk itu cukup sekian saja untuk tulisan saya kali ini. Sampai jumpa pada postingan berikutnya, InsyaaAlloh.
Jika ada yang salah mohon dimaafkan. Kritik dan saran sangat bermanfaat bagi penulis, bagi pengembangan konten.
Jika ingin berkomentar, silakan tulis di kolom komentar.
Contoh Soal Ulangan Harian IPS Kelas 6 Materi Teknologi dan Transportasi
- Apa yang dimaksud sarana transportasi?
- Apa yang dimaksud prasarana transportasi?
- Sebutkan 3 contoh sarana transportasi darat!
- Sebutkan contoh prasarana transportasi darat!
- Sebutkan 2 contoh sarana transportasi air!
- Sebutkan 2 contoh sarana transportasi udara!
- Sebutkan contoh prasarana transportasi air!
- Sebutkan contoh prasarana transportasi udara!
- Jelaskan dampak negatif modernisasi teknologi!
- Jelaskan modernisasi teknologi transportasi yang kamu ketahui!
👇👇👇👇👇👇👇👇👇👇